Bab7 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya
Hobi Bikin Ngeri"Ya dan itu belum termasuk mahar. Alda minta seratus juta untuk mahar dan biaya nikah serta lain-lain kami minta 200 juta jadi total kami minta 500 juta."'lima ratus juta,'Mendengar itu mendadak kepalaku menjadi pusing dan pandanganku berkunang-kunang.'Mahar bikin tepar,'_______"Kok mahal kali biaya nikahnya Dik?" kataku pada Alda saat orang tuanya masuk ke dalam kamar dan tinggal kami di ruangan itu.Tanganku tak ada hentinya memijat pelipis untuk meredakan kepalaku yang pusing berdenyut-denyut seperti di palu mertua. Entah dari mana aku mau dapat uang sebanyak itu sedangkan uang gajiku saja sudah habis buat DP mobil."Hah, mahal? Ada yang minta panaik 500 juta biasa saja di suku kami, orang tuaku cuma minta 200 juta, untunglah kamu," kata Alda ketus.Untung katanya? Remuk iya. Oalah Mak-mak gini amat pingin punya bini cantik."Waktu dulu aku nikahin Alya cuma modal dua juta cukup dek, beliin cincin satu gram sama syukuran orang se RT. Nikah kita ke KUA, gratis gak bayar.""Ya jangan samakan dong aku sama wanita udik itu, jelas kita beda kelas!" seru Alda melotot ke arahku membuat hatiku tiba-tiba ngeri-ngeri sedap."Mak-maksudku bukan gitu lo.""Heh! Al, aku ini cantik, menarik, modis, sexsi, pendidikan aku juga tinggi, ya wajarlah kalau Papa minta panaik tinggi. Beda sama mantan istri kamu yang dekil dan bod*h itu, sekolah aja cuma lulus SMP, miskin pula."Kulirik Alda sekilas, iya sih dia lebih cantik tapi maslahnya, aku harus nyari uang dimana?"Iya sih kamu lebih cantik dari mana-mananya tapi uang sebanyak itu dapat dari mana Dik? Gajiku saja sudah habis buat Dp mobil.""Bodo amatlah! Itu urusan kamu dan awas ya kalau kamu gak nikahin aku! Aku santet pusakamu jadi hilang kek di cerbung-cerbung itu," kata Alda melotot padaku. Mendadak aku ngeri membayangkanya."Memang ada santet begituan?" tanyaku dengan suara sedikit gemetar."Ya adalah, di kalimantan banyak dukun sakti dan kenalanku di sini banyak orang kalimantan."Aku menelan ludahku yang terasa kering, ngeri juga kalau aku di santet begituan sama Alda. Aku masih ingat Alda pernah cerita tentang cerbung yang dia baca di sebuah platform tentang seorang wanita yang menyantet suaminya hingga pusakanya selalu mengekret jika di pakai ber aye-aye sama wanita lain. Sungguh aku begidik ngeri membayangkannya.***Beberapa minggu kemudian.Pernikahanku dengan Alda akhirnya terlaksana juga walaupun aku harus mengorbankan sertifikat rumah, mobil dan juga hutang uang ke perusahaan untuk bayar uang mahar dan panaik serta biaya nikahan. Tak apa ku korbankan semua itu dari pada pusakaku di santet Alda.Aku berdiri bak raja dan ratu di istana yang megah, semua mata memandang kagum ke arah kami. Berbagai pujian dilontarkan pada kami."Wah Bro, selamat ya." kata temanku. Untung aku bisa ngeles ke mereka kalau selama ini kami belum sempat adakan resepsi karena mereka tahunya Alda adalah istriku sejak sebelum pesta ini berlangsung. Untung pula aku mengaku kalau pernikahanku dengan Alda belum satu tahun."Selamat ya Aldi, semoga bahagia dengan istrimu. Semoga apa yang kamu dapat ini sebanding dengan yang kamu buang, hingga nanti kamu gak menyesal telah membuang sebongkah berlian," bisik Aldo. Aku mengernyitkan alisku tak mengerti dengan ucapan Aldo. Namun, belum sempat ku tanya Aldo sudah keburu berlalu dan tamu lain sudah menyalamiku.***Beberapa hari kemudian."Lo Dik, sarapanya mana?" tanyaku saat melihat meja makan kosong mlompong tiada apapun makanan di atasnya. Padahal dulu waktu bersama Alya, tiap bangun semua sudah siap diatas meja."Ya gak adalah, pembantu kamu gak ada," jawab Alda cuek."Kan memang kita gak ada pembantu Dik, ya kamulah yang masak," ujarku lembut."Enak aja, bisa rusak dong kuku mahalku. Belum nanti bau asap, bau bawang lagi.""La terus ini gimana Dik?""Ya carilah pembantu!" seru Alda ketus."Iya tapi kan sekarang belum ada Dik, kamu buatinlah aku sarapan," ujarku lembut sambil nyengir."Gak mau!" ujar Alda ketus membuatku menghela napas berat. Ingin marah tapi ku tahan. Coba kalau Alya dulu yang begini sudah kumaki dia."Ya sudah aku makan di kantin saja," kataku sambil mengulurkan tangan bermaksud agar Alda mencium punggung tanganku selayaknya suami istri. Namun, lama aku mengulurkan tangan, Alda tetap masa bodoh."Ehm, ehm," aku berdehem. Tanganku masih terulur dan berharap Alda mau menyambutnya."Apaan?!" sinis Alda."Aku mau kerja, kamu gak mau nyium tanganku?"_______Di kantor tempatku bekerja"Wih pengantin baru," goda temanku."Gak baru Bro, kan aku udah nikah lama," jawabku berbohong."Ouh iya lupa, tapi tetap ada malam pertama kan? Malam pertama setelah resepsi maksudnya?""Ada dong," jawabku membusungkan dada."Aldi, datang keruanganku sekarang!" ujar Aldo tiba-tiba membuyarkan candaan kami. Entah kenapa sikap Aldo akhir-akhir ini berubah padaku, apalagi setelah aku menikah dengan Alda.Apa mungkin Aldo dulunya menaruh hati pada Alda saat aku sering mengajak Alda ke pesta jadi dia patah hati saat Alda memilihku?Beberapa menit kemudian aku sudah ada di ruangan Aldo."Iya Al?""Saya rasa kamu cukup paham sekarang ini posisi kita di mana, apa perlu saya ingatkan?" ujar Aldo tegas padaku.'Ck sombong!' batinku."Eh iya Pak, maaf.""Kinerja Anda sekarang ini menurun drastis, saya harap Anda bisa segera memperbaikinya. Di luar sana masih banyak yang mengantri jabatan Anda."GlekAku menelan ludah mendengar ucapan Aldo, ancamankah ini?Aku akui akhir-akhir ini aku memang kurang maksimal dalam bekerja, aku sibuk melayani Alda sampai lupa kerja."Anda mengerti kan maksud saya?" ujar Aldi menatap tajam padaku."Iya Pak, saya paham."Sejak saat itu aku mulai konsentrasi penuh kembali ke kerjaku, aku juga sudah mengambil pembantu untuk membantu kerja Alda. Mungkin memang beginilah resiko punya bini cantik.***Beberapa hari kemudian."Paket."Aku yang sedang duduk santai di teras segera melongokkan kepala melihat ke arah pintu pagar. Tampak pemuda tanggung yang dari pakaianya adalah pengantar paket berada di balik pintu pagar."Dik, paket kamu itu," teriakku. Selama tiga jam aku di sini sudah tiga petugas yang mengantar paket kemari.SedetikDua detikAlda tak muncul. Akupun dengan malas bangkit dan menemui pengantar paket itu."COD ya Pak," kata pemuda itu."Iya Mas berapa ya?""Sepuluh juta Pak .""Hah!"Mendengar nominal itu aku melongo. Gila sepuluh juta sekali paket apa kabar kalau sampai dua atau tiga paket?"Mau bayar kes atau tranfer Pak?" tanya tukang paket itu."Transfer saja Mas."Ku keluarkan ponselku dan menuju aplikasi M-Banking untuk transfer."Makasih Pak," kata pemuda itu kemudian melangkah pergi.Mendadak aku ingin melihat saldoku, aku was-was karena Alda kemarin sempat memakai kartu ATM ini untuk belanja."Alda!" teriakku begitu note M-banking masuk."Ada apa sih Mas?" ujar Alda."Kamu kemanakan uangku, kemarin saldoku masih 60 juta tadi aku buat bayarin belanja kamu 10 juta. Kenapa saldoku tinggal 70 ribu?" tanyaku sambil melotot ke arah Alda."Ya aku pakailah," jawab Alda jutek."Aku sudah kasih kamu separoh gajiku, masak kurang?" kataku geram."Ya kuranglah, kamu kan tahu aku hoby belanja dari dulu, kamu juga bilang kan gak keberatan dengan hoby belanjaku.""Ya tapi kira-kira dong Dik, masa gajiku dua bulan kamu habiskan, habis ini kita mau makan apa kalau begini?" kataku frustasi."Bodo amat, dan ingat ya jangan coba-coba menentang hobyku!" seru Alda mengingatkan.'Ya Tuhan, Hobby bikin ngeri,'"Mas!"Teriak Alda sebelum dunia kurasa berputar dan semua menjadi gelap.Bab 8 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaSetan Perempuan Mulai Bicara"Is kamu kenapa sih Mas, pakai pingsan segala," ketus Alda. Suami pingsan bukanya di tanya baik-baik atau dimana malah di sewotin."Kamu suami pingsan bukanya di tanya baik-baik malah sewot," ujarku kesal sambil memalingkan wajahku. Mendadak aku malas melihat wajah Alda dan entah bagaimana ceritanya aku sudah berbaring di sofa padahal tadi aku pingsan di teras."La kamu kampungan sekali, gara-gara uang habis aja pakai pingsan segala. Lemah amat sih kamu."Lemah dia bilang, dia pikir gampang apa cari uang, dalam seminggu uang 60 juta habis. Mending buat beli barang yang berguna, ini entah apa-apa dia beli."Kamu tu yang gak mikir, kamu pikir gampang nyari uang, 60 juta itu bukan kecil Dik. Itu gajiku 2 bulan. Tahu gak?" ujarku kesal. Bahkan napasku sudah sesak kini, apalagi kalau ingat cicilan Bank belum di bayar, belum lagi kebutuhan lain. Gini amat punya bini cantik. Ku pegangi dadaku yang terasa sesak dan kepa
Bab9 Mantan Yang Kuhina Jadi Nyonya"Anda terbukti menggelapkan uang perusahaan. Anda tinggal pilih mengembalikan semua uang yang Anda curi atau saya laporkan polisi!" Polisi? Ya Tuhan apa aku akan di penjara?"Gak, Bapak jangan asal nuduh dong, buktinya apa kalau saya korupsi? Pak nuduh tanpa bukti itu fitnah namanya dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan Pak. Bapak tahu kan banyak orang yang kena mental karena fitnah," ujarku. Jujur aku sendiri tak paham apa yang aku ucapkan, aku hanya ingin menutupi kegugupanku.Aldo tersenyum miring padaku, , "Anda pikir saya bodoh!" Tangan Aldo kemudian meraih tumpukan file yang aku yakin itu adalah bukti dari kecuranganku selama ini. Kakiku mendadak bergetar, jantungku serasa hendak lompat."Di sini! Di file ini! semua bukti-bukti kecurangan kamu telah ditemukan, jadi Anda gak perlu mengelak lagi!" "Pak, ini- ini pasti ada yang salah Pak.Saya gak mungkin korupsi Ba- Bapak kenal Saya sudah lama kan. Bapak tahu kan bagaimana Saya, Saya gak
Bab 10 Mantan Yang Kuhina Jadi NyonyaHampir PingsanBagaimana kalau mereka ini pembunuh?Pikiran- pikiran tak baik mulai membayangiku, bagaimana kalau aku di bunuh terus di muti**si oleh mereka.Apalagi setelah salah satu dari mereka mulai mendekat, sungguh wajah sangarnya membuatku ngeri.Tak terasa ada cairan hangat yang merembes keluar membasahi celanaku."Lo kencing di celana!" Aku hanya mengangguk tanpa bersuara, saat lelaki tinggi besar bertato itu bertanya padaku."Aih, jorok." Aku agak terperangah melihat lelaki yang tadi kelihatan sangar itu mendadak lemah gemulai.Wariakah mereka?"Ih Iya, ganteng-ganteng jorok," kata temanya menimpali. Gerakan tubuhnyapun tak kalah gemulai.Ya Tuhan ternyata mereka lebih mengerikan dari seorang pembunuh, serem juga kalau aku nanti di perkosa rame- rame sama waria - waria ini. Apalagi dari tatapan mereka tampak mengerikan, ada yang melihatku sambil senyum- senyum, ada yang menjulur- julurkan lidahnya menggoda dan ada juga yang mengedipkan
Bab 11 . Empat Puluh Delapan Bulan Yang LaluPov Alya"Al-Alya." Aku seketika melihat ke wajah orang pengantar makanan itu, merasa aneh, bagaimana dia mengenaliku? Lama ku perhatikan rambutnya yang sedikit panjang, pipi tirus dan mata cekung dengan lingkaran hitam di bawah matanya.Ya Tuhan dia? "Bang Aldi?" ujarku sedikit ragu. Benarkah dia Bang Aldi? Mantan suamiku yang telah begitu tak ada hatinya mendepak dan membuangku bagai seonggok sampah dulu.Kemana wajah tampan yang selalu dia bangga-banggakan dulu? Kemana jabatan yang dia agung- agungkan bak dewa itu? Kenapa sekarang berubah seratus delapan puluh derajat? Cukup lama aku tercenung menatap wajah Bang Aldi yang tak lagi mulus dan tampan seperti empat puluh delapan bulan yang lalu itu."Kamu pakai baju seperti ini memang majikan kamu gak marah?" Aku kernyitkan alisku, rupanya dia menganggap aku pembantu. Tak apalah, dari pada dia malu nantinya kalau dia tahu siapa sebenarnya aku. Takut kalau jantungya gak kuat lagi unt
Bab 12 Mantan Istti Yang Kuhina Jadi NyonyaTiga orang lelaki berwajah bengis berdiri di hadapanku dengan bahu alkohol yang menyengat."Pegangi dia! Aku duluan!" ujar lelaki salah satu dari mereka dan terdengar suara resleting celana di buka.Ya Tuhan, apa yang akan terjadi padaku?Aku hanya bisa pasrah sambil memejamkan mata, ingin teriak pun tak bisa apalagi bergerak. Tubuhku di kunci rapat, kedua kakiku di penangi dengan kuat dengan posisi telentang.'Ya Allah Ya Tuhanku, ku mohon selamatkanlah hambamu ini Ya Allah. Hanya dengan kekuatan muzizatmulah aku bisa selamat dari lelaki - lelaki biadab ini Ya Allah,' aku berdoa dan pasrah dalam hati. Aku tak ada jalan lain, hanya itu yang mampu aku lakukan. Bukanlah Allah itu tak tidur? Suara tarikan napas berat kian mendekat, bau alkoholpun kian menyengat dan aku kian lemah tak berdaya menghadapi mereka.'Ya Allah aku pasrah,' batinku pasrah. Kalau boleh memilih aku memilih mati dari pada hidup dalam kedaan ternoda. Namun, aku hanyalah
Bab 13 Mantan Yang Kuhina Jadi NyonyaPov AldiMati kutu"Alya!" Aku tak salah lagi dia adalah Alya mantan istriku, terbukti dia langsung menoleh ke arahku, dari raut wajahnya tampak dia terkejut melihatku."Bang Aldi," kata Alya yang aku yakin juga terkejut melihatku.Benarkah ini, benarkah Alya adalah Nyonya rumah ini, tapi bagaimana ceritanya? Gak mungkin Alya pasti pembantu di sini hanya dandanannya seperti Nyonya. Cih norak, ketahuan majikan tahu rasa dia."Pembantu itu ya pembantu aja, gak usah sok jadi majikan. Gak usah sok- sokan jadi Nyonya," ujarku pada Alya. Ternyata dia jadi pembantu di sini.Jadi pembantu saja dandananya seperti Nyonya begitu, apa gak malu coba. Apa fdia mikir kalau dia kek gitu, orang akan anggap dia Nyonya? "Iya Bang," jawab Alya. Wanita itu masih juga patuh seperti dulu."Na gitu, orang tu gak usah berlagak, lagian juga gak bakalan ada yang percaya kalau kamu Nyonya di rumah ini." "Iya Bang," Sempat ku lihat temannya yang sama- sama pembantu ingi
Bab 14 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaCemburu Buta"Kamu kenapa Bang, Encik Irsyat ini suami saya," kata Alya.Apa, suami? Jadi Alya beneran jadi Nyonya? Wanita yang aku hina-hina dan aku campakkan dulu jadi istri sultan.Mimpikah ini, sungguh aku tak percaya."Su- suami," ujarku yang seketika tergagap. Peria berwajah tampan, anak sultan ini adalah suami Alya, mantan istriku yang bahkan SMP pun entah tamat atau tidak. Apakah pria ini kena pelet atau bagaimana, kok mau dia sama Alya Bagaimana bisa? Tak adakah wanita cantik di malaysia sana hingga lelaki setampan dan sekaya Datuk Irsyat Abdillah pemilk Abdillah Compeny bisa bertekuk lutut pada wanita burik seperti Alya."Tolong lepaskan istri saya cik!" ujar lelaki itu dengan suara berat. Sejenak aku baru sadar tanganku masih memegang lengan Alya. "Kenapa Bang, kaget ya wanita yang sering kamu hina karena wajah kurang rupawan ini dan tak berpendidikan hingga begitu mudah kamu campakkan ini, di nikahi oleh pria tampan dan mapa
Bab15 Jatuh Ke Lubang Yang Sama"Mas, bisa gak jangan kasar sama istri saya," ujar Irsyat berdiri. Ck, sensi amat, mau sok jadi pahlawan?Entah kenapa emosiku meluap - luap, kepalaku panas tanganku mengepal aku benar-benar emosi. BugBug Aku memukulnya dengan keras hingga dia terjatuh."Abang...!, Tolong, tolong! Dia pukuli suami saya."Aku yang kalap terus saja memukuli Cik Irsyat dan ternyata Datuk malaysia ini juga tampan luarnya saja, dia bahkan tak bisa berbuat apa-apa sekalipun tangan ini terus memukul bertubi- tubi."Hentikan! Ku mohon Bang Aldi hentikan!" terriak Alya. Namun, tanganku terus saja memukul wajah Irsyat. Hingga beberapa orang datang memisahkan kami. "Aldi! Sudah gak waras kamu,kenapa kamu pukuli Cik Irsyat," kata Faiz. "Dia itu songong, aku cuma bicara sedikit keras pada istrinya saja dia bilang aku membentaknya," ujarku kesal."Aku tak terima Bang, lihat saja nanti! Aku akan jebloskan Abang ke dalam penjara!" teriak Alya lantang.Ck, sombong amat ni perempu
"kami sudah berusaha sebaik mungkin nyonya, tapi kami tidak tahu kenapa tiba-tiba terjadi trouble dan sekarang tuan Irsyad dalam keadaan koma."Alya diam hanya mulutnya yang menganga tulang-tulangnya terasa lemas bahkan dia terduduk. Seketika dia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan tidak menangis ataupun berteriak, dia hanya diam."Maafkan kami nyonya, kami siap berusaha sebaik mungkin tapi sepertinya takdirku kata lain. Sekarang ini Tuan Irsyad sedang dalam keadaan kritis semoga ada keajaiban," ucap dokter itu . Dia menatap sendut ke arah Alya yang hanya diam dan bersimpuh. Cukup lama wanita itu hanya terdiam dan menatap kosong lurus ke depan. "Nyonya, anda tidak boleh menyerah. Saya yakin Tuan pasti dia akan menyerap itu saja dia pasti akan berjuang untuk Anda apalagi sekarang dalam rahim Anda ada keturunannya," ucap Arya memberikan kekuatan pada Alya."Kenapa Tuhan tidak adil padaku, kenapa di saat aku ingin merasakan kebahagiaan dia justru merenggutnya secara paksa. Kenapa Arya?"
Bab 25 Nina menoleh ke arah sumber suara dengan jantung yang berdetak dengan cepat, walau bagaimanapun dia dokter baru di sini kalau sampai ketahuan dia memiliki niat jahat ini bisa membahayakan karirnya."Iya, dok?"jawab Nina dengan suara yang sedikit gemetar."Tadi anda bilang soal Karma, Siapa yang kena karma?"tanya dokter muda yang berwajah tampan itu. Tatapannya terlihat mengintimidasi. "Enggak, Dok! Saya tadi hanya asal bicara saja," jawab Nina mengelak. "Oh," dokter itu menganggukkan kepalanya. "Saya pikir anda memiliki niat jahat,"ucapnya. "Tentu saja tidak dok, bagaimana mungkin seorang dokter memiliki niat jahat. Bukankah dokter di sumpah untuk menyembuhkan pasiennya. Bukan sebaliknya." Nina menatap dokter muda itu, Dia terlihat tampan dengan iris mata coklat. "Iya itu betul, kita sebagai seorang dokter memang tugas kita adalah untuk berikan pertolongan kepada pasien Bukan sebaliknya. Oh ya. Jadi bagaimana? Apa anda sudah memiliki jadwal untuk mengambil tindakan pada T
Bab 24 KarmaNina yang tadi tersenyum dengan angan-angannya kini mencoba memasang wajah biasa saja, wanita itu pura-pura berpikir agar terlihat lupa. "Irsyad yang mana ya?" tanya Nina. "Tuan Irsyad, kekasih Cik Farah nona," jawab Arya yang seketika membuat hati Nina terasa sakit dan sesak. Terbayang di pelupuk mata bagaimana menderitanya Farah akibat sakit yang dia derita akibat kecelakaan itu yang bahkan untuk sekedar duduk saja Farah harus menahan sakit, tak ada satu detikpun tanpa jeritan Farah waktu itu. Saat akan mandi, di pindahkan posisi bahkan ketika Nina atau yang lainnya mengganti popok, Farah akan menjerit kesakitan. Nina menderita cedera setelah kecelakaan dan Iryad juga tak peduli sama sekali. Semua itu sungguh membuat hati Nina terasa sakit dan sesak, hati kakak mana yang tak hancur melihat hal itu. [U datang saja ke sini, nanti I yang akan bayar semua ongkos you naik taxi] Nina mengamati pesan adiknya waktu itu yang dialamatkan kepada Irsyad, saat ini Farah sedang
Bab 23 Kedatangan NinaNina datang ke Indonesia karena ada urusan pekerjaan, dia sekarang bekerja sebagai dokter ahli bedah dan untuk beberapa waktu dia mendapat kontrak di Indonesia."Selamat datang Cik Nina, semoga betah di sini," sambut karyawan rumah sakit tempat dimana dia akan bertugas Sementara, katanya rumah sakit ini kekurangan tenaga medis dan ada seorang pasien yang berkewarganegaan Malaysia memerlukan bantuannya. Awalnya pihak rumah sakit menawarkan untuk operasi saja ke hospital di Malaysia, tapi pihak pasien menolak dengan alasan istrinya saat ini sedang hamil dan memperlukan kehadirannya. Semua serba dadakan bahkan Nina tak sempat berpikir lagi membuat Nina mau tak mau datang juga ke Indonesia dengan hati yang bertanya-tanya sehebat apa pasiennya ini karena gak mungkin kalau hanya orang biasa ."Mari Cik Nina, kita langsung saja ke ruangan direktur untuk membahas pasiennya," ucap seorang dokter yang menyambut kedatangan Nina."Baiklah, mari!" Nina dibawa ke sebuah ruan
Bab 22Masa Lalu jika tidak diselesaikan akan jadi bumerang dikehidupan mendatang."Tuan tadi Cik Farah, mencari anda," ucap Riyan yang saat itu masih bekerja di Malaysia sebagai TKI dan dia bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Irsyad. Orang tua Irsyad adalah pejabat di kerajaan Malaysia.Mendengar nama Farah disebut Irsyad membulatkan matanya segera dia menarik sopir pribadinya itu menjauh, dia seperti takut pembicaraannya didengar orang lain. "Ada apa, aku sudah bilang sama kamu berapa kali ya kamu jangan pernah menyebut nama perempuan itu di rumah ini bisa gawat, ngerti nggak!" teriak Irsyad dalam logat bahasa Melayu. "Maaf Tuan, saya lupa."Irsyad melepaskan pegangan tangannya di kerah baju Ryan."Ada apa, apalagi yang perempuan itu mau?"tanya Irsyad dengan nada sinis."Dia tanya kenapa Tuan tidak datang mengunjunginya padahal sudah satu minggu berlalu dan dia juga sudah pulang dari rumah sakit tapi kenapa Tuan tidak juga melihat keadaannya.""Memangnya kenapa Apa perlu aku me
Bab 21"ada apa Yan?" tanyaku kepada Ryan sopir pribadiku, hatiki mulai tidak enak melihat wajah pucatnya, berbagai macam pikiran buruk melintas di kepalaku."Tadi waktu ke ruang perawatan untuk merawat Tuan saya melihat Tuan kesakitan, lalu beliau pingsan,"jawab Ryan dengan wajah panik."Ya Tuhan." Aku ingin bangun tetapi buru-buru Rian mencegahku."Jangan nyonya keadaan nyonya masih belum sembuh benar saya takut kalau terjadi apa-apa dengan nyonya." Ryan membujukku, wajah sopirku itu terlihat cemas."Tapi aku ingin melihat keadaan Tuan aku tidak bisa jika aku tidak melihat keadaannya bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya."aku mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan suamiku sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa, selain suamiku hanya dia yang aku punya jika nanti terjadi apa-apa dengan Bang Irsyad Lalu bagaimana dengan hidupku kepada siapa lagi aku harus bersandar, aku tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya setelah apa yang terjadi padaku dengan Bang Aldi dulu."Saya tahu
Bab 20Aku terus mencengngkram jok mobil yang membawa aku pergi ke rumah sakit Aku masih sadar walaupun perutku terasa sakit, bagian bawahku kebas, juga aku merasakan darah semakin banyak mengalir melalui betisku. "Ya Tuhan lindungilah bayiku," gumamku sambil terus berdoa memohon keselamatan untuk bayiku."Sabar ya nyonya, ini sebentar lagi mobilnya akan sampai ke rumah sakit,"ujar sopir pribadiku yang sepertinya cemas melihat keadaanku sementara Aku berusaha untuk tetap sadar walaupun kepalaku sudah terasa pusing dan tatapan mataku mulai berkunang-kunang, aku juga merasakan perutku mulai kebas. 'Ya Tuhan, jangan ambil anakku ya Tuhan karena ini adalah kebahagiaanku,' ujarku memohon di dalam hati agar Tuhan melindungi kandunganku. Aku mau memejamkan mataku, tapi sebisa mungkin aku tidak ingin tertidur aku masih bisa mendengar suara klakson, suara mobil dan motor yang terus berseliweran di samping mobil kami, hingga akhirnya sampailah kami ke sebuah rumah sakit. Aku melihat beberap
Bab 18 Mantan Istri Yang Ku hina Jadi Nyonya"Mari Sus," ujar berjalan keluar kamar. Namun, baru saja kaki melangkah keluar."Nyonya, Nyonya tak apa- apa?" Hanya itu suara terakhir yang aku dengar sebelum semua menjadi gelap.***Aku terbangun di dan mengamati ruangan serba putih, aku sudah bisa menebak aku dimana."Saya kenapa Dok?" tanyaku pada Dokter yang sepertinya baru selesai memeriksa keadaanku.Dokter itu tersenyum, " Gak papa, selamat ya Nyonya Rohali, anda hamil," ujar sang Dokter.Kudekap mulutku, karena terkejut. Ya Tuhan aku hamil."Benarkah saya hamil Dok?" ujarku meminta kepastian."Iya Nyonya, usia kandungan anda sekarang ini sudah tiga minggu," jawab Dokter.Ya Tuhan berarti setelah pertemuanku dengan Bang Irsyat waktu dulu itu aku hamil. Waktu itu aku memang sungguh tak kuass menahan rindu dihati ini, lalu kuputuskan untuk menyusul suamiku ke kuala lumpur."Saya ingin anak dari adik, laki atau perempuan tak masalah," ujar Bang Irsyat sebelum kami mereguk kenikmatan
Bab17 CLBK Di lapasPov AlyaAku benar- benar kesal melihat tingkah Bang Aldi, mantan suamiku itu betul- betul sudah tak waras. Bahkan dia tak belajar dari kenyataan hidup sama sekali hingga menjadi gembelpun masih kelihatan sombong."Apa buktinya kalau tulah rahangnya patah, aku cuma pukul pelan aja kok patah," ujarnya yang masih saja tak mengakui kesalahannya meskipun polisi sudah menunjukkan semua kesalahan yang membuat dia di tangkap."Kami punya bukti visum dari dokter tentang keadaan tulang rahang Cik Irsyat," jawab komandan polisi yang aku perhatikan dari tadi sering menggebrak meja, sepertinya kesal dengan sikap songong Bang Aldi. Aku sendiri rasanya sudah muak melihat wajah Bang Aldi, bukan hanya wajah saja yang sekarang rusak penuh jerawat, jiwanya juga sepertinya sedang sakit."Halah, bisa saja kan ini cuma- cuma akal- akalan kalian, sudah biasa mah, orang- orang berseragam seperti kalian ini di beli dengan uang oleh orang- orang kaya seperti dia," kata Bang Aldi menunjuk