Olivia sudah berada tekad untuk menjalankan apa yang dikatakan oleh Randika kemarin. Dia tidak akan mau menuruti permintaan ibu mertuanya yang aneh-aneh itu. Jelas ibu mertuanya sedang menyiksanya agar membuat dia pergi meninggalkan rumah ini. Tapi tidak semudah itu. Dia tidak akan menyerah. Dia akan menunjukkan kepada ibu mertuanya kalau dia tidak akan semudah itu disingkirkan."Kenapa aku harus bersikap seperti menantu sementara dia bersikap seperti majikan? Jangan harap! Aku tidak akan semudah itu disuruh-suruh seperti Amora. Aku tidak akan bernasib sama dengan wanita itu," ucap Olivia yang masih asyik berbaring di ranjangnya dan malah menarik selimut lebih tinggi lalu memejamkan mata.Jika Sofia memang sengaja memecat pembantu untuk memberdayakan Amora, tapi kemudian dia juga jadi kena imbasnya, maka Olivia tidak akan sudi. "Biar dia yang kerjakan sendiri jika memang tidak mau pekerjaan rumah ini dikerjakan oleh pembantu," ucap Olivia dengan kedua bahu terangkat tanda dia tidak pe
Setelah semua orang berangkat kerja, Rehan tidak segera ke kantor. Dia menunggu diam-diam tak jauh dari rumah. Pria itu curiga karena Olivia mulai bersikap ketus dan semakin jarang di rumah. Kemarin pun Olivia pulang gak malam dan langsung tidur begitu saja dan pagi ini dia malah tidak mau bangun untuk membantu menyiapkan sarapan dan sarapan bersama."Apa yang sebenarnya dilakukan Olivia belakangan ini?" gumam Rehan dengan tangan yang sudah berada di atas roda kemudi dan mata masih fokus menatap lurus ke depan.Saat ini Rehan sudah siap dengan celana jeans sobek-sobek dan sebuah hoodie hitam. Tak lupa di jok sampingnya sudah sedia topi hitam dan di dalam dashboard pun terdapat kacamata hitam. Ini semua adalah perlengkapan untuk penyamarannya. Tidak mungkin dia mengikuti Olivia dengan memakai setelan kantor. Itu terlalu mencolok."Olivia sangat jauh berbeda dari biasanya dan itu sangat mencurigakan," lanjut Rehan yang masih tidak bisa berpikir jernih dengan apa yang terjadi pada Olivia
Rehan buru-buru menundukkan kepalanya dan menarik topinya lebih ke bawah ketika pria yang sangat mirip dengan Liam itu berjalan melewatinya. Dia berdoa dalam hati agar pria itu tidak melihat wajahnya saat seperkian detik tadi dia sempat mengangkat wajah dan membulatkan mata saking terkejutnya. Untungnya Rehan berhasil menguasai diri dan langsung menyembunyikan identitasnya. Dan untungnya pria itu sepertinya tidak menyadari kalau dirinya merupakan suami dari Olivia, wanita yang saat ini sedang menikmati waktu berdua dengan pria itu di kafe yang saat ini mereka datangi.“Atau mungkin dia tidak mengetahui aku sama sekali. Jadi meskipun dia tadi melihat wajahku, dia juga tidak akan tahu kalau aku suami Olivia,” gumam Rehan setelah laki-laki itu meninggalkan kamar kecil.“Tapi … siapa dia? Kenapa dia sangat mirip dengan mendiang Liam? Tidak mungkin Liam kembali hidup, pria itu bahkan sudah mati sejak lama,” lanjut Rehan yang masih dipenuhi dengan kebingungan akan sosok yang tadi dilihatnya
Rehan melirik jam tangannya. Di sana tertera jam 10 lewat 15 menit. Ini sudah cukup malam dan Olivia masih belum pulang.“Pasti wanita itu sedang bersenang-senang sekarang. Dia pasti menikmati waktunya dengan pria itu.” Rehan tertawa hambar.Bayangan tentang Olivia yang sedang menikmati malam yang panas dengan pria lain tak bisa tidak muncul di otaknya. Rehan sudah berusaha menepis tentang bayangan itu, tapi semakin dia berusaha menepisnya, bayangan itu semakin nyata dan malah semakin liar.“Pasti Olivia lebih menikmati bercinta dengan pria itu dan menjadi sangat agresif dengan pria itu dari pada saat bercinta denganku.”Fakta ini benar-benar menghantam telak kesadaran Rehan kalau istrinya itu tidak hanya mencuranginya, tapi juga tidak pernah menaruh hati padanya. Padahal sejak dulu Rehan selalu menyimpan baik-baik perasaannya terhadap wanita itu. Olivia adalah cinta pertamanya dan orang yang benar-benar ingin dinikahinya. Sayangnya, setelah berhasil mendapatkan wanita itu dan menikah
Begitu Rehan masuk ke kamar, Olivia langsung memasang wajah marah. Dia benar-benar kesal karena sekarang suaminya terang-terangan mendekati Amora yang merupakan mantan istri pria itu. Mereka bahkan mesra-mesraan di rumah ini.Namun Rehan mengabaikan Olivia dan berjalan melewati wanita itu yang sedang berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Rehan langsung mendudukkan dirinya di pembaringan, bahkan langsung merebahkan dirinya dan memejamkan mata tanpa peduli dengan bagaimana cara Olivia menatapnya.“Tidak ada yang ingin kamu jelaskan setelah tadi apa yang aku lihat di dapur?” tanya Olivia dengan suara yang meski pelan tapi terdengar tajam.“Apa sekarang kamu sedang berusaha untuk mendekati wanita itu dan ingin mengumumkan pada dunia bahwa kamu dan wanita yang sekarang jadi kakak iparmu itu akan hidup bersama? Kamu akan merebut Amora dari kakakmu dan … aku? Kamu akan menceraikanku setelah berhasil mendapatkannya? Atau kalian sudah menyusun rencana untuk melarikan diri bersa
“Tapi aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu, karena sepertinya kau tidak akan pernah percaya dengan apa yang aku katakan.”“Kata-katamu jelas sekali untukku. Kau pasti memiliki hubungan dengan Rehan setelah susah payah menggodanya. Kau bahkan sampai sengaja mendekati Oliver hanya untuk menarik perhatian Rehan. Kau pasti sedang bertingkah menjadi istri Rehan dan ibu dari Oliver. Kau ingin merebut posisiku,” kata Olivia sambil mendengkus karena merasa Amora sengaja memancing kemarahannya.“Apa kau ingin aku untuk menggantikan posisimu untuk menjadi istri Rehan dan ibu dari Oliver?” tanya Amora terdengar menantang Olivia.Mendengar itu Olivia langsung naik pitam. “Apa sebenarnya maumu?” teriaknya marah.“Apa mauku? Jelas itu maumu, bukan mauku. Kau yang menuduhku seperti itu, jadi apa aku harus mengabulkan keinginamu. Aku tidak mau rugi hanya dengan menerima tuduhan bodohmu itu,” sahut Amora dengan ketenangan yang membuat Olivia mengangkat tangannya dan hendak menampar wajah mulus A
Kalimat yang diucapkan oleh Giandra di restoran tadi cukup membuat Rehan bertanya-tanya. Apa mungkin kakaknya itu tahu apa yang terjadi semalam? Apa Olivia melabrak Amora? Ataukah, Amora dan Giandra mulai renggang sehingga Giandra mulai paham ada yang salah dengan rumah tangganya?Karena tak tahu jawaban mana yang benar, maka ia harus mengorek masalah ini dari Olivia langsung. Namun, mengingat kelakuannya kemarin saja sudah membuatnya muak. Terlebih kala melihatnya tampak cantik dan anggun ketika keluar rumah.Sepertinya ia harus bertindak tegas kali ini sebelum masalah bertambah runyam. Jika ayahnya mengetahui perselingkuhan Olivia, maka bisa dipastikan wanita itu akan langsung diusir dari rumah dan kehidupan keluarga Dwipangga.Rehan masih belum bisa merelakan Olivia pergi meski tahu sifatnya yang menjijikkan itu. Selain itu, ia juga tak bisa berpisah dengan Oliver. Biar bagaimanapun, Oliver sudah menjadi anaknya sejak ia dilahirkan. Meski anak itu bukan anak kandungnya, tapi ia men
Amora tersenyum penuh arti. Ia memang jarang berdandan seperti ini semenjak pulang ke Indonesia. Saat di luar negeri, ia memang sering berpakaian minim. Namun, perbedaan budaya membuatnya sedikit mengubah penampilannya demi menjaga kehormatan suaminya. Meski ia hanya memanfaatkan Giandra, tapi ia jelas menghargai suaminya itu.Amora pamit dan berjalan keluar dari rumah sakit. Saat akan menelepon untuk menanyakan posisi Rehan, sebuah mobil sedan yang ia kenal langsung berhenti di depannya.Amora yang mengenal mobil itu langsung masuk. Sengaja ia duduk dengan posisi kaki yang terlipat sehingga menunjukkan jelas sebalah paha mulus Amora. Ia bahkan sadar kalau Rehan sedang memperhatikan dirinya dengan penuh nafsu.“Kenapa melihatku begitu?” tanya Amora pura-pura setelah menutup pintu mobil dan merasa kalau Rehan tak jua menjalankan mobilnya.“Ah, tidak apa-apa.” Rehan tergagap karena ketahuan menatap Amora dengan mata tak biasa. “Kamu cantik sekali hari ini. Aku pikir, tadi pagi kamu meng
“Sayang? Udah bangun?"Amora yang baru saja akan membuka matanya dari tidur, sedikit terkejut dengan suara suaminya. Terdengar sangat serak dan dekat. Tatkala ia menoleh, senyum tampan suaminya menyambut dirinya.Giandra tertawa kecil. Laki-laki dewasa yang baru saja kembali dari kantin itu sedang menggendong sang buah hati. Tampaknya juga bayi lucu yang menurun dari ibunya sedang ikut tertidur juga. Terlihat dari mata kecil yang tertutup rapat. Dan bibir yang maju ."Kamu haus nggak?" tanya Giandra sembari berjalan ke arah box bayi dan menempatkan kembali putranya di sana. Kemudian berbalik dan duduk di sisi kanan ranjang rumah sakit istrinya. Rambut lepek di atas dahi ia usap lembut."Sedikit," jawab Amora dengan senyum manis. Senyumnya semakin sumringah ketika Giandra dengan cepat mengambilkan minum untuknya."Mau duduk dulu?" tawar Giandra yang di balas anggukan lemah dari Amora. Setelah mendudukkan diri, barulah Amora meminum air yang disodorkan oleh Giandra."Kamu mau pulang sek
Giandra benar-benar menjadi ayah dan suami siaga saat ini. Bahkan istrinya saja sampai bosan melihat wajahnya dan berulang kali meminta agar dokter tersebut pergi.“Ini jam istirahat, lebih baik kamu makan siang,” bujuk Amora yang khawatir dengan kesehatan suaminya.“Aku ingin bersama anak kita dulu,” jawabnya.Laki-laki itu menggendong sang buah hati dan memainkan pipi Ghazam yang masih merah. Ia benar-benar dibuat gemas dengan bayi mungil tersebut.Saat tengah menggendong tiba-tiba bayi itu menangis dan membuat Giandra panik bukan main. Amora yang reaksi suaminya lantas tertawa pelan.“Ghazam, lapar, ya?” tanya Giandra seraya menyerahkan bayi tersebut ke Amora.“Makan siang, lalu ke sini kalau sudah tidak ada pasien lagi,” ujar Amora dan dengan terpaksa akhirnya Giandra setuju. Sebelum makan siang Giandra menyempatkan diri mencium kening istrinya terlebih dahulu, lalu pergi.Giandra tampak seperti orang sinting saat ini karena suasana hatinya benar-benar baik. Ia menyapa beberapa pe
Setelah perceraian Rehan dan Olivia, Giandra dan Amora akhirnya memutuskan meninggalkan keluarga Dwipangga. Awalnya keluarga Dwipangga tidak setuju dan dia bertengkar hebat dengan Sofia. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kekeraskepalaan Giandra. Dia membawa Amora kembali ke Singapura meninggalkan semuanya di Indonesia.Beberapa bulan kemudian.Amora menahan keluh saat kakinya mulai sakit. Ia tetap kelihatan kuat walau kakinya pegal luar biasa, lagi pula ini adalah salahnya yang ingin berbelanja di saat umur kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Giandra yang sepertinya paham dengan keadaan istrinya tersebut.“Tidak apa-apa, Giandra,” jawabnya dengan tersenyum manis.Laki-laki tampan tersebut menghela nafas berat, ia berjalan cepat hingga membuat Amora terkejut karena wanita itu tidak dapat mengikutinya, tapi tidak lama Giandra kembali dengan membawa kursi plastik.“Duduk dulu,” kata Giandra dan Amora menurut. Laki-laki tersebut berjongkok di de
Akhirnya proses perceraian Olivia dengan Rehan berjalan lancar. Tampaknya tidak ada yang merasa sedih atau berat hati jika keduanya berpisah. Sofia malah tampak senang. Jelas saja, karena wanita itu memang sudah lama ingin agar Rehan bercerai dengan Olivia. Sisanya tidak ada yang berkomentar sama sekali.Sementara Oliver yang masih tidak paham kalau kedua orang tuanya sudah bercerai juga santai-santai saja ketika melihat Olivia pergi meninggalkan mansion sambil menyeret dua buah koper. Sepertinya faktor terbiasa ditinggal pergi oleh Olivia membuat anak itu berpikir kalau ibunya pergi dalam rangka melakukan liburan, bukan karena telah berpisah dengan ayah sambungnya.Setelah menanda tangani surat perceraian itu, Rehan tidak pulang semalaman dan baru pulang esok harinya setelah menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan di bar. Ia mabuk bukan karena sedih akan bercerai dengan Olivia, tentu ia juga akan dengan senang hati menceraikan wanita itu jika saja tak ada Oliver yang membuat pria itu
Olivia masih yakin kalau suaminya itu sedang bersama dengan Anna. Tentu pemikiran ini muncul karena dia merasa Rehan sedang membalas dendam karena dirinya yang tidak pulang beberapa hari guna menghabiskan waktu bersama Randika, dan tentu saja pria itu tidak akan sudi jika hanya berdiam diri di rumah saja dan menunggu kepulangannya. Jadi, memang lebih masuk akal jika Rehan menghabiskan waktunya di luar bersama dengan wanita lain, dan tentu wanita itu adalah Anna. Memang siapa lagi wanita yang saat ini sedang dekat dengan Rehan?Lagi pula, sejak kepulangannya, tidak hanya Rehan yang tak tampak, Anna juga tidak datang ke mansion ini. Sesuatu yang patut dicurigai oleh Olivia.Ketika sarapan tadi pagi pun yang hadir di meja makan hanya Olivia dan kedua mertuanya. Amora dan Giandra absen hadir di meja makan karena alasan kesehatan Amora yang sedang tidak bagus. Wanita itu kembali mengalami mual yang hebat dan membuat Giandra jadi mengambil cuti guna merawat istrinya yang tengah hamil muda i
Setelah menunggu semalaman sampai pagi tiba, Olivia tidak juga mendapati Rehan berada di mansion ini. Ia curiga kalau pria itu sengaja tidak pulang untuk menghindarinya. Atau bisa saja pria itu memang pergi untuk bersenang-senang dengan wanita lain.“Apa dia menghabiskan waktu dengan dokter itu dan saking senangnya dia sampai tidak berniat pulang lagi? Atau jangan-jangan mereka sudah merencanakan pernikahan?” tanya Olivia kepada diri sendiri.Wajar jika Olivia berpikir begitu, karena malam ketika Anna berpamitan kepada keluarga Dwipangga ini Olivia tidak berada di rumah, wanita itu begitu sibuk menghabiskan waktunya di tempat tinggal Randika. Berada di rumah dengan kehadiran Anna sesekali ke rumah itu, terlebih saat Giandra masih sakit dan cuti bekerja membuat Olivia jadi gerah.Dia beralasan ingin menjenguk Giandra, tapi tujuannya tentu saja untuk mencuri-curi waktu bersama Rehan dan mengambil hati wanita tua itu yang ingin sekali menjadikannya menantu, batin Olivia jika teringat bag
Setelah beberapa hari ini Amora tidak diserang rasa mual yang hebat seperti sebelum-sebelumnya, sekarang rasa mual itu mulai datang lagi. Sejak pagi Amora sudah berkali-kali ke kamar mandi, berusaha memuntahkan isi perutnya. Namun tidak ada yang ke luar selain cairan bening yang terasa pahit di tenggorokannya. Giandra yang tidak tega melihat Amora yang berbaring lemas di ranjang menjadi dilema untuk pergi kerja atau izin libur agar bisa merawat Amora.Giandra akhirnya membatalkan niatnya untuk pergi kerja dan memelepon ke rumah sakit. Sebenarnya sebelum Amora diserang rasa mual yang hebat itu Giandra sudah berpakaian rapi seperti biasanya. Namun, saat ini jasnya sudah tergeletak di sofa di kamarnya, lengan baju yang sudah dikancingnya pun sudah digulung sampai siku, dan dasinya sudah dilepas, bahkan kancing kerah bajunya juga sudah dicopot. Giandra kini bertransformasi menjadi suami yang siaga. Dia memijat tengkuk Amora ketika lagi-lagi perempuan itu merasakan perutnya bergejolak.“Ma
Randika membolakan matanya saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Olivia. Sebenarnya bukan baru kali ini saja dia mendengar Olivia mengucapkan kata kalau ia ingin cerai dengan Rehan, Randika sudah mendengarnya berulang kali. Tapi, saat ini yanh membuat Randika cukup terkejut adalah karena dari raut wajahnya tampak kalau Olivia tidak main-main dengan apa yang diucapkannya. Wanita itu kelihatan sangat serius dan sudah yakin kalau akan meminta cerai dari Rehan."Kau yakin dengan apa yang kau ucapkan itu, Honey?" tanya Randika dengan kening mengernyit.Olivia mengangguk yakin. Wajahnya terlihat begitu tegas dan tidak sedikit pun tampak kebimbangan atau kecengengan di sana, sangat jauh berbeda dengan Olivia yang ketika pertama kali mengatakan ingin bercerai itu menyampaikan kepada Randika sambil menangis. "Ya, aku sangat yakin," tegas Olivia.Randika bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap ke arah Olivia. Kemudian dia meyakinkan wanita itu untuk memikirkan ulang keputusannya dan
Sebenarnya Giandra tak punya rencana untuk mengajak Amora pergi ke rumah ibu Anna. Mana mungkin di saat perasaan bersalah yang dideritanya karena merasa telah mengkhianati Amora sebab Anna yang menyatakan cinta kepadanya membuat pria itu mengambil keputusan untuk mengajak sang istri bertemu dengan orang tua wanita itu? Giandra tak segila itu.Namun, entah bagaimana ceritanya, pagi-pagi sebelum Amora mengatakan kepadanya kalau wanita hamil itu ingin makan seblak, sebuah pesan mendarat di handphone nya. Pesan dari Anna.Dokter AnnaPagi Dokter GiandraMaaf jika membuat Dokter tidak nyamanSaya hanya ingin menyampaikan maaf dan terima kasih sekali lagiTerutama untuk AmoraOh iya, tadi saya sudah menyampaikan kepada ibu kalau Amora ingin makan seblakDan Ibu meminta agar Dokter Giandra dan Amora datang ke rumahIbu bilang akan membuatkan seblak sebagai rasa terima kasihSemoga Dokter berkenan menerima kebaikan kamiGiandra menghela napas. Saat pesan itu datang kepadanya, jelas dia tidak