Makan malam berlalu tanpa ada hal aneh lainnya yang terjadi. Hanya saja yang menjadi perhatian Giandra adalah porsi makan Rehan maupun Amora sangat sedikit. Mereka berdua pun terlihat lebih dekat dari biasanya sehingga Olivia sering sekali menyindir mereka berdua secara terang-terangan.Giandra bukan orang yang bodoh sehingga tak menyadari ada yang berbeda dari cara Rehan memandangi istrinya. Meski memang sejak awal dia selalu mencuri-curi pandang, tapi kali ini ia merasa lebih intens seolah sudah mendapat izin dari Amora untuk memandanginya.Tentu saja Giandra cemburu. Amora memang belum mencintainya, tapi ia juga sudah tak mencintai Rehan. Meskipun begitu, Giandra tidak mau melepaskan atau memaksa Amora. Ia mau semua berjalan secara perlahan sehingga rasa yang muncul di hati Amora adalah perasaan yang sesungguhnya.“Sedang apa?” tanya Amora yang baru saja selesai mandi.Giandra menoleh dan mendapati istrinya memakai jubah mandi dengan rambut yang basah terurai.“Aku sedang mencari u
Giandra dan Amora baru saja pulang dari perjalanannya hari ini. Baru saja berada di pintu masuk, mereka dikejutkan oleh teriakan Olivia yang melengking hingga keluar rumah. Mereka berdua langsung bergegas masuk untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi di dalam.“Ada apa ini?” tanya Giandra dengan wajah cemas.Di dalam rumah, lebih tepatnya di dapur berdiri dua wanita yang tidak pernah akur di rumah ini. Ah, sebenarnya bukan hanya kedua wanita ini karena ada satu wanita lagi yang sama tidak akurnya. BISa dibilang kalau ketiga wanita di rumah ini memang tidak pernah ada akurnya.“Lihat, Mas! Coba bilang sama Ibu kalau tidak semua wanita bisa segera hamil. Contohnya istrimu itu. Lihat dia! Apa Amora juga sudah hamil?” Olivia terus menunjuk-nunjuk ke arah Amora yang masih diam di tempatnya.“Apa hubungannya dengan amora? Dia bahkan tidak pernah mengganggumu.” Giandra tidak mau kalau istrinya ikut terbawa lagi.“Tentu ada. Ibu sama sekali tak meminta Amora untuk memberikan keluarga ini
Hari itu, Rehan benar-benar menagih janji kepada Amora untuk pergi bersamanya ke taman bermain. Rehan membawa Oliver sebagai alasan. Awalnya Amora pikir Rehan hanya menggodanya. Melihatnya yang sudah rapi sepagi ini bersama Oliver, mau tak mau mengundang kecurigaan semua orang di rumah kediaman keluarga Dwipangga.“Mau ke mana kalian?” tanya Erlangga dengan tatapan menyelidik.“Kami mau main ke taman bermain, Yah,” jawab Rehan dengan santai sambil ikut duduk dengan kami di meja makan.“Olivia?” Erlangga tampak bingung karena melihat Olivia yang pagi ini tidak kebagian jatah memasak juga tampak cantik dan rapi, tapi style yang ia kenakan sama sekali tak seperti orang yang akan pergi ke taman bermain.“Tidak, Yah. Aku ada undangan ke pernikahan teman, jadi aku titip Oliver kepada papanya saja. Lagi pula, mereka sudah merencanakan ini jauh-jauh hari. Tak mungkin kalau aku merusak janji yang mereka buat.”Erlangga paham. Hanya saja, rasanya tidak lazim bagi seorang ibu yang tidak mau meng
“Andai saja itu terjadi, sudah pasti yang sedang kau gendong itu bukan Oliver, melainkan anak kita yang seumuran dengannya. Dan juga, jika itu benar terjadi sudah pasti anak itu masih hidup.”Amora menangis, Rehan panik. Ia salah bicara kali ini. Biarpun masa lalu, tapi anak mereka bukanlah kenangan tapi bukti bahwa Rehan bukanlah suami dan ayah yang baik untuk keluarganya.“Maafkan aku, Amora. Maaf!” Rehan langsung memeluk Amora dengan erat meskipun Oliver sedang dalam gendongannya. Ia sadar kalau apa yang ia lakukan dulu adalah kesalahan besar sehingga mau tak mau ia mendapatkan balasannya sekarang.Amora masih saja menangis mengingat bagaimana saat-saat ia hamil tanpa mendapat perhatian dari suaminya yang bahkan malah tergila-gila kepada temannya sendiri. Saat itu baik Amora dan Olivia sama-sama sedang mengandung, tapi Rehan lebih peduli kepada anak mendiang Liam dibandingkan anaknya sendiri.Dari kejauhan, Olivia terbelalak melihat pemandangan tak menyenangkan di hadapannya. Ia je
Giandra pulang ke rumah dan mendapati senyuman sinis dari iparnya. Ia tak tahu kalau Olivia bisa sesinis itu kepadanya karena selama yang ia lihat, Olivia selalu terlihat segan kepadanya.“Pulang juga kau akhirnya. Jaga istrimu dan buat sendiri anak kalian. Jangan sampai kejadian hari ini terjadi lagi karena aku tak akan memaafkannya.”“Jangan sembarangan bicara mengenai istriku. Bukti yang kau kirimkan tak berpengaruh bagiku,” balas Giandra dengan tampang yang lebih sinis.“Benarkah begitu? Lalu, kau akan diam saja kalau istrimu main gila dengan mantan suaminya?” Olivia malah mengompori Giandra.“Istriku tidak akan pernah main gila karena aku percaya kepadanya. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah perbaiki sikapmu dan buat agar suamimu betah di rumah dan tidak melulu mengundang keributan dengan mertuamu. Jangan menjadi wanita murahan yang tidak berguna di rumah ini.” Giandra masuk ke dalam kamar tanpa mau menunggu balasan dai iparnya yang kurang ajar itu.“Sial! Apa sih yang kau bi
Akhirnya Rehan dan Olivia ikut bergabung dengan rencana bulan madu Giandra. Amora diam saja karena suaminya juga tak bisa menolak kalau Sofia sudah memutuskan meski Erlangga tak terlalu menyukai ide ini.“Bagaimana bisa dua pasangan melakukan hal yang sama dengan tempat dan waktu yang sama? Apa kau pikir mereka tak punya privasi?” Begitu Erlangga menentangnya. Namun, kata-kata Rehan malah membuatnya tak berkutik.“Tenang saja, Yah. Aku dan Kak Giandra kan bukan anak kecil yang harus diajarkan cara untuk berbulan madu.”Sialnya lagi, tiket yang dipesan secara dadakan itu juga malah tersedia. Tapi tak apa, Amora tak begitu peduli soal itu. Malahan, ia bisa melihat sejauh mana Rehan dan Olivia bisa bertahan untuk tidak ribut selama bulan madu.Mereka berempat sampai ke Bali ketika waktu sudah menjelang malam. Rencananya malam ini mereka hanya akan tidur dulu sebelum besok berjanji akan bertemu di pantai dan sarapan bersama. Meski Giandra tak menyetujui rencana itu, tapi Rehan yang bersik
Hari ini Giandra dan Amora berencana pergi ke salah satu tempat di Bali, yaitu Pura Tanah Lot. Semalam Giandra mengajak Amora untuk berkunjung ke Pura Tanah Lot. Itu sebabnya mereka bangun pagi-pagi sekali dan sudah bersiap untuk datang ke tempat yang berlokasi di Desa Beraban tersebut.Amora memakai maxi dress warna lilac lengan pendek dengan belahan kaki one shoulder, sedangkan Giandra memakai kemeja berwarna senada dengan dress Amora dan dipadukan dengan celana chino selutut warna putih. Amora juga memakai floppy hat berbahan serat wol, dan Giandra sendiri hanya memakai kacamata hitam. Sepatu putih menjadi pilihan mereka. Amora sempat memilih untuk mengenakan sandal, tapi Gianda dengan cepat menolak.“Agar lebih leluasa berjalan-jaan, sebaiknya kita pakai sepatu saja, untuk menghindari kaki cantikmu ini dari luka nantinya,” jelas Giandra sambil berjongkok di hadapan Amora yang duduk di pinggir ranjang.Giandra sendiri sudah menyiapkan sepatu sneaker dengan ukuran yang pas di kaki A
Tepat di saat Rehan mengunci pintu kamarnya agar dia tak lagi ceroboh memaksa masuk ke kamar mantan istrinya, ponselnya berdering. Ah, bukan ponselnya ternyata karena ponsel miliknya ada di kantung celananya.“Olivia pergi tanpa membawa ponselnya?” Rehan menghampiri ponsel yang terus berbunyi itu. Ada nama Randika di layarnya. Tak berselang lama, suaranya berhenti karena Rehan tak kunjung mengangkatnya.Di saat Rehan bertanya-tanya maksud telepon itu, suara denting telepon membuatnya melihat lagi ke arah layar. Ada pesan masuk berupa notif yang sempat ia lihat sekejap sebelum ponsel gelap.[Sayang, aku tunggu di kamarku, ya. Jangan lupa pakai baju yang cantik.]Demi apa pun yang bisa ia ingat, Rehan langsung membanting ponsel Olivia ke lantai. Sejauh itukah hubungan yang dilakukan istrinya itu. Tadinya, ia berpikir kalau Olivia hanya sedang nostalgia karena wajah orang itu mirip sekali dengan mendiang Liam.Ia tak pernah berpikir kalau ternyata perselingkuhan ini sudah sampai ke tahap
“Sayang? Udah bangun?"Amora yang baru saja akan membuka matanya dari tidur, sedikit terkejut dengan suara suaminya. Terdengar sangat serak dan dekat. Tatkala ia menoleh, senyum tampan suaminya menyambut dirinya.Giandra tertawa kecil. Laki-laki dewasa yang baru saja kembali dari kantin itu sedang menggendong sang buah hati. Tampaknya juga bayi lucu yang menurun dari ibunya sedang ikut tertidur juga. Terlihat dari mata kecil yang tertutup rapat. Dan bibir yang maju ."Kamu haus nggak?" tanya Giandra sembari berjalan ke arah box bayi dan menempatkan kembali putranya di sana. Kemudian berbalik dan duduk di sisi kanan ranjang rumah sakit istrinya. Rambut lepek di atas dahi ia usap lembut."Sedikit," jawab Amora dengan senyum manis. Senyumnya semakin sumringah ketika Giandra dengan cepat mengambilkan minum untuknya."Mau duduk dulu?" tawar Giandra yang di balas anggukan lemah dari Amora. Setelah mendudukkan diri, barulah Amora meminum air yang disodorkan oleh Giandra."Kamu mau pulang sek
Giandra benar-benar menjadi ayah dan suami siaga saat ini. Bahkan istrinya saja sampai bosan melihat wajahnya dan berulang kali meminta agar dokter tersebut pergi.“Ini jam istirahat, lebih baik kamu makan siang,” bujuk Amora yang khawatir dengan kesehatan suaminya.“Aku ingin bersama anak kita dulu,” jawabnya.Laki-laki itu menggendong sang buah hati dan memainkan pipi Ghazam yang masih merah. Ia benar-benar dibuat gemas dengan bayi mungil tersebut.Saat tengah menggendong tiba-tiba bayi itu menangis dan membuat Giandra panik bukan main. Amora yang reaksi suaminya lantas tertawa pelan.“Ghazam, lapar, ya?” tanya Giandra seraya menyerahkan bayi tersebut ke Amora.“Makan siang, lalu ke sini kalau sudah tidak ada pasien lagi,” ujar Amora dan dengan terpaksa akhirnya Giandra setuju. Sebelum makan siang Giandra menyempatkan diri mencium kening istrinya terlebih dahulu, lalu pergi.Giandra tampak seperti orang sinting saat ini karena suasana hatinya benar-benar baik. Ia menyapa beberapa pe
Setelah perceraian Rehan dan Olivia, Giandra dan Amora akhirnya memutuskan meninggalkan keluarga Dwipangga. Awalnya keluarga Dwipangga tidak setuju dan dia bertengkar hebat dengan Sofia. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kekeraskepalaan Giandra. Dia membawa Amora kembali ke Singapura meninggalkan semuanya di Indonesia.Beberapa bulan kemudian.Amora menahan keluh saat kakinya mulai sakit. Ia tetap kelihatan kuat walau kakinya pegal luar biasa, lagi pula ini adalah salahnya yang ingin berbelanja di saat umur kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Giandra yang sepertinya paham dengan keadaan istrinya tersebut.“Tidak apa-apa, Giandra,” jawabnya dengan tersenyum manis.Laki-laki tampan tersebut menghela nafas berat, ia berjalan cepat hingga membuat Amora terkejut karena wanita itu tidak dapat mengikutinya, tapi tidak lama Giandra kembali dengan membawa kursi plastik.“Duduk dulu,” kata Giandra dan Amora menurut. Laki-laki tersebut berjongkok di de
Akhirnya proses perceraian Olivia dengan Rehan berjalan lancar. Tampaknya tidak ada yang merasa sedih atau berat hati jika keduanya berpisah. Sofia malah tampak senang. Jelas saja, karena wanita itu memang sudah lama ingin agar Rehan bercerai dengan Olivia. Sisanya tidak ada yang berkomentar sama sekali.Sementara Oliver yang masih tidak paham kalau kedua orang tuanya sudah bercerai juga santai-santai saja ketika melihat Olivia pergi meninggalkan mansion sambil menyeret dua buah koper. Sepertinya faktor terbiasa ditinggal pergi oleh Olivia membuat anak itu berpikir kalau ibunya pergi dalam rangka melakukan liburan, bukan karena telah berpisah dengan ayah sambungnya.Setelah menanda tangani surat perceraian itu, Rehan tidak pulang semalaman dan baru pulang esok harinya setelah menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan di bar. Ia mabuk bukan karena sedih akan bercerai dengan Olivia, tentu ia juga akan dengan senang hati menceraikan wanita itu jika saja tak ada Oliver yang membuat pria itu
Olivia masih yakin kalau suaminya itu sedang bersama dengan Anna. Tentu pemikiran ini muncul karena dia merasa Rehan sedang membalas dendam karena dirinya yang tidak pulang beberapa hari guna menghabiskan waktu bersama Randika, dan tentu saja pria itu tidak akan sudi jika hanya berdiam diri di rumah saja dan menunggu kepulangannya. Jadi, memang lebih masuk akal jika Rehan menghabiskan waktunya di luar bersama dengan wanita lain, dan tentu wanita itu adalah Anna. Memang siapa lagi wanita yang saat ini sedang dekat dengan Rehan?Lagi pula, sejak kepulangannya, tidak hanya Rehan yang tak tampak, Anna juga tidak datang ke mansion ini. Sesuatu yang patut dicurigai oleh Olivia.Ketika sarapan tadi pagi pun yang hadir di meja makan hanya Olivia dan kedua mertuanya. Amora dan Giandra absen hadir di meja makan karena alasan kesehatan Amora yang sedang tidak bagus. Wanita itu kembali mengalami mual yang hebat dan membuat Giandra jadi mengambil cuti guna merawat istrinya yang tengah hamil muda i
Setelah menunggu semalaman sampai pagi tiba, Olivia tidak juga mendapati Rehan berada di mansion ini. Ia curiga kalau pria itu sengaja tidak pulang untuk menghindarinya. Atau bisa saja pria itu memang pergi untuk bersenang-senang dengan wanita lain.“Apa dia menghabiskan waktu dengan dokter itu dan saking senangnya dia sampai tidak berniat pulang lagi? Atau jangan-jangan mereka sudah merencanakan pernikahan?” tanya Olivia kepada diri sendiri.Wajar jika Olivia berpikir begitu, karena malam ketika Anna berpamitan kepada keluarga Dwipangga ini Olivia tidak berada di rumah, wanita itu begitu sibuk menghabiskan waktunya di tempat tinggal Randika. Berada di rumah dengan kehadiran Anna sesekali ke rumah itu, terlebih saat Giandra masih sakit dan cuti bekerja membuat Olivia jadi gerah.Dia beralasan ingin menjenguk Giandra, tapi tujuannya tentu saja untuk mencuri-curi waktu bersama Rehan dan mengambil hati wanita tua itu yang ingin sekali menjadikannya menantu, batin Olivia jika teringat bag
Setelah beberapa hari ini Amora tidak diserang rasa mual yang hebat seperti sebelum-sebelumnya, sekarang rasa mual itu mulai datang lagi. Sejak pagi Amora sudah berkali-kali ke kamar mandi, berusaha memuntahkan isi perutnya. Namun tidak ada yang ke luar selain cairan bening yang terasa pahit di tenggorokannya. Giandra yang tidak tega melihat Amora yang berbaring lemas di ranjang menjadi dilema untuk pergi kerja atau izin libur agar bisa merawat Amora.Giandra akhirnya membatalkan niatnya untuk pergi kerja dan memelepon ke rumah sakit. Sebenarnya sebelum Amora diserang rasa mual yang hebat itu Giandra sudah berpakaian rapi seperti biasanya. Namun, saat ini jasnya sudah tergeletak di sofa di kamarnya, lengan baju yang sudah dikancingnya pun sudah digulung sampai siku, dan dasinya sudah dilepas, bahkan kancing kerah bajunya juga sudah dicopot. Giandra kini bertransformasi menjadi suami yang siaga. Dia memijat tengkuk Amora ketika lagi-lagi perempuan itu merasakan perutnya bergejolak.“Ma
Randika membolakan matanya saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Olivia. Sebenarnya bukan baru kali ini saja dia mendengar Olivia mengucapkan kata kalau ia ingin cerai dengan Rehan, Randika sudah mendengarnya berulang kali. Tapi, saat ini yanh membuat Randika cukup terkejut adalah karena dari raut wajahnya tampak kalau Olivia tidak main-main dengan apa yang diucapkannya. Wanita itu kelihatan sangat serius dan sudah yakin kalau akan meminta cerai dari Rehan."Kau yakin dengan apa yang kau ucapkan itu, Honey?" tanya Randika dengan kening mengernyit.Olivia mengangguk yakin. Wajahnya terlihat begitu tegas dan tidak sedikit pun tampak kebimbangan atau kecengengan di sana, sangat jauh berbeda dengan Olivia yang ketika pertama kali mengatakan ingin bercerai itu menyampaikan kepada Randika sambil menangis. "Ya, aku sangat yakin," tegas Olivia.Randika bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap ke arah Olivia. Kemudian dia meyakinkan wanita itu untuk memikirkan ulang keputusannya dan
Sebenarnya Giandra tak punya rencana untuk mengajak Amora pergi ke rumah ibu Anna. Mana mungkin di saat perasaan bersalah yang dideritanya karena merasa telah mengkhianati Amora sebab Anna yang menyatakan cinta kepadanya membuat pria itu mengambil keputusan untuk mengajak sang istri bertemu dengan orang tua wanita itu? Giandra tak segila itu.Namun, entah bagaimana ceritanya, pagi-pagi sebelum Amora mengatakan kepadanya kalau wanita hamil itu ingin makan seblak, sebuah pesan mendarat di handphone nya. Pesan dari Anna.Dokter AnnaPagi Dokter GiandraMaaf jika membuat Dokter tidak nyamanSaya hanya ingin menyampaikan maaf dan terima kasih sekali lagiTerutama untuk AmoraOh iya, tadi saya sudah menyampaikan kepada ibu kalau Amora ingin makan seblakDan Ibu meminta agar Dokter Giandra dan Amora datang ke rumahIbu bilang akan membuatkan seblak sebagai rasa terima kasihSemoga Dokter berkenan menerima kebaikan kamiGiandra menghela napas. Saat pesan itu datang kepadanya, jelas dia tidak