Share

Mantan Oh Mantan
Mantan Oh Mantan
Author: Erna W

Tak disangka

Author: Erna W
last update Last Updated: 2021-06-16 19:16:56

Mata Anita berbinar ketika melihat sederet tulisan dalam emailnya, memberitahukan bahwa dirinya di terima sebagai akuntan di sebuah perusahaan swasta. Ah, ternyata usahanya selama ini tidak sia-sia. Setelah berjuang keras mengirim lamaran kesana-kemari, inilah hasil terakhir yang ia dapat.

Disana tertulis, ia mulai masuk kerja Senin besok. Dan kini, perempuan berusia dua puluh lima tahun tersebut mulai mempersiapkan diri, untuk memasuki masa awal kerjanya.

Senin pagi....

Seperti pekerja-pekerja baru pada umumnya, Anita tak ingin ia terlambat. Karenanya, ia bangun lebih awal, bahkan telah sampai di perusahaan setengah jam sebelum kantor di buka.

Saat ini ia terlihat seperti orang tolol yang berdiri di depan pintu dengan mengamati keadaan sekitar. Ini memang masih terlalu pagi. Biasanya kantor akan buka jam delapan. Dan ini masih setengah delapan. Terlalu pagi untuk ukuran pekerja yang sudah menjadi karyawan tetap disana. Sedang dirinya, disini masih tahap percobaan. Diteruskan kalau cocok, keluar jika memang tidak sesuai. Tapi bukankah datang lebih awal itu lebih baik daripada terlambat?

"Ehm, maaf Nona, ada yang bisa dibantu?" Suara teguran itu membuat Anita menoleh langsung.

Seorang satpam dengan tubuh tinggi tegap telah berdiri tak jauh darinya.

"Ah, saya karyawan baru disini, Pak."

Pria itu menoleh pada jam di tangan kirinya.

"Biasanya para karyawan akan datang lima belas menit lagi," ucapnya seakan memberi tahu.

"Iya, saya yang memang terlalu pagi. Takut terlambat," kata Anita malu-malu.

Satpam itu mengangguk mengerti.

"Kalau begitu, sebaiknya Anda duduk dulu sampai salah satu dari mereka datang. Maaf, saya tidak bisa membukakan pintu karena Anda masih baru. Sebaiknya tunggu mereka saja." Satpam yang ber-name tag Sapri itu mempersilahkan Anita dengan menunjuk sebuah bangku panjang yang kebetulan ada di dekat pos satpam.

"Baiklah," jawab Anita mengerti.

Anita berjalan ke bangku tersebut dan duduk disana. Mengambil ponselnya dan melihat beberapa akun sosial media untuk mengetahui info di dalamnya.

Sementara itu, sebuah mobil Ferrari hitam masuk ke parkiran. Seorang pria dengan jas hitam dan sebuah tas kerja warna senada di tangannya, memasuki halaman kantor. Anita tak mengetahui adanya orang lain yang memasuki halaman tersebut karena sibuknya melihat berita di salah satu akun medianya. Namun tidak dengan pria ber jas itu. Pria itu sempat berhenti sebentar, tertegun saat melihatnya sebelum akhirnya datang ke pos satpam untuk mengambil kunci kantor. Sebelumnya, ia sempat bertanya pada Sapri tentang perempuan itu.

"Siapa dia?"

"Oh, katanya karyawan baru disini, Pak."

Pria itu menoleh lagi pada Anita namun hanya sesaat sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan pos dan memasuki kantor.

~~

Anita telah mengerjakan tugas pertamanya. Ia harus mempelajari dulu pembukuan disana sebelum masuk dalam hitungan. Untunglah ia tidak bodoh-bodoh amat sehingga cepat tanggap saat di training.

Ketika ia sibuk mengerjakan rekapitulasi anggaran bulan ini, sebuah suara masuk lewat intercom yang terpasang di kubikelnya.

"Nona Anita, tolong masuk sebentar ke ruangan saya!"

Anita mengusap wajahnya, tegang. Apa yang ia lakukan sehingga di awal kerja saja si Bos sudah memanggil?

"Kenapa?" tanya seorang teman yang ia tahu namanya adalah Wulan.

"Nggak tahu. Mungkin bos ingin berkenalan," jawab Anita asal.

"Awas tertarik sama dia loh. Si doi lumayan cakep meski sedikit galak," bisik Wulan diakhiri dengan kekehan kecil.

"Gimana kalau dianya yang tertarik sama aku?"

Wulan memperhatikan Anita sejenak dari atas sampai bawah.

"Boleh! Boleh! Bodymu lumayan juga. Buka sedikit tuh kancing, mungkin jadi poin untuk menggaet dia."

"Issshhh, ogah! Mending nggak dapet bos kaya kalau harus jual tubuh."

Suara dari intercom yang keluar sekali lagi membuyarkan acara gosip ria keduanya. Tak ayal Anita langsung kabur, ngacir ke ruangan atasannya.

Tok! Tok! Tok!

Anita membuka pintu perlahan dan menutupnya tanpa suara.

"Ya, Pak." Ia menatap seorang pria yang tengah fokus pada layar di komputernya. Tidak jelas seperti apa wajahnya, karena terhalang oleh benda pipih tersebut. "Ada yang bisa saya--,"

Mata Anita membulat lebar ketika pria itu bangkit dan menegakkan tubuhnya. Anita membeku menjadi kaku di tempatnya dalam sekejap.

Pria itu berjalan memutari meja. Melihat ke arah Anita tanpa kedip.

"Apa kabar? Lama tidak bertemu."

Anita memalingkan wajah dengan cepat. Ia tak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Terkejut, takut, benci, muak, semua menggumpal jadi satu dalam benaknya.

Siapa yang akan menyangka, Anita akan bertemu kembali dengan masa lalunya. Seseorang yang dulu pernah hadir dan menjadi catatan sejarah dalam kisah hidupnya meski hubungan mereka terbilang singkat.

Rama. Dialah orangnya.

Begitu banyak nama Rama sehingga ia tak akan menyangka kalau Rama yang kini ada di hadapannya, menjadi atasannya, adalah orang yang sempat mengusik hati juga hidupnya.

Dan sudah enam tahun masa itu terlewati. Siapa yang menduga nasib akan mempertemukan keduanya kembali.

"Masih ingat aku?"

"Tentu," jawab Anita dingin. Ia tak tahu harus bersikap apa pada Rama saat ini.

"Aku senang bisa melihatmu lagi. Selamat datang, semoga kau betah bekerja disini."

"Aku harap begitu." Anita menatap Rama sesaat sebelum ia memalingkan wajah kembali.

Tidak ia pungkiri, pria itu semakin tampan dalam usianya. Kedewasaan dan sikap tegas yang ditunjukkan makin memperkuat aura kelelakiannya. Pantas saja kalau beberapa karyawan disini sedikit menggunjingkan sang atasan. Karena beginilah sekarang penampakannya.

"Jika tidak ada hal lain yang diperlukan, saya akan kembali ke ruangan."

Rama hanya mengangguk tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari Anita. Entah apa yang pria itu pikirkan saat ini. Matanya masih terus mengawasi sampai Anita menghilang di balik pintu.

Sementara itu.....

Anita yang sudah keluar dari ruangan Rama, berhenti sejenak di depan pintu. Ia berdiri kaku dengan tangan memegang dadanya yang berdebar kencang. Segugup inikah dia bertemu sang atasan? Bukankah dia hanya orang biasa yang kebetulan punya posisi tinggi di atasnya? Atau karena hubungan yang pernah ada sehingga membuat jantung Anita bekerja dua kali lebih keras dari garis normalnya? Ia terkejut, shock dan masih tak percaya.

Jadi, hubungan seperti apa yang mereka miliki sebelumnya?

(○_○)

Kalau suka, ramaikan!

Related chapters

  • Mantan Oh Mantan    Kenapa disini?

    Anita berlari-lari kecil mengejar lift yang hampir menutup. Di dalam sudah hampir penuh, namun masih muat jika dia tetap memaksa masuk. Seorang yang ada di dalam tahu kalau perempuan itu bermaksud ikut satu rombongan, maka dengan cekatan memencet tombol open sehingga lift terbuka kembali, tak jadi menutup. Namun saat Anita hampir melangkah masuk, seseorang menariknya ke belakang dan menekan tombol close yang terdapat di luar sehingga kini Anita harus rela ketinggalan rombongan tersebut.Maka tertinggallah Anita sendiri disana bersama orang tadi. Ia menekuk wajahnya jadi seribu. Melihat pada orang yang kini berdiri tak jauh darinya."Apa maksud Anda? Saya mau pulang dan tidak ingin berlama-lama di kantor ini," serbunya tak terima."Apa kau tidak lihat tadi, begitu banyak isi dalam lift itu. Kau mau berdesak-desakan dengan mereka? Bercampur keringat tidak sedap setelah seharian bekerja, hmm?""Itu urusan say

    Last Updated : 2021-06-16
  • Mantan Oh Mantan    Ajakan Paksaan

    Perempuan itu melempar pandangannya keluar jendela kaca mobil. Ia tak menyangka, kalau hari keduanya akan berangkat dengan bosnya sendiri. Wajahnya yang keruh menandakan ia sedang kesal saat ini. Bagaimana tidak, setelah Rama datang tiba-tiba dengan waktu yang terbilang masih sangat dini hari, dan yang pasti itu sangat mengganggu Anita, laki-laki itu juga bertingkah menyebalkan merasa dirinya tinggal di sebuah losmen sehingga meminta pelayanan spesial dari sang pemilik. Hal itu membuat hati Anita menggumpal sebal.Dengan terpaksa ia harus membuat sarapan untuk Rama sekaligus menyiapkan kopi buatnya sebelum pergi ke kantor. Belum lagi permintaan Rama yang ingin inilah-itulah dan harus Anita turuti karena jika tidak, Rama akan membalikkan kata-kata dengan alasan konkret yang cukup menohok, "Tamu adalah raja. Maka layanilah tamu sebaik mungkin."Kalau sudah begitu, Anita hanya mendengus saja tanpa mampu membalas kata-katanya lagi. Ru

    Last Updated : 2021-06-17
  • Mantan Oh Mantan    Oh...My God

    Anita mengutuk berkali-kali. Siapa yang tidak kesal? Acara kencannya batal hanya karena pekerjaan dadakan. Ia merutuki nasib sialnya yang harus bertemu kembali dengan pria itu, terlebih dia sekarang menjadi atasannya sendiri.Sikap diktator Rama memang tak pernah berubah sejak ia muda bahkan sampai sekarang. Seandainya saja Anita tak terlalu membutuhkan pekerjaan, pasti dirinya tak akan keberatan keluar dari perusahaan Rama sejak awal ia tahu kalau pria itu adalah bosnya. Hanya saja, Anita memang sedang terdesak masalah ekonomi sehingga mengharuskan dirinya rela menjadi kacung disana meski di bawah tekanan."Sayang, aku minta maaf sekali ya. Aku janji ini tak akan terulang lagi."Entah sudah berapa kali pula Anita minta maaf pada kekasihnya itu. Pembatalan acara kencan yang mendadak membuat rasa kecewa pada keduanya. Namun Sandi adalah pria sabar yang masih bisa menyembunyikan kekecewaannya.Dengan pengert

    Last Updated : 2021-06-18
  • Mantan Oh Mantan    Kejutan

    Anita belum bisa berfikir jernih ketika Rama masih menempelkan bibir mereka. Rasanya semua logikanya mendadak hangus karena ciuman tiba-tiba itu."Ah, maaf. Rupanya kalian disini."Suara itu menginterupsi aksi keduanya dan seketika Anita pun tersadar lalu mendorong tubuh Rama sehingga pelukan keduanya terlepas.Warna merah kini menghiasi wajah ayunya. Malu. Ia kepergok melakukan aksi mesum oleh sang pemilik pesta."Maaf Nyonya, kami eh--," Rama sengaja ingin menjawab dan diputus segera oleh si Nyonya rumah."Ah, tenanglah. Jangan gugup seperti itu. Aku paham apa yang kalian rasakan. Aku juga pernah muda seperti kalian dulu." Istri Dewantara itu mengulum senyum demi melihat sikap Anita dan Rama yang salah tingkah. "Baiklah, lanjutkan saja. Aku hanya ingin ke belakang sebentar." Dan perempuan itu berlalu dari hadapan keduanya.Kini Rama harus siap-siap menghadapi kemarahan A

    Last Updated : 2021-06-19
  • Mantan Oh Mantan    Pak RT atau Tukang Listrik?

    Tiga hari sudah, orang tua Anita menginap di rumah putrinya. Hingga saat ini, mereka belum mengetahui kalau Anita bekerja dengan Rama. Dan Anita harus bersyukur selama tiga hari ini pria itu tidak ada di tempat. Tugas luar kota yang mengharuskan dirinya pergi, membuat dunia Anita lebih tenang dari hari sebelum-sebelumnya.Meski demikian, bukan berarti dia terhindar dari problema kehidupan. Sudah Anita tebak sebelumnya kalau orang tuanya datang tidak hanya sekedar berkunjung ke rumahnya yang baru. Tentu ada maksud dan tujuan lain yang mereka rencanakan. Dan memang benar, ketika hari pertama saja, Anita telah ditanyai macam-macam oleh sang mama. Tak hanya masalah pekerjaan yang di interogasi. Bagi Heni, pekerjaan adalah nomor ke sekian setelah jodoh.Inilah yang selalu jadi beban pikiran Anita. Kepalanya akan kembali pening saat ia ditanya mengenai calon suami. Bahkan setelah ia memutuskan pergi dari rumah, ibunya masih saja menekan dirinya

    Last Updated : 2021-06-20
  • Mantan Oh Mantan    Gagal

    Braaakkk!!Anita menaruh kotak makanan itu dengan kasar di atas dashboard. Ia cuma melirik sekilas pada pria di sampingnya."Bekalmu!" ucapnya sangat dingin tak bersahabat. Setelahnya ia melengos menatap ke sisi kiri keluar jendela kaca mobil. Rama tak merespon sikap Anita barusan. Ia pilih menjalankan mobil dengan segera menuju kantor. "Setelah ini, jangan menjemputku lagi!""Terserah aku mau jemput atau tidak."Anita menatap Rama tajam."Ram, aku tidak tahu apa motifmu melakukan ini padaku. Memperlakukanku spesial seolah aku ini orang yang berarti bagimu.""Apa kau berfikir begitu? Bagiku biasa saja, dan aku juga tidak menganggapmu lebih." Rama hanya melirik sekilas pada perempuan di sebelahnya."Oh....ya? Tapi orang lain tidak berfikir begitu.""Aku tidak perduli pikiran orang lain. Sekarang kau pikir saja, apakah aku makan ikut orang l

    Last Updated : 2021-06-21
  • Mantan Oh Mantan    Bawa dia kemari!

    Pintu ruangan bersifat privasi itu dibuka tiba-tiba, menampakkan sosok seorang pria tampan dengan sebuah kaca mata yang menghias wajahnya."Hei, Bro, tumben kamu nggak keluar," sapanya saat memasuki ruangan. Berjalan mendekat lalu duduk di kursi, depan meja kerja Rama."Gimana tugas luar kotamu?" tanya Rama balik, mengabaikan pertanyaan pria tersebut."Yahh....lancar-lancar saja. Pak Robby akhirnya mau bekerja sama dengan kita.""Aku tahu kau pasti berusaha keras untuk memenangkan hatinya. Dia bukan klien yang mudah ditakhlukkan. Itulah sebabnya aku mengirimmu, dan bukan yang lain." Rama kembali menyendukkan nasi goreng ke mulutnya.Hal itu mendapat perhatian dari pria di depannya. Ia mengamati dengan teliti isi kotak makanan yang sedang di hadap oleh teman sekaligus bosnya itu."Kau makan nasi goreng?" tanyanya heran. "Tumben?"Rama hanya diam. Sambil men

    Last Updated : 2021-06-22
  • Mantan Oh Mantan    Potret Kenangan

    Rama turun setelah membersihkan dirinya. Ada Rio dan Amanda sedang asik pada bacaan di tangan masing-masing."Kau sudah makan malam, Sayang?" tanya Amanda begitu melihat kemunculan putranya."Sudah, Ma. Tadi bersama Arya."Rama lalu mengambil duduk di dekat keduanya."Gimana pekerjaanmu, Ram? Tidak ada masalah?" Rio melipat korannya, fokus pada sang anak."Sejauh ini tidak, Pa. Arya membantuku dengan baik.""Okay. Berhati-hatilah dalam menghadapi klien-klienmu. Mereka bisa saja jadi musuh dalam selimut.""Iya, Pa." Sejenak pembicaraan terhenti dan Rama mulai membuka obrolan lagi ketika Amanda yang baru saja kembali dari dapur, datang dengan sepiring irisan buah apel serta kiwi di tangannya. "Ehm, kalian ingat sama Papa Rangga dan Mama Heni?"Rama terlihat ragu saat bertanya. Ia menggosok ujung hidungnya, sedikit resah kalau tanggapan kedua

    Last Updated : 2021-06-25

Latest chapter

  • Mantan Oh Mantan    END

    Satu kantor Ardyatama Corp dibuat heboh. Pasalnya Arya membawa kabar penting buat seluruh staf disana. Berita mengenai pernikahan sang direktur dengan salah satu karyawannya, menjadi topik utama. Hampir di setiap sudut kantor bergerombol para karyawan yang sedang membahas berita pernikahan dadakan itu. Ya, akhirnya Rama berhasil menikahi Anita kembali. Perempuan yang ia cintai selama ini. "Duh, aku harus beli gaun baru kalau gitu," gumam Wulan bingung sendiri. Seorang teman yang kebetulan ada di dekatnya juga ikut menyela. "Sepertinya aku juga. Gimana kalau kita beli sama-sama? Aku punya kenalan pemilik butik. Pakaian yang dia jual bagus-bagus loh. Dan yang pasti kita akan dikasih harga miring," ujar perempuan bernama Dinda itu. "Benarkah? Wah....boleh tuh. Nanti ya kita kesana sama-sama." "Eh, tapi ngomong-ngomong nih, Anita beruntung ya dapetin Pak Rama. Udah ganteng, kaya pula." Dinda mulai

  • Mantan Oh Mantan    Pengorbanan Sandi

    Semua orang di ruang tamu dibuat terkejut begitu Sandi muncul di tengah-tengah mereka. Kinara spontan berdiri dan menghampiri kakaknya, bertanya apa yang terjadi."Mas, gimana? Apa yang Mbak Anita katakan?""Mas ingin bicara sama Mama dan kalian secara pribadi."Jawaban Sandi sudah bisa ditebak kalau masalahnya sedikit serius. Sandi mendekati mamanya dan membisikkan sesuatu pada perempuan berjilbab itu. Setelah pamit pada sang tuan rumah untuk keluar sebentar, Sandi memulai percakapan dengan keluarganya."Apa yang terjadi, Nak? Kenapa kamu mengajak Mama dan adik-adikmu keluar?" tanya Sari penasaran. Saat ini mereka sedang duduk melingkar di sebuah meja bundar, di teras rumah Anita."Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian." Sandi menatap Mama dan kedua adiknya, bergantian. "Dan apa yang akan Sandi katakan ini akan menjadi keputusan yang Anita ambil nantinya.""Ada apa sih

  • Mantan Oh Mantan    Pertanyaan Anita

    Meski sebisa mungkin Heni dan Rangga mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol salah satu dari tamunya, namun tetap saja suasana kaku dan tegang masih menyelimuti. Seperti ada kabut tebal yang menyelubungi ruang tamu tersebut. Dan pada akhirnya, hanya kebungkaman yang terjadi. Memperkukuh kesenyapan di antara banyaknya orang dalam ruangan itu. Sementara itu.... Ketiga orang di ruangan yang berbeda masih duduk membeku dalam kebisuan. Penantian yang mereka tunggu, bukan sesuatu yang menyenangkan bagi ketiganya. Mereka tahu, keputusan apapun yang akan diambil hari ini, akan menyakiti hati seseorang. "Apa kalian siap dengan keputusan yang akan ku ambil hari ini?" Manik mata Anita menatap dua pria di seberangnya, bergantian. "Apapun keputusanmu, kami harus siap menerimanya, Anita," cetus Rama mendahului. Di sisi lain, Sandi nampa

  • Mantan Oh Mantan    Di antara dua pilihan

    Heni menatap keempat tamunya dengan tubuh tegang. Ini kali pertama ia sebagai seorang ibu menghadapi langsung yang namanya calon besan. Sandi mengurai senyum lebih dulu pada ibu kekasihnya, membuat ketegangan Heni sedikit berkurang."Mari masuk," ia mempersilahkan.Sandi mengangguk lalu mengajak mama dan dua adiknya masuk.Rio dan Anita menyalami keluarga Sandi diikuti Dona kemudian. Setelahnya Anita menyuruh mereka duduk, sementara Dona masuk ke dalam membantu mamanya menyiapkan suguhan."Sebelumnya aku minta maaf. Karena sebelum kita masuk ke topik pembicaraan, aku ingin kita menunggu tamu yang lain datang dulu," Anita mendahului.Pemberitahuannya sedikit membuat Sandi terkejut."Siapa Sayang? Apakah keluargamu yang lain?" tanya Sandi cepat."Kau akan tahu nanti kalau mereka sudah datang."Sandi menatap Anita lekat. Berusaha menyelidik m

  • Mantan Oh Mantan    Penentuan akan dimulai

    Heni dan Rangga sampai di rumah Anita tepat siang hari. Tampak sang putri tengah duduk seperti menanti kedatangan mereka."Ma, Pa, aku merindukan kalian." Anita memeluk orang tuanya penuh kerinduan. Matanya yang menangkap sekelebat bayangan wanita muda masuk ke dalam rumah, sedikit terkejut juga heran. Ia pun langsung menanggapi, "Dona ikut juga, Pa?""Adikmu berkeras untuk ikut. Katanya bosan di rumah terus," jawab Rangga melepas jaket kulitnya lalu duduk di sofa. Heni yang biasanya terus masuk ke dalam, kini hanya mengikuti apa yang Rangga lakukan. Duduk di sampingnya."Hai, Mbak. Rumah daerah sini lumayan juga ya. Aku barusan lihat-lihat," seru Dona dari jauh. Wajahnya terlihat sangat berseri."Kamu nggak tanya kabar Mbak dulu malah asik lihat-lihat rumah. Emang nggak kangen?" cetus Anita merengut."Iya deh. Dona juga kangen sama Mbak kok." Dona memeluk kakaknya. "Gimana tinggal disini,

  • Mantan Oh Mantan    Keputusan Rama

    Sandi tak akan menyangka kalau sang adik akan menentang rencananya. Kinara berdiri dari tempatnya dengan wajah setengah geram."Ara tidak setuju, Mas!""Kenapa, Ra?""Perempuan itu bukan wanita baik-baik.""Apa maksudmu bilang begitu?""Mas nggak tau kan apa yang dia lakukan di belakang Mas Sandi?" Kinara melangkah gelisah, mondar-mandir tanpa jelas."Memang apa yang tidak aku tahu?" Sandi mendesak tak sabar.Kinara berdecak lalu mengambrukkan tubuhnya kembali, namun kali ini ia mengambil tempat tepat di samping Sandi."Apa Mas lupa kalau kemarin kita mencari Mbak Anita? Dan apa kata orang waktu itu, kekasih Mas itu keluar sama laki-laki lain bukan?" Suasana kini berubah tegang. Wajah serius mulai ditunjukkan Sari, sang mama."Apa maksud ucapanmu, Kinara? Kapan kalian mencari Anita? Dan siapa pria yang bersamanya itu?" Kal

  • Mantan Oh Mantan    Keputusan Sandi

    Rama mondar-mandir dengan gelisah di ruangannya. Disana juga ada Arya yang setia mendampingi keberadaan sahabatnya."Kira-kira, apa yang akan dilakukan Sandi pada Anita?" Rama meminta pertimbangan Arya setelah merasa lelah berjalan kesana-kemari dan menghenyakkan tubuhnya di sofa tunggal. "Sandi tidak mungkin menyakiti Anita bukan?""Aku yakin dia tidak akan melakukan hal sejauh itu. Sandi sangat mencintai Anita, jadi tidak mungkin berbuat sekasar itu padanya.""Ah....mungkin sebaiknya aku menyusul mereka. Aku benar-benar tidak tenang kalau hanya berdiam diri di sini terus." Rama berdiri kembali dari tempat duduknya."Tunggu Rama! Please, jangan berpikir seperti anak-anak. Aku tahu kamu mencemaskan Anita saat ini. Tapi berikan kesempatan pada Anita untuk menyelesaikan masalahnya dengan Sandi. Kau tidak harus ikut campur dalam hal ini."Tangan Rama mengepal kuat. Ia mengutuk kalimat Arya ya

  • Mantan Oh Mantan    Kebohongan Anita Terungkap

    Anita dan Wulan sudah siap untuk kembali ke kota. Rupanya Arya dan Rama telah menanti mereka di dekat mobil masing-masing. Kembali Anita ingat suatu hal yang ingin ia tanyakan pada Wulan. Karenanya sebelum keduanya mendekati mobil, Anita menghentikan langkah temannya itu."Lan, aku mau tanya sesuatu padamu," ujarnya perlahan."Soal apa?""Kau sama Pak Arya. Kenapa tiba-tiba kalian begitu dekat?" Pandangan Anita begitu menuntut, namun hanya ditanggapi Wulan dengan gelak tawa kecil."Nggak ada apa-apa. Kami cuma berteman saja kok.""Tidak. Kau pasti bohong. Ayo jujur padaku, apa sebenarnya yang kalian sembunyikan? Yang kutahu, kalian tak sedekat ini sebelumnya.""Kau terlalu berpikir macam-macam, Nit. Sudahlah. Ayo kita pulang. Lihat, mereka sudah tak sabar menunggu kita.""Kalau kau tidak mau menjawab, aku akan bertanya pada Pak Arya, hari ini juga."

  • Mantan Oh Mantan    Pencarian

    "Kamu jadi ke mall atau tidak? Tapi maaf, Mas tidak bisa menemanimu." Suara Sandi terdengar dingin, membuat nyali Kinara sedikit ciut."Kita pulang saja," jawab Kinara lesu. Ia sungguh tak berani menatap wajah sang kakak yang jelas-jelas sedang meredam amarah.Tanpa banyak kata, Sandi melajukan mobilnya, pulang ke rumah."Mas Sandi tidak turun?" tanya Kinara saat mobil telah sampai di depan pagar, dan Sandi membuka kunci otomatis mobil, menandakan bahwa Kinara harus turun tanpa menunggu mobil masuk dalam garasi terlebih dulu."Aku masih ada perlu.""Kemana? Mencari Mbak Anita?"Tatapan tajam dilayangkan Sandi pada adiknya, membuat Kinara harus menunduk kembali karena takut. Sungguh baru kali ini kakaknya itu bersikap demikian padanya."Turunlah!" Perintah tegas itu mendapat respon cepat dari Kinara. Ia membuka pintu mobil dan turun segera. Tidak lama, dan Sandi kemb

DMCA.com Protection Status