Semua orang di restoran itu menoleh ke arah Raelina, termasuk Romi. Dia melihat tangan wanita itu gemetar sementara gelas air itu jatuh ke lantai.
Pecahan kaca berserakan di bawah kaki Raelina bisa membuat wanita terluka jika dia tidak berhati-hati menjejakkan kakinya di lantai.
“Dokter Raelina, kamu baik-baik saja? Apa kamu terluka?” Renaldi sontak berdiri menanyakan keadaan Raelina dan melihat pecahan kaca di lantai sebelum melanjutkan kalimatnya. “Ayo pindah, kamu bisa terluka menginjak pecahan gelas itu.”
Renaldi ingin menuntun Raelina pindah ke tempat duduknya. Namun Raelina menolak dan menarik tangannya dari Renaldi.
“Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir,” kata Raelina mencoba tersenyum. Namun dia justru terlihat aneh.
Sementara Romi tidak bergerak di tempatnya dan menatap Raelina dengan tenang.
Perasaan Raelina campur aduk mendengar akan menikah dengan wanita lain. Dia tidak tahu mengapa dia beg
“Ke mana kamu akan membawaku?” tanyanya melihat arah yang diambil Mark berlawanan dengan arah asramanya.“Tolong antarkan aku ke asramaku.”Mark menggelengkan kepalanya melihat ke kaca spion mobil, melihat sebuah mobil mengikutinya di belakang.“Tidak, kita akan ke tempatku.”“Apa?!”“Pakai sabuk pengamanmu,” kata Mark tidak sabar tanpa melepaskan pandangannya dari kaca spion, mengamati dua mobil yang masih terus mengikutinya dengan jarak aman.Entah siapa mereka, musuh Kragon? Atau ‘penjaga rahasia Raelina?Apa pun itu Mark tidak suka diikuti.“Untuk apa?” tanya Raelina bingung dan mengikuti arah pandang Mark melihat ke belakang.Dia tidak melihat ada yang salah, selain dua mobil di belakangnya agak jauh. Di tengah hujan deras, tidak banyak mobil yang berkendaraan di jalanan kota Yvomr. Dan dua mobil di belakang itu terlihat normal.&ld
Mobil Mark sampai di sebuah kompleks apartemen. Tempat tidak banyak penghuninya yang berlalu lalang . Mark menyapa penjaga gerbang saat mobilnya melewati gerbang apartemen sebelum memarkirkan mobilnya di parkiran.Mark menoleh menatap Raelina yang tertidur pulas di sampingnya karena kelelahan. Dia mendekat untuk melepaskan sabuk pengaman Raelina.Setelah melepaskan sabut pengamannya, Mark tidak beranjak dari posisinya. Dia mengamati wajah cantik Raelina yang tertidur pulas.Lampu jalan di samping jendela Raelina masuk melalui kaca jendela dan menyinari wajah wanita itu. Wajah Raelina terlihat jelas di bawah cahaya lampu jalan. Dia memiliki hidung bangir. Bibir mungilnya merah alami tampak terlihat menggoda.Mark menundukkan kepalanya menatap bibir mungil Raelina dan mengulur jarinya menyentuh bibir wanita itu. Bibirnya terasa lembut dan basah di jarinya mengingatkan Mark pada malam panas yang mereka habiskan.Mark menelan ludah kering tanpa melepas
“Kyaaaa dasar bajingan mesum!” Raelina menjerit melemparkan kemeja di tangannya ke arah punggung Mark.Namun pria itu sudah berjalan keluar dari kamar mandi. Kemeja itu menabrak pintu kamar mandi yang tertutup.“Sialaaan, itu tidak akan pernah terjadi brengsekk .....” jerit Raelina marah di dalam kamar mandi.Mark bersandar di pintu kamar mandi. Sudut bibirnya melengkung mendengar teriakan Raelina dari balik kamar mandi.“Ini sangat menyenangkan.”Mark terkekeh. Dia tidak merasakan perasaan menyenangkan ini sejak bergabung dalam Kragon......Raelina membuka keran air di wastafel dan membasuh wajahnya. Dia menatap bayangan dirinya dalam cermin dan melihat wajah putihnya tampak memerah. Kemeja yang dikenakannya agak tembus pandang.Raelina bahkan dapat melihat tubuhnya dari balik kemeja putih itu.Yang membuatnya gusar adalah dia tidak mengenakan apa-apa di balik kem
Kelopak mata wanita itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya membuka matanya.Raelina mengerang menutup matanya kembali merasakan silau matahari menusuk matanya. Dia mengucek matanya dan bangun. Matanya mengerjap-ngerjap menatap ke sekeliling ruangan.Ruangan itu tampak asing dengan cat dinding berwarna abu-abu.“Ini di mana?” gumamnya mengumpulkan kesadarannya usai bangun tidur. Dia menatap linglung ke sekeliling kamar.Ini bukan kamarnya. Raelina tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di kamar asing ini. Dia mencium aroma ruangan yang tampak familier.Raelina mengerjap saat ingatan kejadian semalam membanjiri ke kepalanya. Dia mengerang sambil menepuk pipinya. Bagaimana dia bisa berakhir tinggal di kamar Mark, orang yang baru dia kenal selama beberapa hari.Raelina dengan cepat melirik ke dalam selimut untuk melihat apakah Mark berbuat macam-macam saat dia tidak sadar. Dia bernapas lega melihat pakaiannya masih utuh sepert
Saat dia melihat isi foto itu, perasaan Mark sulit di jelaskan. Dia bersandar di dinding menatap selembar foto di tangannya. Itu foto Raelina dan putrinya, yang tidak sempat dia kembalikan pada Raelina.Melihat kedua ibu dan anak itu tersenyum bahagia lama foto, anehnya suasana hati Mark menjadi tenang. Mark mengulurkan tangannya mengelus wajah Raelina di dalam foto itu, lalu balita cantik berusia dua tahun di pangkuannya.Mark tanpa sadar menyungging senyum di bibirnya menatap wajah polos balita itu.“Bayi yang lucu, aku ingin menggendongmu,” gumamnya memandang wajah menggemaskan Zenith.Entah mengapa dia merasakan keinginan yang kuat untuk bertemu dengan balita itu, dia ingin memeluk dan menciumnya pipi tembem yang menggemaskan untuk melampiaskan kerinduan yang aneh di dadanya.“Gila,” gumanya lirih menatap balita dalam foto itu.Padahal dia belum bertemu atau mengenal balita itu, namun sangat ingin bertemu denganny
“Ssstt, tenanglah ini aku.”Raelina terdiam, kepalanya menoleh ke samping dengan ragu-ragu. Dia melihat sisi samping Mark, wajah pria itu tampak berkeringat dan pucat, napasnya terengah. Sepasang matanya yang gelap balik Raelina dengan napas terengah-engah.“Mark, ternyata kamu,” kata Raelina menghela napas lega orang masuk tanpa izin ke ruang praktiknya adalah Mark.Mark perlahan melepaskan tangannya yang menutup mulut Raelina dengan perlahan setelah wanita menjadi tenang dan tidak meronta. Namun dia tidak melepaskan tangannya yang memeluk tubuh Raelina dari belakang.“Mark, apa yang kamu lakukan di sini? Lepaskan aku.” Raelina merasa tidak nyaman di peluk dari belakang oleh pria itu. Dia meronta, dan ingin melepaskan tangan Mark yang memeluk perutnya dari belakang.Namun pria itu tidak melepaskannya, dan memeluk tubuh Raelina semakin erat dengan kedua tangannya.“Mark?!” Raelina mengerutkan k
Raelina cemas menahan dadanya dan mengerahkan kekuatannya untuk membawa Mark ke ranjang pasien dengan susah payah.Raelina menaikan tubuh berat Mark ke atas ranjang pasien dengan susah payah.Melihat Mark tidak sadarkan diri dan lukanya tampak terbuka saat Raelina membaringkannya di atas ranjang pasien membuat banyak darah merah merembes membasahi kasur putih di bawah Mark.Raelina panik dan sangat takut melihat begitu banyak darah yang keluar dari tubuh Mark. Dia tidak bisa berpikir jernih saat ini melihat begitu banyak darah yang mengalir keluar dari tubuh Mark.Dia tidak bisa mengobati luka Mark sendiri dalam keadaan panik dan tidak akan berhati-hati.Luka Mark tampaknya sangat serius.“Tunggu sebentar di sini, aku akan memanggil bantuan Dokter lain.” Raelina berbalik hendak keluar memanggil bantuan Dokter lain.Tepat saat dia akan pergi, Mark sesaat sadar dan menatap lemah punggung Raelina, dia
Seberkas sinar matahari menyelinap melalui jendela, jatuh di kelopak mata wanita itu. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum akhirnya terbuka.Matanya menyipit merasakan silau dari cahaya matahari. Raelina mengerang dan bangun. Dia menguap sambil mengerjap matanya mengantuk menatap ke sekeliling ruangan.Dia sesaat linglung melihat ke sekitar bukan ruang kamarnya.Otaknya berputar mengingat kejadian semalam. Matanya seketika mengerjap terbuka lebar dan memeriksa ke tempat tidur.Namun dia menemukan dirinya yang berbaring di ranjang pasien yang semalam digunakan Mark dan selimut menutupi tubuhnya.Dia tidak ingat bagaimana dia bisa tertidur saat sedang mengawasi Mark sepanjang malam dan berbaring di ranjang pasien.“Mark!” Raelina turun dari tempat tidur, menatap ke sekeliling ruang prakteknya cemas mencari keberadaan Mark, tetapi tidak menemukan keberadaan pria itu.Dia sedikit linglung sebelum mendengar sebuah taw
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d