Share

Episode 15

Penulis: Lisa Kagayaki
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-23 12:18:35
Setelah selesai belanja, sesuai perintah Mama gue bantuin mama bikin pancake. Sebenarnya gue kurang suka sama bau durian, tapi mau gimana lagi. Walaupun udah pakai masker masih juga kecium bau nya.

Mama bilang tadi mau bahas Winanta sambil bikin pancake, tapi kok pancake nya udah mau siap dan tinggal di bungkus belum ada bicara sama sekali. Apa mama lupa?

"Ma, kita gak jadi bahas soal hubungan Vanes dan Winanta?" tanya gue memulai percakapan dan supaya besok-besok gak ada lagi obrolan soal Winanta.

"Astaga iya, kenapa mama bisa lupa ya? Padahal dari semalam mama masih ingat mau bahas itu" ucap mama sambil menyusun pancake ke mika (*untuk tempat pancake terbuat dari plastik)

"Jadi, sebenarnya kalian tuh sejak kapan udah putus- tunggu.. itu gak penting. Yang penting sekarang, kenapa kalian bisa putus? Winanta ketahuan selingkuh? Memang benar dia selingkuh?" tanya Mama.

"Iya ma, dia selingkuh. Yang waktu itu ada pesan pancake atas nama Dilla, cewek itu ternyata pacar baru W
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ayu Widia Susanti
di tunggu kelanjutannya Thor ,fighting ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mantan Posesif   Episode 16

    Gue dan Farez akhirnya makan bareng. "Nanti mau lanjut ke perpustakaan?" tanya gue "Iya, mau bareng? Kayak waktu itu" ucap Farez "Oke, boleh aja" ucap gue. Setelah selesai makan, gue dan Farez jalan menuju perpustakaan. "Elo sering banget yah ternyata ke kafe itu" ucap gue membuka pembicaraan sambil jalan. "Ya lumayanlah, dekat juga dari rumah." "Oh? Omong-omong rumah lo dimana?" tanya gue lagi. "Gak jauh kok dari kafe, kapan-kapan aku ajak ya" tawar Farez. "Haha gak usah juga gak masalah kok, kan gak harus tau juga kalo emang lo ga mau gue tau apapun tentang lo" ucap gue yang sedikit mengarah tentang Farez yang menyembunyikan identitasnya. Farez sejenak terdiam, seperti mempertanyakan sesuatu di dalam hatinya. Atau entah apa yang dia pikirkan. "Ya... yaudah kalau memang kamu enggak mau aku ajak mampir kapan-kapan." ucap Farez "Astaga, bukan gitu maksud gue--" Gue panik sendiri karena kayaknya Farez udah salah paham. "Udah yuk masuk, jangan ribut" uca

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Mantan Posesif   episode 17

    Gak disangka, gue dan Farez selalu bersama ke perpustakaan. Hingga hari terakhir kita belajar bersama, ia berkata, "Semangat ya ujiannya, selesai ujian kita ketemu lagi" ucapnya saat itu seakan jadi salam perpisahan karena kami gak bakalan jumpa dulu sebelum selesai ujian. Walaupun udah lumayan belajar, tapi otak gue memang seketika beku dan mata rasanya sakit begitu liat lembaran soal ujian. Tentu saja sangat berbanding terbalik dengan Winanta si jenius itu. Ibaratnya gue baru baca soal, dia udah mengerjakan soal berikutnya. Hari-hari ujian yang membosankan pun gue lalui dengan segenap nyawa. Ternyata walaupun gue bersyukur Winanta gak posesif, tapi ada rasa kehilangan dari diri gue. Terutama saat masa ujian. Biasanya selesai ujian, dia langsung mengelus kepala gue sambil mensupport dengan perkataan yang manis. Tapi gue yakin gue akan move on walaupun butuh waktu yang lama. Karena itu gue mulai jalan sama Farez. ******* "Akhirnyaaa~ akhirnya ujian selesai juga!!" Ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Mantan Posesif   Episode 18

    Kami udah nyobain makanan di beberapa tempat. Mulai dari sejenis roti sampai makanan pedas. Rasanya beneran kayak nge-date walaupun cuma jalan-jalan sama teman. "Van, coba kemari" ucap Farez sambil memegang bando. kami sedang. melihat-lihat pita. Gue pun menghampirinya dan Farez langsung memakaikan bando kucing itu di kepala gue. "Haha gak cocok" ucap Farez dan langsung menaruh kembali bando itu. "iih nyebelin juga elo ya" ucap gue. "Udah yuk, lanjut lagi liat-liat yang lain" gue memimpin jalan. "Mau liat perhiasan enggak?" tanya Farez. "Enggak" jawab gue. "Itu ada promo daster--" "Gue gak pake daster" "Mau liat-liat baju renang gak?" tanya Farez yang tidak serius. "Haha apa sih? Ngelawak ya. Gue gak pernah berenang pake baju renang" ucap gue, sekarang kami udah sejajar jalannya. "Loh, ternyata kamu bisa berenang ya?" tanya Farez. "Iya, bisa. Gaya batu haha" Farez ikut tertawa, tapi seketika tawa gue terhenti karena melihat orang yang ada di depa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Mantan Posesif   Episode 19

    Di mall. Gue dan Farez baru selesai keliling dan mau cari kafe untuk kami makan. Sementara Winanta ada nampak gue dari kejauhan. Dia juga keliling mall bareng Dilla. "Vanes!" teriak Winanta yang enggak gue dengar. "Vanes siapa yang?" tanya Dilla sambil menggandeng tangan Winanta. "Vanes mantan aku lah, siapa lagi" jawab Winanta dengan tidak melihat ke arah Dilla. "Bisa ya kamu manggil mantan kamu di depan pacar kamu" Dilla sedikit meninggikan suara. "Haduh udah ya, aku lagi gak mau ribut sama kamu sekarang" "Nyatanya kamu yang cari ribut" ucap Dilla. Winanta tidak menghiraukan ucapan Dilla. Ia langsung mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Vanessa. Namun nihil karena nomor Winanta udah gue blokir. "AH SIAL!" umpat Winanta mematikan telponnya dan memasukan handphonenya lagi ke dalam saku celana. "Sayang, sekarang kamu lagi ngapain sih?!" Dilla kesal karena Winanta sibuk sendiri. "Sayang, coba minjam handphone kamu dulu" ucap Winanta mengarahkan tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Mantan Posesif   Episode 20

    Saat kami sampai di dalam kafe, setelah pesanan kami datang, Farez langsung bicara hal yang ingin dia sampaikan tadi. "Jadi sebenarnya, kafe ini milik orang tuaku" ucapnya, lalu meminum ice cappucino. "H-hah?" otak gue masih nge-lag. "Kafe ini milik orang tuaku, yang nantinya di teruskan ke aku. Bahkan sekarang pun aku udah sering memantau perkembangan kafe." Gue diam, dan tentunya muka gue ngak ngok kayak orang idiot. "Ahaha kamu kenapa diam aja sih?" tanya Farez. "Emm.. yah, g-gue masih belum cerna. Gue sama sekali gak nyangka kalau ternyata kafe yang paling gue sukai ini milik keluarga lo. Bahkan gue beneran heran kenapa tiba-tiba sekarang lo ngakuin hal ini. Selama ini juga gak ada tanda-tanda kalau lo pemilik kafe ini. Semua pelayan juga biasa aja." mulut gue terus menyerocos kayak kereta api yang jalan. Tunggu-- gue bilang tadi apa? 'Tanda-tanda kafe ini milik Farez?' Tiba-tiba aja gue inget, di hari itu, hari waktu gue dateng kesini sendiri dan ngeliat du

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Mantan Posesif   Episode 1

    "Van, lo masih ada hubungan kan, sama Winanta?" Tanya Kayla Monica, Sahabat gue sejak kelas dua SMP, disaat kita baru aja mau duduk di kursi kantin sambil bawa pesanan kami. Biasa, emang jarang sarapan pagi di rumah. Jadinya yah sebelum bel masuk kami mampir ke kantin dulu. Walaupun sering banget kena marah karena gurunya masuk duluan. Bahkan disaat udah mulai belajar. "Hah? Maksud lo? " tanya gue. "Iya, lo masih jadian kan, sama si Winanta? " jelas Kayla lagi. "Iya, masih kok. kenapa sih memangnya?" tanya gue spontan. "Semalam gue ke bioskop sama Dimas, gue kayak ada ngeliat dia gitu sama cewek. Coba aja film yang gue mau tonton belum mulai, pasti gue samperin dia"Ini bukan kali pertama gue dengar kabar kalau cowok gue ada jalan sama cewek lain. Udah sering banget anak sekolah bahkan bukan sekelas bilang itu ke gue. Namun yah gue gak mau percaya. Bisa jadi itu cuma hoax dan meraka hanya sekedar manas-manasin gue. karena lo tau? Gue dan Winanta jadian itu, adalah hari patah hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Mantan Posesif   Episode 2

    Hari ini harusnya begitu pulang sekolah gue mau langsung ke rumah Winanta, tapi ternyata Mama gue kebanjiran pesanan pancake. Oh iya, omong-omong kami punya usaha pancake durian.Alhamdulillah udah berjalan satu tahun walaupun gak selalu ramai pembeli. Awalnya bikin usaha ini tuh karena dari dulu Mama pengen banget bikin pancake durian, tapi gak dibolehin sama Papa karena Papa beneran gak bisa nyium bau durian. Jadinya setelah mereka pisah karena Papa ketahuan selingkuh, beberapa bulan kemudian Mama mencoba bikin usaha kecil-kecilan.Bersyukur banget walaupun dikerjakan sendiri, tapi masih bisa bertahan sampai sekarang. Yah gue sebagai anaknya juga bantu-bantu dong.. bantu mengemas dan antarkan pesanan naik Honda yang nganggur di rumah, satu-satunya harta yang ditinggalin Papa gue."Ma, mama gak ada lihat Winanta dari pagi?" tanya gue basa-basi sambil membungkus pancake."Enggak, Mama dari pagi di rumah gak ada lihat dia. Motor dia juga gak ada kelihatan." jawab Mama gue dan langsung m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Mantan Posesif   Episode 3

    Gue benar-benar gak habis pikir sama nih cowok. Bisa-bisanya bersikap seolah yang paling benar."Gak gentleman banget lo yah win. Lo jelasin dong siapa dia? Lo kasih tau juga ke dia siapa kita" sialan, nada bicara gue terdengar kayak udah mau nangis."Sayang, maksud tukang pancake ini apa sih? Dari tadi dia gak jelas banget ngomong" Dilla dengan santai nya bicara seolah cewek polos sambil makan pancake durian."Van, sorry banget yah gue udah sembunyikan ini dari Lo selama ini." Winanta sedikit mengangkat dagunya."Kenalin, dia Fadilla Natasyah. Pacar gue" Winanta memeluk Dilla dengan satu tangan. Lagi, Dilla masih sok polos."Bisa-bisanya lo ngomong gitu ke gue sambil peluk nih pelakor?!" Gue udah gak bisa nahan emosi lagi."Pelakor apaan bangsad!!?" Akhirnya Dilla menunjukkan sifat aslinya."Lo dari tadi gue baikin.. gue panggil mbak, aku-kamu, malah makin mengada-ngada yah!""Udah, cukup Dil.. masuk yukk makan pancake nya" Winanta yang sok coolBenar-benar gak habis pikir gue.. bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14

Bab terbaru

  • Mantan Posesif   Episode 20

    Saat kami sampai di dalam kafe, setelah pesanan kami datang, Farez langsung bicara hal yang ingin dia sampaikan tadi. "Jadi sebenarnya, kafe ini milik orang tuaku" ucapnya, lalu meminum ice cappucino. "H-hah?" otak gue masih nge-lag. "Kafe ini milik orang tuaku, yang nantinya di teruskan ke aku. Bahkan sekarang pun aku udah sering memantau perkembangan kafe." Gue diam, dan tentunya muka gue ngak ngok kayak orang idiot. "Ahaha kamu kenapa diam aja sih?" tanya Farez. "Emm.. yah, g-gue masih belum cerna. Gue sama sekali gak nyangka kalau ternyata kafe yang paling gue sukai ini milik keluarga lo. Bahkan gue beneran heran kenapa tiba-tiba sekarang lo ngakuin hal ini. Selama ini juga gak ada tanda-tanda kalau lo pemilik kafe ini. Semua pelayan juga biasa aja." mulut gue terus menyerocos kayak kereta api yang jalan. Tunggu-- gue bilang tadi apa? 'Tanda-tanda kafe ini milik Farez?' Tiba-tiba aja gue inget, di hari itu, hari waktu gue dateng kesini sendiri dan ngeliat du

  • Mantan Posesif   Episode 19

    Di mall. Gue dan Farez baru selesai keliling dan mau cari kafe untuk kami makan. Sementara Winanta ada nampak gue dari kejauhan. Dia juga keliling mall bareng Dilla. "Vanes!" teriak Winanta yang enggak gue dengar. "Vanes siapa yang?" tanya Dilla sambil menggandeng tangan Winanta. "Vanes mantan aku lah, siapa lagi" jawab Winanta dengan tidak melihat ke arah Dilla. "Bisa ya kamu manggil mantan kamu di depan pacar kamu" Dilla sedikit meninggikan suara. "Haduh udah ya, aku lagi gak mau ribut sama kamu sekarang" "Nyatanya kamu yang cari ribut" ucap Dilla. Winanta tidak menghiraukan ucapan Dilla. Ia langsung mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Vanessa. Namun nihil karena nomor Winanta udah gue blokir. "AH SIAL!" umpat Winanta mematikan telponnya dan memasukan handphonenya lagi ke dalam saku celana. "Sayang, sekarang kamu lagi ngapain sih?!" Dilla kesal karena Winanta sibuk sendiri. "Sayang, coba minjam handphone kamu dulu" ucap Winanta mengarahkan tang

  • Mantan Posesif   Episode 18

    Kami udah nyobain makanan di beberapa tempat. Mulai dari sejenis roti sampai makanan pedas. Rasanya beneran kayak nge-date walaupun cuma jalan-jalan sama teman. "Van, coba kemari" ucap Farez sambil memegang bando. kami sedang. melihat-lihat pita. Gue pun menghampirinya dan Farez langsung memakaikan bando kucing itu di kepala gue. "Haha gak cocok" ucap Farez dan langsung menaruh kembali bando itu. "iih nyebelin juga elo ya" ucap gue. "Udah yuk, lanjut lagi liat-liat yang lain" gue memimpin jalan. "Mau liat perhiasan enggak?" tanya Farez. "Enggak" jawab gue. "Itu ada promo daster--" "Gue gak pake daster" "Mau liat-liat baju renang gak?" tanya Farez yang tidak serius. "Haha apa sih? Ngelawak ya. Gue gak pernah berenang pake baju renang" ucap gue, sekarang kami udah sejajar jalannya. "Loh, ternyata kamu bisa berenang ya?" tanya Farez. "Iya, bisa. Gaya batu haha" Farez ikut tertawa, tapi seketika tawa gue terhenti karena melihat orang yang ada di depa

  • Mantan Posesif   episode 17

    Gak disangka, gue dan Farez selalu bersama ke perpustakaan. Hingga hari terakhir kita belajar bersama, ia berkata, "Semangat ya ujiannya, selesai ujian kita ketemu lagi" ucapnya saat itu seakan jadi salam perpisahan karena kami gak bakalan jumpa dulu sebelum selesai ujian. Walaupun udah lumayan belajar, tapi otak gue memang seketika beku dan mata rasanya sakit begitu liat lembaran soal ujian. Tentu saja sangat berbanding terbalik dengan Winanta si jenius itu. Ibaratnya gue baru baca soal, dia udah mengerjakan soal berikutnya. Hari-hari ujian yang membosankan pun gue lalui dengan segenap nyawa. Ternyata walaupun gue bersyukur Winanta gak posesif, tapi ada rasa kehilangan dari diri gue. Terutama saat masa ujian. Biasanya selesai ujian, dia langsung mengelus kepala gue sambil mensupport dengan perkataan yang manis. Tapi gue yakin gue akan move on walaupun butuh waktu yang lama. Karena itu gue mulai jalan sama Farez. ******* "Akhirnyaaa~ akhirnya ujian selesai juga!!" Ter

  • Mantan Posesif   Episode 16

    Gue dan Farez akhirnya makan bareng. "Nanti mau lanjut ke perpustakaan?" tanya gue "Iya, mau bareng? Kayak waktu itu" ucap Farez "Oke, boleh aja" ucap gue. Setelah selesai makan, gue dan Farez jalan menuju perpustakaan. "Elo sering banget yah ternyata ke kafe itu" ucap gue membuka pembicaraan sambil jalan. "Ya lumayanlah, dekat juga dari rumah." "Oh? Omong-omong rumah lo dimana?" tanya gue lagi. "Gak jauh kok dari kafe, kapan-kapan aku ajak ya" tawar Farez. "Haha gak usah juga gak masalah kok, kan gak harus tau juga kalo emang lo ga mau gue tau apapun tentang lo" ucap gue yang sedikit mengarah tentang Farez yang menyembunyikan identitasnya. Farez sejenak terdiam, seperti mempertanyakan sesuatu di dalam hatinya. Atau entah apa yang dia pikirkan. "Ya... yaudah kalau memang kamu enggak mau aku ajak mampir kapan-kapan." ucap Farez "Astaga, bukan gitu maksud gue--" Gue panik sendiri karena kayaknya Farez udah salah paham. "Udah yuk masuk, jangan ribut" uca

  • Mantan Posesif   Episode 15

    Setelah selesai belanja, sesuai perintah Mama gue bantuin mama bikin pancake. Sebenarnya gue kurang suka sama bau durian, tapi mau gimana lagi. Walaupun udah pakai masker masih juga kecium bau nya. Mama bilang tadi mau bahas Winanta sambil bikin pancake, tapi kok pancake nya udah mau siap dan tinggal di bungkus belum ada bicara sama sekali. Apa mama lupa? "Ma, kita gak jadi bahas soal hubungan Vanes dan Winanta?" tanya gue memulai percakapan dan supaya besok-besok gak ada lagi obrolan soal Winanta. "Astaga iya, kenapa mama bisa lupa ya? Padahal dari semalam mama masih ingat mau bahas itu" ucap mama sambil menyusun pancake ke mika (*untuk tempat pancake terbuat dari plastik) "Jadi, sebenarnya kalian tuh sejak kapan udah putus- tunggu.. itu gak penting. Yang penting sekarang, kenapa kalian bisa putus? Winanta ketahuan selingkuh? Memang benar dia selingkuh?" tanya Mama. "Iya ma, dia selingkuh. Yang waktu itu ada pesan pancake atas nama Dilla, cewek itu ternyata pacar baru W

  • Mantan Posesif   Episode 14

    Dering ponsel gue berbunyi dari nomor yang enggak terdaftar di kontak. Biasanya walaupun kontak enggak di kenal, gue coba angkat. Namun karena nomor ini nelpon di tengah malam gini, gue jadi takut kalau memang orang aneh yang nelpon.Gue membiarkan panggilannya mati sendiri karena mau lanjut tidur. Sebelum tidur, gue mau nyalain mode hening di handphone. Namun sebelum jari gue sempat meng klik mode hening, nomor itu nelpon lagi."Ck! Siapa sih?!" umpat gueGue mikir sebentar, "kalau misalnya ini adalah nomor handphone keluarga gue, atau bahkan ini memang telepon penting, kan gak bagus juga gak gue angat.""Angkat aja kali ya?" Gue pun memutuskan untuk mengangkat telponnya."Halo? Ini siapa ya?" tanya gue dengan lembut."Ini.... gue" ucap seseorang dari sebrang sana. Suara yang familiar dan gue kenal betul meskipun melalui telepon, suara Winanta."Hah... ngapain Lo nelpon? Udah ya, gue mau tidur""Tunggu! Tunggu dulu. Gue gak bisa tidur Van" ucap Winanta "Ya terus?" Cuek gue"Gue gak

  • Mantan Posesif   Episode 13

    Gue baru sampai di rumah dan ternyata Winanta udah ada di rumah gue entah sejak kapan. Dia duduk di kursi yang ada di teras. Dengan tatapan dingin, seolah marah nungguin gue. "Ngapain?" tanya gue turun dari motor. "Duduk" jawab Winanta yang ngeselin. Gue pengen banget kepo in, ngapain dia disini, apa beneran nunggu gue, sejak kapan dia disini dan apa Mama gue tau kalau dia datang? Soalnya pintu rumah masih di tutup. "Yaudah, silahkan lanjutin duduknya, gue mau masuk" gue mulai melangkah. "Cowok tadi siapa?" tanya Winanta yang menghentikan langkah gue tepat di depan pintu. "Hah... kenapa?" tanya gue dengan nada malas, melihat ke arahnya dengan wajah datar. "Vanessa, gue tanya sama lo, cowok tadi siapa?!" Winanta sedikit meninggikan suaranya. "Santai dong.. gak usah sampai teriak" ucap gue"Gue gak ada teriak! Coba lo jawab pertanyaan gue..! Apa susahnya sih?!" ucapnya tanpa melihat gue sambil langsung berdiri."Lo mau Mama gue sampai dengar pertengkaran kita?! Gak usah tinggi-t

  • Mantan Posesif   Episode 12

    Setelah beberapa jam kami fokus belajar masing-masing, gak terasa waktu cepat banget berjalan dan sekarang udah jam setengah enam sore. Gue menyusun buku dan bersiap untuk pulang. "Eh? Udah mau pulang ya?" tanya Farez ketika gue berdiri. "Iya nih, udah sore banget ternyata" jawab gue masih tetap berdiri di hadapanya dengan memegang semua buku yang gue baca. "Mau pulang langsung? Boleh gak, kalau kita singgah makan dulu di kafe? Yang daerah sini aja, biar jalan bareng ke kafe nya." ucap Farez menawarkan. Gue diam dan berpikir. Gak ada salahnya sih kami makan bareng, toh udah jadi teman.Mungkin aja ini bisa jadi kesempatan bagus buat gue supaya bisa ngelupain Winanta. "Boleh, mumpung gue juga udah lapar" jawab gue yang masih berdiri memegang buku. "Beneran? Yaudah ayo" ucap Farez dan langsung berdiri sambil menyusun buku. Kami pun mengembalikan buku dan keluar barengan. "Memangnya kafe di daerah sini dimana? Gue gak pernah jalan-jalan daerah sini" tanya gue ketika kami baru a

DMCA.com Protection Status