Bab 3 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya
"Aku sudah capek dengan segala perlakuan kamu Bang, sudah cukup aku sabar selama ini. Aku minta cerai!"Mataku langsung membulat mendengar ucapan Alya."Cerai, apa aku tak salah dengar?" kataku dengan sedikit menaikkan sebelah bibirku. Aku yakin Alya hanya menggertakku, wanita lemah dan tak berpendidikan seperti dia, mana bisa hidup di luar sana, ijasah juga cuma SMP.Alya menggeleng," enggak Bang, tekadku sudah bulat. Untuk apa aku tetap mendampingi abang kalau keberadaanku gak pernah Abang anggap, aku cuma Abang angggap sebagai perempuan hina, hingga begitu lemesnya mulut Abang selalu merendahkan dan menghinaku. Aku ini manusia Bang, punya hati.""Ck, memang yang anggap kamu kambing juga siapa, aku tahu kali kamu itu manusia.""Abang tahu kalau aku manusia, tapi kenapa perlakuan Abang padaku seolah aku ini bukan manusia. Bang, Abang gak ngajak aku kepesta atau kemanapun aku bisa terima Bang. Mungkin memang Abang belum siap memperkenalkan aku yang hanya lulusan SMP ini pada teman-teman Abang tapi sikap Abang barusan yang membentak dan memakiku di depan temanmu barusan, aku gak terima. Apa salahku hingga Abang mencaciku sedemikian rupa," kata Alya. Sesaat kemudian dia memegang dadanya, air matanya kian deras mengalir, dadanya bergelombang, pundaknya berguncang, dia juga menyusut air matanya dengan jarinya."Salah kamu itu kamu genit sama Aldo. Ngapain kamu pakai sok-sokan mau mengusap baju Aldo, mau caper? Percuma Aldo gak akan tertarik dengan wanita dekil dan bau asap seperti kamu. Ngaca dong ngaca!""Picik kamu Bang. Aku mengambil tisu untuk membersihkan baju Mas Aldo sebab aku merasa salah sama dia, aku yang membuat bajunya basah. Itupun Abang mau cemburu?"Aku terkekeh mendengar kata-kata Alya barusan. Apa katanya, cemburu?"Apa katamu, aku cemburu? Eh perempuan udik, kalau aku masih berstatus buruh pabrik yang hitam dan dekil seperti dulu, bisa jadi aku cemburu. La kalau sekarang, ya enggak bangetlah kalau aku cemburu sama kamu, di luar sana banyak tu cewek-cewek cantik dan seksi pada ngantri jadi istriku."Alya kembali menggeleng," sombong kamu Bang, ingat Bang, harta, jabatan itu semua hanya titipan yang suatu saat bisa saja di ambil oleh pemilikknya.""Halah, gak usah ceramah kamu! Bilang saja kamu ngiri dengan kesuksesanku."Senyap kali ini Alya tak menjawab, dia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju almari. Di ambilnya tas lusuh yang dulu dia bawa lalu dengan cekatan memasukkan baju-bajunya kedalam tas.'Wah gawat kalau Alya pergi, siapa yang akan aku suruh-suruh. Nyari pembantu sekarang ini gak mudah dan gak murah,' batinku."Kamu serius mau cerai, kamu sudah pikirkan baik-baik mau tinggal dimana?" ujarku.Senyap, Alya tak menjawab ucapanku, hanya tanganya yang masih sibuk memasukkan baju- baju lusuhnya ke dalam tas."Heh dengar tidak?! Mumpung aku masih baik dan ngasih kamu kesempatan ni. Kamu mau tinggal dimana kalau pergi dari sini, mau tinggal di kolong jembatan?" ujarku setengah meledek karena aku tahu Alya pasti bingung setelah pergi dari sini.Alya yatim piatu dan rumah peninggalan orang tuanya juga sudah habis dijual untuk bayar hutang, itulah aku bisa memperlakukan dia sesuka hati, aku tahu gak mungkin dia berani meninggalkan rumah."Lebih baik aku tinggal di kolong jembatan tapi ada yang anggap aku manusia daripada tinggal di rumah gedongan tapi aku tak di anggap manusia," jawabnya datar namun penuh penekanan."Sapa bilang tinggal di bawah jembatan kamu di anggap manusia, yang ada kamu di usir ke sana kemari sama satpol PP."Alya menghentikan aktifitasnya lalu mendongak menatapku sebentar lalu kembali tangannya memasukkan baju-bajunya."Tak mengapa, aku masih punya Tuhan, aku yakin Dia akan memberi pertolongan pada hambanya yang lemah dan tak berdaya ini," ujarnya lirih. Namun, masih bisa kudengar."Halah, kalau memang Tuhan mau menolong kamu, itu rumahmu gak bakalan di sita oleh Bank, kamu pasti masih punya rumah. Nyatanya, rumahmu di cita juga," ujarku datar.Alya yang tadi masih sibuk mengemas barangnya mendadak menghentikan aktifitasnya dan mendongak menatapku."Rumahku di sita juga karena kamu Mas, apa kamu lupa!" seru Alya sambil menatap tajam kearahku.Mendadak air liurku terasa susah untuk di telan. Baru kali ini Alya berani menatapku setajam ini.Ku tatap Alya yang sudah selesai memasukkan semua barangnya dan menutup resleting tasnya dengan cepat."Aku permisi Bang, semoga setelah kepergianku nanti, Abang akan sadar. Harta dan jabatan itu bukan segala-segalanya," ujarnya sambil menjinjing tas lusuhnya.Jujur aku bingung, di sisi lain aku ingin mencegah agar dia tak pergi dari rumah. Namun, di sisi lain egoku berbicara. Pantang bagiku mencegah apalagi memohon agar dia tetap tingga di rumah ini.Jatuh dong harga diri ini jika harus membujuk dia untuk tinggal."Asalamualaiku Bang, maaf kalau selama ini aku belum bisa jadi istri yang baik untuk Abang," ujar Alya yang kemudian menarik tanganku dan menciumnya."Awas ya, kalau kamu balik lagi kesini! Jangan harap aku mau nerima kamu!" seruku."Insya Allah gak Bang."'Ck, sombong, coba aku mau lihat, tahan berapa hari dia hidup diluar sana dengan ijasah SMPnya itu.' batinku sambil mencibir ke arah Alya.Ku perhatikan tubuh kurus berbaju lusuh itu hingga hilang di balik pintu pagar rumahku. Namun, baru beberapa langkah aku melangkah terdengar suara tabrakan yang keras di depan sana.Cit..,Bunyi gesekan ban dengan aspal pertanda rem di injak dengan sangat keras.Brak..."Alya!"Sudah baca jangan lupa tinggalkan jejak. 3 komen terbaik dapat 50 koin gratis dari Author😍😍Bab 4 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaKacang Lupa KulitnyaNamaku Alya, lengkapnya Alya Putri rohali, usiaku saat ini 25 tahun. Karena keadaan ekonomi keluargaku yang berada di bawah garis yang jauh dari kata berkecukupan, aku terpaksa tak melanjutkan sekolahku dan hanya lulus SMP. Setelah lulus aku memberanikan diri untuk mengadu nasip di kota walau hanya berbekal ijasah SMP.Aku kemudian bekerja di sebuah rumah makan yang berada di kawasan sebuah pabrik, alhamdulilah walau gaji tak seberapa tapi paling gak aku bisa meringankan beban Budeku, orang yang merawat dan membesarkan aku sejak orang tuaku meninggal. Dari sinilah aku mengenal Bang Aldi, meski dia bukan satu-satunya lelaki yang aku kenal dan mencoba dekat denganku. Namun, bagiku Bang Aldi yang paling istimewa, dia sosok pekerja keras dan mempunyai cita-cita yang tinggi. Kami saling bertukar cerita tentang kehidupan kami masing-masih hingga aku merasa nyaman denganya. Setelah merasa cocok satu sama lain kamipun menikah.
Bab 5 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaMahar Bikin TeparBrak,"Alya!" Aku segera berlari kedepan untuk melihat apa yang terjadi, benturan tadi begitu keras terdengar dan entah kenapa otakku langsung tertuju pada Alya, rupanya jauh di sudut hatiku aku masih mengkuatirkan dia."Ada apa Pak?" tanyaku pada tetangga depan rumah yang kebetulan ada di situ. "Tadi ada yang hampir di tabrak tapi belum sempat kena sih, baru mau ketabrak." "Laki apa perempuan?" "Aku lihatnya dari kejauhan jadi kurang jelas Pak, tapi tadi si yang punya mobil langsung turun dan dibawa orangnya. Mungkin di bawa ke Rumah Sakit."Selesai bicara panjang lebar, aku masuk ke dalam. Duduk menghisap rokok dan berpikir sebentar."Ah, bentar lagi juga balik. Mana bisa dia hidup sendiri di luar, mau makan apa?" gumamku saat tiba-tiba terlintas di otakku tentang Alya. Aku segera bangkit hendak mengambil sapu karena teringat lantai yang kotor akibat ketumpahan minum tadi. Namun, baru saja berdiri."Aaa," aku terpeles
Bab 6 Pov AlyaKarma itu nyata!Di tengah-tengah rasa bimbang kemana aku harus melangkahkan kakiku tiba-tiba. Cit, Bunyi ban bergesekan dengan aspal dan Brak..."Ya Tuhan." Semua menjadi gelap setelah itu.________"Alhamdulilah, Mbak sudah sadar, maaf tadi saya belum sempat hubungi majikan Mbak," ujar seorang lelaki yang sepertinya tadi ada di antara teman Bang Aldi. Tangannya sigap mengambil ponsel. Namun, segera ku cegah. "Gak usah Mas," ujarku."Tapi Mbak, saya jadi gak enak kalau nanti Aldi tanya. Masa saya gak ada tanggung jawabnya, sekalipun Mbak ini cuma pembantu di rumah teman saya tapi Mbak juga tetap harus Saya hargai juga."Ada yang perih di dalam sini mendengar kata-kata Mas ini, aku ingin marah tapi aku sadar ini bukan salahnya. Dia hanya mendengar dari apa yang di katakan Bang Aldi."Saya bukan pembantu Bang Aldi, Mas," ujarku lirih. Dadaku sudah sesak, mataku memanas, ada bulir bening yang menetes di sudut netra ini. Pedih sungguh hati ini bagai teriris."Terus Mb
Bab7 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaHobi Bikin Ngeri"Ya dan itu belum termasuk mahar. Alda minta seratus juta untuk mahar dan biaya nikah serta lain-lain kami minta 200 juta jadi total kami minta 500 juta." 'lima ratus juta,'Mendengar itu mendadak kepalaku menjadi pusing dan pandanganku berkunang-kunang.'Mahar bikin tepar,' _______"Kok mahal kali biaya nikahnya Dik?" kataku pada Alda saat orang tuanya masuk ke dalam kamar dan tinggal kami di ruangan itu. Tanganku tak ada hentinya memijat pelipis untuk meredakan kepalaku yang pusing berdenyut-denyut seperti di palu mertua. Entah dari mana aku mau dapat uang sebanyak itu sedangkan uang gajiku saja sudah habis buat DP mobil."Hah, mahal? Ada yang minta panaik 500 juta biasa saja di suku kami, orang tuaku cuma minta 200 juta, untunglah kamu," kata Alda ketus.Untung katanya? Remuk iya. Oalah Mak-mak gini amat pingin punya bini cantik."Waktu dulu aku nikahin Alya cuma modal dua juta cukup dek, beliin cincin satu gram sama sy
Bab 8 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaSetan Perempuan Mulai Bicara"Is kamu kenapa sih Mas, pakai pingsan segala," ketus Alda. Suami pingsan bukanya di tanya baik-baik atau dimana malah di sewotin."Kamu suami pingsan bukanya di tanya baik-baik malah sewot," ujarku kesal sambil memalingkan wajahku. Mendadak aku malas melihat wajah Alda dan entah bagaimana ceritanya aku sudah berbaring di sofa padahal tadi aku pingsan di teras."La kamu kampungan sekali, gara-gara uang habis aja pakai pingsan segala. Lemah amat sih kamu."Lemah dia bilang, dia pikir gampang apa cari uang, dalam seminggu uang 60 juta habis. Mending buat beli barang yang berguna, ini entah apa-apa dia beli."Kamu tu yang gak mikir, kamu pikir gampang nyari uang, 60 juta itu bukan kecil Dik. Itu gajiku 2 bulan. Tahu gak?" ujarku kesal. Bahkan napasku sudah sesak kini, apalagi kalau ingat cicilan Bank belum di bayar, belum lagi kebutuhan lain. Gini amat punya bini cantik. Ku pegangi dadaku yang terasa sesak dan kepa
Bab9 Mantan Yang Kuhina Jadi Nyonya"Anda terbukti menggelapkan uang perusahaan. Anda tinggal pilih mengembalikan semua uang yang Anda curi atau saya laporkan polisi!" Polisi? Ya Tuhan apa aku akan di penjara?"Gak, Bapak jangan asal nuduh dong, buktinya apa kalau saya korupsi? Pak nuduh tanpa bukti itu fitnah namanya dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan Pak. Bapak tahu kan banyak orang yang kena mental karena fitnah," ujarku. Jujur aku sendiri tak paham apa yang aku ucapkan, aku hanya ingin menutupi kegugupanku.Aldo tersenyum miring padaku, , "Anda pikir saya bodoh!" Tangan Aldo kemudian meraih tumpukan file yang aku yakin itu adalah bukti dari kecuranganku selama ini. Kakiku mendadak bergetar, jantungku serasa hendak lompat."Di sini! Di file ini! semua bukti-bukti kecurangan kamu telah ditemukan, jadi Anda gak perlu mengelak lagi!" "Pak, ini- ini pasti ada yang salah Pak.Saya gak mungkin korupsi Ba- Bapak kenal Saya sudah lama kan. Bapak tahu kan bagaimana Saya, Saya gak
Bab 10 Mantan Yang Kuhina Jadi NyonyaHampir PingsanBagaimana kalau mereka ini pembunuh?Pikiran- pikiran tak baik mulai membayangiku, bagaimana kalau aku di bunuh terus di muti**si oleh mereka.Apalagi setelah salah satu dari mereka mulai mendekat, sungguh wajah sangarnya membuatku ngeri.Tak terasa ada cairan hangat yang merembes keluar membasahi celanaku."Lo kencing di celana!" Aku hanya mengangguk tanpa bersuara, saat lelaki tinggi besar bertato itu bertanya padaku."Aih, jorok." Aku agak terperangah melihat lelaki yang tadi kelihatan sangar itu mendadak lemah gemulai.Wariakah mereka?"Ih Iya, ganteng-ganteng jorok," kata temanya menimpali. Gerakan tubuhnyapun tak kalah gemulai.Ya Tuhan ternyata mereka lebih mengerikan dari seorang pembunuh, serem juga kalau aku nanti di perkosa rame- rame sama waria - waria ini. Apalagi dari tatapan mereka tampak mengerikan, ada yang melihatku sambil senyum- senyum, ada yang menjulur- julurkan lidahnya menggoda dan ada juga yang mengedipkan
Bab 11 . Empat Puluh Delapan Bulan Yang LaluPov Alya"Al-Alya." Aku seketika melihat ke wajah orang pengantar makanan itu, merasa aneh, bagaimana dia mengenaliku? Lama ku perhatikan rambutnya yang sedikit panjang, pipi tirus dan mata cekung dengan lingkaran hitam di bawah matanya.Ya Tuhan dia? "Bang Aldi?" ujarku sedikit ragu. Benarkah dia Bang Aldi? Mantan suamiku yang telah begitu tak ada hatinya mendepak dan membuangku bagai seonggok sampah dulu.Kemana wajah tampan yang selalu dia bangga-banggakan dulu? Kemana jabatan yang dia agung- agungkan bak dewa itu? Kenapa sekarang berubah seratus delapan puluh derajat? Cukup lama aku tercenung menatap wajah Bang Aldi yang tak lagi mulus dan tampan seperti empat puluh delapan bulan yang lalu itu."Kamu pakai baju seperti ini memang majikan kamu gak marah?" Aku kernyitkan alisku, rupanya dia menganggap aku pembantu. Tak apalah, dari pada dia malu nantinya kalau dia tahu siapa sebenarnya aku. Takut kalau jantungya gak kuat lagi unt
"kami sudah berusaha sebaik mungkin nyonya, tapi kami tidak tahu kenapa tiba-tiba terjadi trouble dan sekarang tuan Irsyad dalam keadaan koma."Alya diam hanya mulutnya yang menganga tulang-tulangnya terasa lemas bahkan dia terduduk. Seketika dia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan tidak menangis ataupun berteriak, dia hanya diam."Maafkan kami nyonya, kami siap berusaha sebaik mungkin tapi sepertinya takdirku kata lain. Sekarang ini Tuan Irsyad sedang dalam keadaan kritis semoga ada keajaiban," ucap dokter itu . Dia menatap sendut ke arah Alya yang hanya diam dan bersimpuh. Cukup lama wanita itu hanya terdiam dan menatap kosong lurus ke depan. "Nyonya, anda tidak boleh menyerah. Saya yakin Tuan pasti dia akan menyerap itu saja dia pasti akan berjuang untuk Anda apalagi sekarang dalam rahim Anda ada keturunannya," ucap Arya memberikan kekuatan pada Alya."Kenapa Tuhan tidak adil padaku, kenapa di saat aku ingin merasakan kebahagiaan dia justru merenggutnya secara paksa. Kenapa Arya?"
Bab 25 Nina menoleh ke arah sumber suara dengan jantung yang berdetak dengan cepat, walau bagaimanapun dia dokter baru di sini kalau sampai ketahuan dia memiliki niat jahat ini bisa membahayakan karirnya."Iya, dok?"jawab Nina dengan suara yang sedikit gemetar."Tadi anda bilang soal Karma, Siapa yang kena karma?"tanya dokter muda yang berwajah tampan itu. Tatapannya terlihat mengintimidasi. "Enggak, Dok! Saya tadi hanya asal bicara saja," jawab Nina mengelak. "Oh," dokter itu menganggukkan kepalanya. "Saya pikir anda memiliki niat jahat,"ucapnya. "Tentu saja tidak dok, bagaimana mungkin seorang dokter memiliki niat jahat. Bukankah dokter di sumpah untuk menyembuhkan pasiennya. Bukan sebaliknya." Nina menatap dokter muda itu, Dia terlihat tampan dengan iris mata coklat. "Iya itu betul, kita sebagai seorang dokter memang tugas kita adalah untuk berikan pertolongan kepada pasien Bukan sebaliknya. Oh ya. Jadi bagaimana? Apa anda sudah memiliki jadwal untuk mengambil tindakan pada T
Bab 24 KarmaNina yang tadi tersenyum dengan angan-angannya kini mencoba memasang wajah biasa saja, wanita itu pura-pura berpikir agar terlihat lupa. "Irsyad yang mana ya?" tanya Nina. "Tuan Irsyad, kekasih Cik Farah nona," jawab Arya yang seketika membuat hati Nina terasa sakit dan sesak. Terbayang di pelupuk mata bagaimana menderitanya Farah akibat sakit yang dia derita akibat kecelakaan itu yang bahkan untuk sekedar duduk saja Farah harus menahan sakit, tak ada satu detikpun tanpa jeritan Farah waktu itu. Saat akan mandi, di pindahkan posisi bahkan ketika Nina atau yang lainnya mengganti popok, Farah akan menjerit kesakitan. Nina menderita cedera setelah kecelakaan dan Iryad juga tak peduli sama sekali. Semua itu sungguh membuat hati Nina terasa sakit dan sesak, hati kakak mana yang tak hancur melihat hal itu. [U datang saja ke sini, nanti I yang akan bayar semua ongkos you naik taxi] Nina mengamati pesan adiknya waktu itu yang dialamatkan kepada Irsyad, saat ini Farah sedang
Bab 23 Kedatangan NinaNina datang ke Indonesia karena ada urusan pekerjaan, dia sekarang bekerja sebagai dokter ahli bedah dan untuk beberapa waktu dia mendapat kontrak di Indonesia."Selamat datang Cik Nina, semoga betah di sini," sambut karyawan rumah sakit tempat dimana dia akan bertugas Sementara, katanya rumah sakit ini kekurangan tenaga medis dan ada seorang pasien yang berkewarganegaan Malaysia memerlukan bantuannya. Awalnya pihak rumah sakit menawarkan untuk operasi saja ke hospital di Malaysia, tapi pihak pasien menolak dengan alasan istrinya saat ini sedang hamil dan memperlukan kehadirannya. Semua serba dadakan bahkan Nina tak sempat berpikir lagi membuat Nina mau tak mau datang juga ke Indonesia dengan hati yang bertanya-tanya sehebat apa pasiennya ini karena gak mungkin kalau hanya orang biasa ."Mari Cik Nina, kita langsung saja ke ruangan direktur untuk membahas pasiennya," ucap seorang dokter yang menyambut kedatangan Nina."Baiklah, mari!" Nina dibawa ke sebuah ruan
Bab 22Masa Lalu jika tidak diselesaikan akan jadi bumerang dikehidupan mendatang."Tuan tadi Cik Farah, mencari anda," ucap Riyan yang saat itu masih bekerja di Malaysia sebagai TKI dan dia bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Irsyad. Orang tua Irsyad adalah pejabat di kerajaan Malaysia.Mendengar nama Farah disebut Irsyad membulatkan matanya segera dia menarik sopir pribadinya itu menjauh, dia seperti takut pembicaraannya didengar orang lain. "Ada apa, aku sudah bilang sama kamu berapa kali ya kamu jangan pernah menyebut nama perempuan itu di rumah ini bisa gawat, ngerti nggak!" teriak Irsyad dalam logat bahasa Melayu. "Maaf Tuan, saya lupa."Irsyad melepaskan pegangan tangannya di kerah baju Ryan."Ada apa, apalagi yang perempuan itu mau?"tanya Irsyad dengan nada sinis."Dia tanya kenapa Tuan tidak datang mengunjunginya padahal sudah satu minggu berlalu dan dia juga sudah pulang dari rumah sakit tapi kenapa Tuan tidak juga melihat keadaannya.""Memangnya kenapa Apa perlu aku me
Bab 21"ada apa Yan?" tanyaku kepada Ryan sopir pribadiku, hatiki mulai tidak enak melihat wajah pucatnya, berbagai macam pikiran buruk melintas di kepalaku."Tadi waktu ke ruang perawatan untuk merawat Tuan saya melihat Tuan kesakitan, lalu beliau pingsan,"jawab Ryan dengan wajah panik."Ya Tuhan." Aku ingin bangun tetapi buru-buru Rian mencegahku."Jangan nyonya keadaan nyonya masih belum sembuh benar saya takut kalau terjadi apa-apa dengan nyonya." Ryan membujukku, wajah sopirku itu terlihat cemas."Tapi aku ingin melihat keadaan Tuan aku tidak bisa jika aku tidak melihat keadaannya bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya."aku mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan suamiku sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa, selain suamiku hanya dia yang aku punya jika nanti terjadi apa-apa dengan Bang Irsyad Lalu bagaimana dengan hidupku kepada siapa lagi aku harus bersandar, aku tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya setelah apa yang terjadi padaku dengan Bang Aldi dulu."Saya tahu
Bab 20Aku terus mencengngkram jok mobil yang membawa aku pergi ke rumah sakit Aku masih sadar walaupun perutku terasa sakit, bagian bawahku kebas, juga aku merasakan darah semakin banyak mengalir melalui betisku. "Ya Tuhan lindungilah bayiku," gumamku sambil terus berdoa memohon keselamatan untuk bayiku."Sabar ya nyonya, ini sebentar lagi mobilnya akan sampai ke rumah sakit,"ujar sopir pribadiku yang sepertinya cemas melihat keadaanku sementara Aku berusaha untuk tetap sadar walaupun kepalaku sudah terasa pusing dan tatapan mataku mulai berkunang-kunang, aku juga merasakan perutku mulai kebas. 'Ya Tuhan, jangan ambil anakku ya Tuhan karena ini adalah kebahagiaanku,' ujarku memohon di dalam hati agar Tuhan melindungi kandunganku. Aku mau memejamkan mataku, tapi sebisa mungkin aku tidak ingin tertidur aku masih bisa mendengar suara klakson, suara mobil dan motor yang terus berseliweran di samping mobil kami, hingga akhirnya sampailah kami ke sebuah rumah sakit. Aku melihat beberap
Bab 18 Mantan Istri Yang Ku hina Jadi Nyonya"Mari Sus," ujar berjalan keluar kamar. Namun, baru saja kaki melangkah keluar."Nyonya, Nyonya tak apa- apa?" Hanya itu suara terakhir yang aku dengar sebelum semua menjadi gelap.***Aku terbangun di dan mengamati ruangan serba putih, aku sudah bisa menebak aku dimana."Saya kenapa Dok?" tanyaku pada Dokter yang sepertinya baru selesai memeriksa keadaanku.Dokter itu tersenyum, " Gak papa, selamat ya Nyonya Rohali, anda hamil," ujar sang Dokter.Kudekap mulutku, karena terkejut. Ya Tuhan aku hamil."Benarkah saya hamil Dok?" ujarku meminta kepastian."Iya Nyonya, usia kandungan anda sekarang ini sudah tiga minggu," jawab Dokter.Ya Tuhan berarti setelah pertemuanku dengan Bang Irsyat waktu dulu itu aku hamil. Waktu itu aku memang sungguh tak kuass menahan rindu dihati ini, lalu kuputuskan untuk menyusul suamiku ke kuala lumpur."Saya ingin anak dari adik, laki atau perempuan tak masalah," ujar Bang Irsyat sebelum kami mereguk kenikmatan
Bab17 CLBK Di lapasPov AlyaAku benar- benar kesal melihat tingkah Bang Aldi, mantan suamiku itu betul- betul sudah tak waras. Bahkan dia tak belajar dari kenyataan hidup sama sekali hingga menjadi gembelpun masih kelihatan sombong."Apa buktinya kalau tulah rahangnya patah, aku cuma pukul pelan aja kok patah," ujarnya yang masih saja tak mengakui kesalahannya meskipun polisi sudah menunjukkan semua kesalahan yang membuat dia di tangkap."Kami punya bukti visum dari dokter tentang keadaan tulang rahang Cik Irsyat," jawab komandan polisi yang aku perhatikan dari tadi sering menggebrak meja, sepertinya kesal dengan sikap songong Bang Aldi. Aku sendiri rasanya sudah muak melihat wajah Bang Aldi, bukan hanya wajah saja yang sekarang rusak penuh jerawat, jiwanya juga sepertinya sedang sakit."Halah, bisa saja kan ini cuma- cuma akal- akalan kalian, sudah biasa mah, orang- orang berseragam seperti kalian ini di beli dengan uang oleh orang- orang kaya seperti dia," kata Bang Aldi menunjuk