"Sayang, maafkan Daffa yang kurang sopan ya." Yasmin meminta maaf karena sikap Daffa yang tak sopan pada Clara. Wanita paruh baya itu merasa tak enak pada Clara. Dia tahu jika memang Daffa memiliki sifat yang tak acuh pada orang yang tidak dikenal, tetapi Yasmin juga tak mengira jika sikap cucunya itu akan sedikit keterlaluan.Clara tersenyum manis saat itu. "Tidak apa-apa, Tante. Namanya juga anak kecil, wajar sering seperti itu." Saat seperti ini, emosi Clara harus benar-benar dijaga agar bisa terus terlihat sabar dan layak menjadi ibunda Daffa.Yasmin merasa lega karena Clara tak marah, dengan sikap yang ditunjukan oleh Clara itu, dia makin merasa senang dan bersimpati."Tante janji, akan terus membantu untuk mendekati Daffa," ucapnya lagi sambil mengelus punggung tangan Clara.Bagi Yasmin, apa yang tadi baru saja diucapkan oleh Daffa itu sangat keterlaluan. Tak sembarang orang bisa menerima hal itu, apa lagi wanita muda seperti Clara ini. Sebuah mulai plus untuk calon istri Arju
"Baru segitu saja dia sombong sekali." Suara Handi terdengar begitu menggelegar di dalam mobil itu. "Seharusnya dia tak berbelit seperti itu!"Saat ini Arjuna, Handi dan Rudi dalam perjalanan untuk pulang ke rumah dari kantor. Selama dalam perjalanan itu, Handi terus saja mengoceh. Tentang betapa sombongnya Satria Wijaya. Sedangkan Arjuna dan Rudi lebih memilih untuk diam saja."Memang sih saat ini dia sudah menjadi pengusaha paling terkenal di negara nusantara ini, tetapi harusnya dia tak boleh terlalu sombong!" Handi kembali berucap dengan wajah yang tegas.Rudi yang sejak tadi mendengarkan pun merasa bingung dengan perkataan ayahnya itu. "Bukankah dulu Papa yang sering mengagungkan Satria karena dia sangat hebat dalam berbisnis padahal masih muda? Kenapa sekarang malah marah-marah?"Rudi memang tak tahu duduk permasalahannya apa, sehingga dia pun bertanya. Beda dengan Arjuna yang lebih memilih untuk diam."Papa ini kesal." Handi pun menyahut dengan cepat. "Karena betapa pun Papa be
*Beberapa saat yang lalu*"Nona Rara, Tuan Arjuna meminta tolong." Seorang pelayan datang menemui Rara yang tengah membaca buku dengan wajah yang panik. "Ini urgent sekali, Nona."Mendengar nama Arjuna disebut dalam kepanikan itu, Rara pun langsung menutup buku yang dia baca. Panik, itu yang sabar ini dia rasakan."Kak Juna? Kenapa?" Rara merasa takut jika terjadi sesuatu pada Arjuna."Saya tidak tahu Nona. Hanya saja tadi orang suruhan Tuan Arjuna nampak panik sekali," jawab pelayan itu lagi yang juga nampak khawatir.Tak lagi banyak bertanya, Rara pun langsung pergi ke rumah Arjuna. Dengan perasaan yang tak menentu. "Semoga tak terjadi hal buruk pada Kak Juna." Rara hanya bisa berdoa dalam hati.Ketika sampai di depan rumah Arjuna, Rara disambut oleh seorang pelayan. Dengan segera wanita cantik itu pun bertanya, "Apa saya bisa menemui Kak Juna?" Kecemasan tergambar jelas disana.Ternyata pelayan yang ditemui oleh Rara itu adalah orang suruhan Handi. "Nona Rara tolong menunggu seben
Clara langsung menjawab cepat, "Mengingat saya dan Arjuna bekerja, tentunya memiliki pengasuh akan lebih baik untuk menjamin perawatan anak kami nanti.”Handi mengangkat satu alis. “Bekerja? Kamu masih ingin menjadi artis setelah menikah?”Yasmin menautkan alis, Clara dulu bilang padanya akan berhenti, lalu apa maksudnya ini?Dengan senyum manis, Clara menjawab, “Dengan kemampuan dan reputasiku, bekerja tidak berarti harus menjadi artis, Kek. Yang penting adalah aku bisa membantu meringankan Arjuna perihal menafkahi keluarga, ‘kan? Berbagi beban, itu penting.”Handi mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian, dia berkata, “Setelah melahirkan, tubuhmu pasti akan mengalami perubahan. Apa yang akan kamu lakukan?” Sudut bibir Clara terangkat. “Tentu saja harus dikembalikan seperti semula! Itu prioritas utama!”Seketika, suasana berubah hening. Semua orang menghentikan gerakan mereka dan menatap ke arah Clara.Prioritas utama adalah … mengembalikan bentuk tubuh?Rara yang menyadari pandangan s
Rara bingung harus berkata seperti apa saat itu, jadi dia hanya diam saja. Karena dia bisa melihat tatapan mata yang tajam dari Yasmin dan juga Clara. Dia sudah mendukung Clara tadi, tetapi sepertinya malah makin membuat dua wanita itu tak suka padanya.'Enak saja aku dibandingkan sama Rara! Nggak level dong!' Clara kembali mengumpat dalam hati. 'Dia itu jauh dibawah aku. Nggak banget deh!'Clara memang sudah terbiasa merendahkan orang lain dan menyombongkan diri sendiri. Selalu merasa yang paling cantik dan sempurna dalam segala hal. Meski sebenarnya dalam hati dia sempat mengangumi kecantikan wanita lain, mulutnya tentu akan mengatakan hal yang berbeda.Clara juga tahu jika Rara berasal dari keluarga yang kaya raya. Hanya saja Rara tak suka dengan make up tebal dan lebih suka tampil sederhana, dan itu membuat Clara merasa makin menang.'Papa! Kenapa sih terus saja memojokkan Rara.' Yasmin pun mendengus dan malah merasa jengkel pada Rara.Yasmin akan berucap demi untuk membela Clara
Setelah Arjuna menceritakan apa yang terjadi antara dirinya, Rara, dan Clara di Restoran Sandy’s, para tetua langsung memasang wajah keruh.Rudi tampak semakin kecewa terhadap Clara, sedangkan Yasmin mulai kehilangan respect. Wanita itu tak menyangka gadis muda yang selalu bersikap manis dan sopan di hadapannya pun ternyata bisa melakukan hal yang tidak pantas seperti itu."Kalau bukan karena Rara, mungkin aku harus menanggung malu."Rudi sesaat melirik pada Clara dengan tatapan tidak suka. "Arjuna terlalu baik, masih begitu sabar untuk menghadapi orang yang hampir saja merusak reputasinya. Kalau aku, pasti sudah langsung kuusir dari sini!”Clara dan Yasmin terkejut dengan betapa kerasnya ucapan Rudi. Pria yang biasa tenang dan diam itu ternyata memiliki sisi yang menyeramkan!Handi yang tersenyum tipis pun langsung menimpali, "Itu benar. Aku juga tak akan memilih calon istri yang hanya cantik saja tapi tak punya sopan santun, takutnya nanti hanya akan menjadi istri yang pembangkang. J
Mendengar ucapan Rara, akhirnya Handi pun tidak memperpanjang masalah Yasmin yang tak sengaja membuat Bella jatuh. Selain itu, dia pun memutuskan untuk segera menutup acara makan malam."Mengenai istri Arjuna, aku sudah memutuskan. Semuanya ada di tangan Arjuna, tidak ada yang berhak memaksa!" Handi berkata dengan bijaksana. Setelah banyak hal yang terkuak saat makan malam ini, dia menyerahkan seluruhnya pada Arjuna. Arjuna yang akan menjalani semua dan berhak memilih pasangan hidupnya sendiri.Daffa yang masih disana langsung menyambar. "Daffa hanya mau Mama Rara saja, bukan Tante Clara. Daffa juga mau menjadi kakak untuk Bella yang cantik."Daffa berucap sembari menatap Clara dengan tatapan tak suka, sama seperti ketika Yasmin mengenalkan mereka berdua tadi.Rara yang berada di samping Daffa pun merasa tak enak sebenarnya. Sedangkan Clara malah langsung emosi dan mengepalkan kedua tangannya. 'Dasar bocah setan. Lihat saja, aku akan beri pelajaran pada dia nanti!'Arjuna melihat ta
"Jika sekarang kamu bisa sombong, tapi nanti akan ada saatnya Daffa tidak akan bisa membantu kamu lagi"Karena Rara hanya diam saja, Clara merasa senang dan merasa jika Rara takut padanya.'Apa maksudnya perkataan Clara itu? Apa mungkin dia ingin berbuat yang tidak benar pada Kak Juna dan Daffa?' Rara agak curiga maksud ucapan Clara. Dia tak ingin karena sandiwara perjodohan ini, maka akan ada hal yang buruk pada Daffa. Dia ingin mempertanyakan hal itu pada Clara. Tetapi sebelum dia bisa mengatakan apa pun, Clara sudah lebih dulu menjauh darinya."Aku nggak akan biarkan Clara berbuat buruk pada Daffa!" Rara telah berjanji tak akan membiarkan apa pun terjadi pada Daffa, apa lagi mengingat jika wanita itu sangat licik, hampir sama dengan Jeny saat itu.Clara nampak saat ini bergabung dengan Yasmin dan keluarga Pranama yang lain.Akhirnya Rara pun ikut keluar, dan akan segera pulang karena acara makan malam sudah usai. Meski begitu dia akan terus tetap waspada pada Clara, karena wanita
"Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar
"Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh
"Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter
"Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta
"Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati
Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge
"Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.
"Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t
"Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me