“Ternyata cuma mimpi,” gumamnya dengan suara rendah.
Mark mengusap rambutnya yang lepek dan kembali berbaring di tempat tidurnya. Dia menatap kosong langit-langit kamarnya. Mark tidak bisa tidur lagi. dia terjaga dan tidak bisa memejamkan matanya. Sebenarnya mimpi ap aitu?
Selama beberapa hari ini Mark terganggu oleh mimpi tentang wanita yang sama, namun dia tidak bisa melihat wajah wanita itu.
Mark mengacak-acak rambutnya dan membolak-balik tubuhnya di kasur ingin kembali tidur. Tetapi dia tidak tidur sama sekalo.
Mark melirik keluar jendela dan melihat hari sudah sore. Tumben sekali dia tidur di waktu siang.
Brak!
Pintu kamar Mark terbuka dan seorang pria berambut pirang masuk. Dia bersandar di samping pintu sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
“Hey, tumben sekali kamu tidak memiliki kerjaan dan lebih banyak tidur. Apa nona Louise membiarkan kamu lebih banyak tidur?” katanya dengan suara sinis dalam b
Di sebuah ruang suite, beberapa orang berkumpul di sofa mewah dengan ditemani beberapa wanita cantik nan seksi.Kebanyakan dari mereka adalah pria tua setengah baya.Salah satu pria paruh baya duduk di sofa single terlihat seperti seorang pemimpin, menghisap cerutunya di sofa dengan ditemani dua wanita cantik nan seksi di kedua sisinya.Di depannya Mark berdiri dengan wajah tanpa ekspresi menghadapnya.“Selamat sore Tuan Fred, aku dengar Anda memanggil saya?”Para wanita di sekitar Tuan Fred tampak terpesona dengan wajah tampan Mark dan tidak bisa melepaskan tatapan mereka darinya meski tengah melayani Tuan Fred.“Tuan Fred, apakah dia pria yang bernama Mark itu? Pria yang disukai keponakan cantik kita, Louise?” tanya seorang pria paruh baya berperut buncit pada pria yang dipanggil Tuan Fred sambil menatap Mark dengan pandangan menilai.“Benar, Mark beri hormat pada mereka, mereka adalah sekutu dan pemimp
Setelah beberapa saat, Tuan Fred tiba-tiba tertawa.“Hahaha, aku mengerti kekhawatiranmu Andre. Apa menurutmu aku tidak mempertimbangkan itu saat memutuskan akan menikahkah Mark dengan Louise?”Andre mengerutkan keningnya.“Ya tapi .....”Tuan Fred melambaikan tangannya tidak sabar memotong ucapan Andre.“Aku tahu. Sejak awal Louise ingin memasukkannya menjadi pengawal dan anggota geng Kragon, aku sudah melakukan segala hal untuk membuatnya mengakui asa usulnya,” ujar Tuan Fred menatap Mark tatapan tajam.“Interogasi tanpa henti, penyiksa dan .... cuci otak,” lanjutnya tersenyum menyeringai.Mark mengepalkan tangannya di bawah meja dengan erat. Dia tidak pernah lupa rasa sakit terapi interogasi menyakitkan dan penyiksaan yang dilakukan anak buah Tuan Fred untuk mengetahui asal usulnya.Namun Fred tidak mengingat apa pun tentang masa lalunya dan tida
Suara air shower terdengar dari kamar mandi. Raelina mematikan keran air setelah membilas busa sabun di seluruh tubuhnya.Dia mengambil jubah mandinya yang tergantung di dinding dan membungkus tubuhnya sebelum keluar keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.Saat keluar dari kamar mandi, Raelina menggigil kedinginan merasakan angin dingin berembus di dalam kamarnya.Dia mengerutkan keningnya melihat jendela kamarnya terbuka. Seingatnya dia sudah mengunci jendela kamarnya.Apa Farida datang dan membuka jendela kamarnya? Raelina bertanya-tanya dalam hati menatap ke sekeliling mencari keberadaan Farida.Namun dia tidak menemukan keberadaan Farida di dalam kamarnya.Dia dan Farida tinggal di kamar yang berbeda. Mereka memiliki kamar sendiri di penginapan itu.“Farida, apa kamu yang membuka jendela kamarku?” Raelian berjalan menuju balkon kamarnya, berpikir Farida berada di balkon kamarnya
“Hmphh—!” Raelina tidak mengantisipasi ciuman pria itu dan membeku sesaat.Mark mendorong Raelina ke dinding, tangannya menopang bagian belakang kepalanya dan mencium bibirnya dengan penuh gairah. Bibir Raelina terasa lembut dan seperti candu membuatnya ingin terus mencicipinya dan membuatnya enggan untuk melepaskannya. Dia menekan bibirnya dengan kuat ke bibirnya dan menjilatnya,Namun Mark merasa belum cukup. Dia mulai menghisap dan menggunakan lidahnya menggoda lidah kecil Raelina.“Hmph—“ Raelina tersadar dari transnya karena ciuman intens pria itu dan mulai mendorongnya.Namun Mark tidak membiarkannya. Dia menangkap tangan Raelina dan menahan lengannya dengan tangan satunya ke dinding tanpa melepaskan bibirnya dari bibir wanita itu. Sementara tangan satunya menggerayangi tubuh Raelina.Raelina mengerang, tubuhnya bergetar oleh sensasi kesemutan di sekujur tubuhnya yang sudah lama tidak dia rasakan. Matanya t
“Nona, aku bukan pria yang baik. Kehidupanku penuh dengan darah dan pembunuhan. Kurasa kita berdua tidak cocok.”Raelina terdiam tidak bisa berkata-kata membalas ucapan pria itu.Benar, dia dan Mark tidak cocok. Pria itu tengah menjadi orang yang di buru oleh tentara dan dia berasal sekelompok gangster.Separuh hidup Mark dipenuhi dengan pembunuhan dan darah. Sementara Raelina memiliki kehidupan normal yang jauh dari tragedi pembunuhan.Mereka berasal dari dunia yang berbeda.Bagaimana mereka bisa bersama?“Aku liat sudah mengerti. Jadi mari akhir saja ini, kamu setuju?” kata Mark sembari menyodorkan beberapa lembar dolar pada Raelina.Raelina mengepalkan tangannya melihat setumpuk uang dolar yang disodorkan Mark. Dia menunduk dan tertawa sinis.Dia mengusap rambutnya dan mendongak menatap pria itu dengan ekspresi dingin di wajahnya.“Ya, kamu benar. Kita berasal dari dunia yang berbed
“Itu tidak terlihat seperti digigit nyamuk dan serangga. Serangga apa yang menyebabkan sedikit memar seperti itu,” sindir Farida melihat selain bercak merak, beberapa memar terlihat.“Lebih tepatnya ini terlihat seperti bekas ciuman penuh gairah,” kata Farida menatap Raelina nakal.Wajah Raelina memerah panik.“I-itu tidak mungkin ...” Dia menggigit bibir bawahnya gelisah mencari alasan.Namun Farida tidak bisa ditipu dalam hal seperti itu karena dia sudah berpengalaman.“Astaga jadi itu benar?” Farida menatap Raelina dengan mata membelalak takjub sekaligus heran.“Dokter Raelina, ka-kamu ... tidur dengan seseorang?!” seru Farida tidak percaya.Raelina tersentak dengan suara keras Farida dan buru-buru bangkit menutupi mulutnya.“Apa kamu gila, kecilkan suaramu,” desisnya cemas melihat keluar pintu kamarnya yang terbuka, takut rekan-rekannya yang lain lewat
“Kamu dari mana saja? Apa kamu tahu Nona Louise menggila mencarimu?” kata seorang pria pirang saat Mark masuk ke kamarnya.Mark tak menanggapinya dan berjalan ke lemarinya.Kyle mendengus sambil terus mengelap pistolnya. Dia tidak heran Mark tidak menanggapinya. Pria itu seperti gunung es dan tidak pernah membicarakan tentang Nona Louise.“Apa ada yang mencariku selain Nona Louise?” tanya Mark berdiri di depan lemarinya dan melepaskan kancing pakaiannya dengan wajah datar tanpa menatap Kyle.“Ya, tentu saja ada. Si ‘anjing gila’ itu, Tuan Kenneth mencarimu semalam dengan wajah penuh amarah. Pagi ini pun sama, dia menantangmu berduel di arena seperti biasa setelah pengumuman bahwa Tuan Fred menjodohkan kamu dengan Nona Louise tersebar,” ujar Kyle tanpa melepaskan perhatiannya dari pistol yang tengah dilap-nya.Tangan Mark berhenti membuka kancing kemejanya mendengar kata-kata Kyle. Wajahnya tanpa ekspr
Sorakan membahana seluruh penjuru ruangan karena provokatif terang-terangan Andre dan sosok Mark yang sudah tiba.Pria di samping Mark menepuk pundaknya.“Kalahkan dia, Man.”Mark hanya menatapnya datar dan melepaskan kemejanya sebelum masuk ke dalam kerangkeng.Saat Mark masuk ke dalam kerangkeng, suara sorakan dan pekikan para wanita terdengar dominan di bandingkan laki-laki. Mereka sangat kagum dengan wajah tampan Mark dan tubuhnya yang berotot.Mark dan Andre saling berhadapan di tengah-tengah kerangkeng.Wajah Mark tanpa ekspresi menatap wajah Andre Dengan tenang.Andre tertawa sinis melihat ketenangan Mark“Kamu tahu, kamu sudah menjadi gangguan sejak kamu kita pertama berhadapan di tempat ini,” desis Andre sinis melayangkan tinjunya ke wajah Mark.Mark menghindar dengan gesit balas menghantam ulu hati Andre dengan kepalan tinju.Kedua pria itu bertarung dengan sengit, t
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d