Bab 11 . Empat Puluh Delapan Bulan Yang LaluPov Alya"Al-Alya." Aku seketika melihat ke wajah orang pengantar makanan itu, merasa aneh, bagaimana dia mengenaliku? Lama ku perhatikan rambutnya yang sedikit panjang, pipi tirus dan mata cekung dengan lingkaran hitam di bawah matanya.Ya Tuhan dia? "Bang Aldi?" ujarku sedikit ragu. Benarkah dia Bang Aldi? Mantan suamiku yang telah begitu tak ada hatinya mendepak dan membuangku bagai seonggok sampah dulu.Kemana wajah tampan yang selalu dia bangga-banggakan dulu? Kemana jabatan yang dia agung- agungkan bak dewa itu? Kenapa sekarang berubah seratus delapan puluh derajat? Cukup lama aku tercenung menatap wajah Bang Aldi yang tak lagi mulus dan tampan seperti empat puluh delapan bulan yang lalu itu."Kamu pakai baju seperti ini memang majikan kamu gak marah?" Aku kernyitkan alisku, rupanya dia menganggap aku pembantu. Tak apalah, dari pada dia malu nantinya kalau dia tahu siapa sebenarnya aku. Takut kalau jantungya gak kuat lagi unt
Bab 12 Mantan Istti Yang Kuhina Jadi NyonyaTiga orang lelaki berwajah bengis berdiri di hadapanku dengan bahu alkohol yang menyengat."Pegangi dia! Aku duluan!" ujar lelaki salah satu dari mereka dan terdengar suara resleting celana di buka.Ya Tuhan, apa yang akan terjadi padaku?Aku hanya bisa pasrah sambil memejamkan mata, ingin teriak pun tak bisa apalagi bergerak. Tubuhku di kunci rapat, kedua kakiku di penangi dengan kuat dengan posisi telentang.'Ya Allah Ya Tuhanku, ku mohon selamatkanlah hambamu ini Ya Allah. Hanya dengan kekuatan muzizatmulah aku bisa selamat dari lelaki - lelaki biadab ini Ya Allah,' aku berdoa dan pasrah dalam hati. Aku tak ada jalan lain, hanya itu yang mampu aku lakukan. Bukanlah Allah itu tak tidur? Suara tarikan napas berat kian mendekat, bau alkoholpun kian menyengat dan aku kian lemah tak berdaya menghadapi mereka.'Ya Allah aku pasrah,' batinku pasrah. Kalau boleh memilih aku memilih mati dari pada hidup dalam kedaan ternoda. Namun, aku hanyalah
Bab 13 Mantan Yang Kuhina Jadi NyonyaPov AldiMati kutu"Alya!" Aku tak salah lagi dia adalah Alya mantan istriku, terbukti dia langsung menoleh ke arahku, dari raut wajahnya tampak dia terkejut melihatku."Bang Aldi," kata Alya yang aku yakin juga terkejut melihatku.Benarkah ini, benarkah Alya adalah Nyonya rumah ini, tapi bagaimana ceritanya? Gak mungkin Alya pasti pembantu di sini hanya dandanannya seperti Nyonya. Cih norak, ketahuan majikan tahu rasa dia."Pembantu itu ya pembantu aja, gak usah sok jadi majikan. Gak usah sok- sokan jadi Nyonya," ujarku pada Alya. Ternyata dia jadi pembantu di sini.Jadi pembantu saja dandananya seperti Nyonya begitu, apa gak malu coba. Apa fdia mikir kalau dia kek gitu, orang akan anggap dia Nyonya? "Iya Bang," jawab Alya. Wanita itu masih juga patuh seperti dulu."Na gitu, orang tu gak usah berlagak, lagian juga gak bakalan ada yang percaya kalau kamu Nyonya di rumah ini." "Iya Bang," Sempat ku lihat temannya yang sama- sama pembantu ingi
Bab 14 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaCemburu Buta"Kamu kenapa Bang, Encik Irsyat ini suami saya," kata Alya.Apa, suami? Jadi Alya beneran jadi Nyonya? Wanita yang aku hina-hina dan aku campakkan dulu jadi istri sultan.Mimpikah ini, sungguh aku tak percaya."Su- suami," ujarku yang seketika tergagap. Peria berwajah tampan, anak sultan ini adalah suami Alya, mantan istriku yang bahkan SMP pun entah tamat atau tidak. Apakah pria ini kena pelet atau bagaimana, kok mau dia sama Alya Bagaimana bisa? Tak adakah wanita cantik di malaysia sana hingga lelaki setampan dan sekaya Datuk Irsyat Abdillah pemilk Abdillah Compeny bisa bertekuk lutut pada wanita burik seperti Alya."Tolong lepaskan istri saya cik!" ujar lelaki itu dengan suara berat. Sejenak aku baru sadar tanganku masih memegang lengan Alya. "Kenapa Bang, kaget ya wanita yang sering kamu hina karena wajah kurang rupawan ini dan tak berpendidikan hingga begitu mudah kamu campakkan ini, di nikahi oleh pria tampan dan mapa
Bab15 Jatuh Ke Lubang Yang Sama"Mas, bisa gak jangan kasar sama istri saya," ujar Irsyat berdiri. Ck, sensi amat, mau sok jadi pahlawan?Entah kenapa emosiku meluap - luap, kepalaku panas tanganku mengepal aku benar-benar emosi. BugBug Aku memukulnya dengan keras hingga dia terjatuh."Abang...!, Tolong, tolong! Dia pukuli suami saya."Aku yang kalap terus saja memukuli Cik Irsyat dan ternyata Datuk malaysia ini juga tampan luarnya saja, dia bahkan tak bisa berbuat apa-apa sekalipun tangan ini terus memukul bertubi- tubi."Hentikan! Ku mohon Bang Aldi hentikan!" terriak Alya. Namun, tanganku terus saja memukul wajah Irsyat. Hingga beberapa orang datang memisahkan kami. "Aldi! Sudah gak waras kamu,kenapa kamu pukuli Cik Irsyat," kata Faiz. "Dia itu songong, aku cuma bicara sedikit keras pada istrinya saja dia bilang aku membentaknya," ujarku kesal."Aku tak terima Bang, lihat saja nanti! Aku akan jebloskan Abang ke dalam penjara!" teriak Alya lantang.Ck, sombong amat ni perempu
Bab 16 Mantan Songong Pov Alya"Abang, hentikan! Kenapa Abang pukuli suami saya, apa salah dia Bang?" ujarku panik melihat suamiku dipukuli oleh Bang Aldi. Entah apa yang merasuki pikiran Bang Aldi hingga seperti orang kesetanan memukuli suamiku sementara Bang Irsyat tampak tak berkutik di buat oleh Bang Aldi. Aku yakin wajah Bang Irsyat juga sudah lebam dan membiru akibat pukulan Bang Aldi. Namun, teriakanku tak di hiraukan olehnya, tembah lagi restaurant juga sedang sepi."Bang Kumohon Bang hentikan!" aku terus memohon ketika melihat Bang Irsyat suamiku tak berdaya. Perasaanku campur aduk antara bingung dan marah atas sikap Bang Aldi juga cemas dan kuatir melihat Bang Irsyat. Entah kenapa suamiku itu hanya diam saja tanpa membalas perlakuan Bang Aldi."Tolong, tolong!" Suasana restaurant memang cukup sepi karena ini sudah lewat jam makan siang dan juga para pegawai banyak yang sedang istirahat membuat Bang Aldi begitu leluasa menghajar suamiku. 'Ya Allah sudah gilakah mantan sua
Bab16 Kesombongan Tiada Tara"Ini dia Pak, Dia yang menganiaya suami saya, segera tangkap dan penjarakan dia Pak!" Kata Alya dengan suara lantang dan menunjuk padaku dadanya bergelombang mungkin menahan emosi, matanya membulat tajam menatap ke arahku.Cih, berani sekali dia menunjukkan kesombonganya padaku. Dasar wanita kampung, baru kaya dikit saja sudah berlagak, sombong tiada tara."Eh apa- apaan ini main tangkap- tangkap," ujarku pura- pura tak tahu.Jujur nyaliku sudah ciut sebenarnya, apalagi jika ingat bagaimana sulitnya hidup dipenjara waktu itu, harus tidur dikamar yang sempit dan gelap dan juga banyak tikus dan kecoak.Apalagi jika nanti dia menggunakan kekuasaanya, aku pasti akan makin lama mendekam dalam penjara."Gak usah sok polos kamu! Gara- gara kamu suamiku masuk Rumah Sakit. Apa salah suamiku hah?!" ujar Alya dengan nada tinggi, mataku membulat tajam menatap ke arahku."Beh, Rumah Sakit, lemah amat suamimu," ujarku dengan nada meledek membuat emosi Alya tampak kian
Bab17 CLBK Di lapasPov AlyaAku benar- benar kesal melihat tingkah Bang Aldi, mantan suamiku itu betul- betul sudah tak waras. Bahkan dia tak belajar dari kenyataan hidup sama sekali hingga menjadi gembelpun masih kelihatan sombong."Apa buktinya kalau tulah rahangnya patah, aku cuma pukul pelan aja kok patah," ujarnya yang masih saja tak mengakui kesalahannya meskipun polisi sudah menunjukkan semua kesalahan yang membuat dia di tangkap."Kami punya bukti visum dari dokter tentang keadaan tulang rahang Cik Irsyat," jawab komandan polisi yang aku perhatikan dari tadi sering menggebrak meja, sepertinya kesal dengan sikap songong Bang Aldi. Aku sendiri rasanya sudah muak melihat wajah Bang Aldi, bukan hanya wajah saja yang sekarang rusak penuh jerawat, jiwanya juga sepertinya sedang sakit."Halah, bisa saja kan ini cuma- cuma akal- akalan kalian, sudah biasa mah, orang- orang berseragam seperti kalian ini di beli dengan uang oleh orang- orang kaya seperti dia," kata Bang Aldi menunjuk
"kami sudah berusaha sebaik mungkin nyonya, tapi kami tidak tahu kenapa tiba-tiba terjadi trouble dan sekarang tuan Irsyad dalam keadaan koma."Alya diam hanya mulutnya yang menganga tulang-tulangnya terasa lemas bahkan dia terduduk. Seketika dia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan tidak menangis ataupun berteriak, dia hanya diam."Maafkan kami nyonya, kami siap berusaha sebaik mungkin tapi sepertinya takdirku kata lain. Sekarang ini Tuan Irsyad sedang dalam keadaan kritis semoga ada keajaiban," ucap dokter itu . Dia menatap sendut ke arah Alya yang hanya diam dan bersimpuh. Cukup lama wanita itu hanya terdiam dan menatap kosong lurus ke depan. "Nyonya, anda tidak boleh menyerah. Saya yakin Tuan pasti dia akan menyerap itu saja dia pasti akan berjuang untuk Anda apalagi sekarang dalam rahim Anda ada keturunannya," ucap Arya memberikan kekuatan pada Alya."Kenapa Tuhan tidak adil padaku, kenapa di saat aku ingin merasakan kebahagiaan dia justru merenggutnya secara paksa. Kenapa Arya?"
Bab 25 Nina menoleh ke arah sumber suara dengan jantung yang berdetak dengan cepat, walau bagaimanapun dia dokter baru di sini kalau sampai ketahuan dia memiliki niat jahat ini bisa membahayakan karirnya."Iya, dok?"jawab Nina dengan suara yang sedikit gemetar."Tadi anda bilang soal Karma, Siapa yang kena karma?"tanya dokter muda yang berwajah tampan itu. Tatapannya terlihat mengintimidasi. "Enggak, Dok! Saya tadi hanya asal bicara saja," jawab Nina mengelak. "Oh," dokter itu menganggukkan kepalanya. "Saya pikir anda memiliki niat jahat,"ucapnya. "Tentu saja tidak dok, bagaimana mungkin seorang dokter memiliki niat jahat. Bukankah dokter di sumpah untuk menyembuhkan pasiennya. Bukan sebaliknya." Nina menatap dokter muda itu, Dia terlihat tampan dengan iris mata coklat. "Iya itu betul, kita sebagai seorang dokter memang tugas kita adalah untuk berikan pertolongan kepada pasien Bukan sebaliknya. Oh ya. Jadi bagaimana? Apa anda sudah memiliki jadwal untuk mengambil tindakan pada T
Bab 24 KarmaNina yang tadi tersenyum dengan angan-angannya kini mencoba memasang wajah biasa saja, wanita itu pura-pura berpikir agar terlihat lupa. "Irsyad yang mana ya?" tanya Nina. "Tuan Irsyad, kekasih Cik Farah nona," jawab Arya yang seketika membuat hati Nina terasa sakit dan sesak. Terbayang di pelupuk mata bagaimana menderitanya Farah akibat sakit yang dia derita akibat kecelakaan itu yang bahkan untuk sekedar duduk saja Farah harus menahan sakit, tak ada satu detikpun tanpa jeritan Farah waktu itu. Saat akan mandi, di pindahkan posisi bahkan ketika Nina atau yang lainnya mengganti popok, Farah akan menjerit kesakitan. Nina menderita cedera setelah kecelakaan dan Iryad juga tak peduli sama sekali. Semua itu sungguh membuat hati Nina terasa sakit dan sesak, hati kakak mana yang tak hancur melihat hal itu. [U datang saja ke sini, nanti I yang akan bayar semua ongkos you naik taxi] Nina mengamati pesan adiknya waktu itu yang dialamatkan kepada Irsyad, saat ini Farah sedang
Bab 23 Kedatangan NinaNina datang ke Indonesia karena ada urusan pekerjaan, dia sekarang bekerja sebagai dokter ahli bedah dan untuk beberapa waktu dia mendapat kontrak di Indonesia."Selamat datang Cik Nina, semoga betah di sini," sambut karyawan rumah sakit tempat dimana dia akan bertugas Sementara, katanya rumah sakit ini kekurangan tenaga medis dan ada seorang pasien yang berkewarganegaan Malaysia memerlukan bantuannya. Awalnya pihak rumah sakit menawarkan untuk operasi saja ke hospital di Malaysia, tapi pihak pasien menolak dengan alasan istrinya saat ini sedang hamil dan memperlukan kehadirannya. Semua serba dadakan bahkan Nina tak sempat berpikir lagi membuat Nina mau tak mau datang juga ke Indonesia dengan hati yang bertanya-tanya sehebat apa pasiennya ini karena gak mungkin kalau hanya orang biasa ."Mari Cik Nina, kita langsung saja ke ruangan direktur untuk membahas pasiennya," ucap seorang dokter yang menyambut kedatangan Nina."Baiklah, mari!" Nina dibawa ke sebuah ruan
Bab 22Masa Lalu jika tidak diselesaikan akan jadi bumerang dikehidupan mendatang."Tuan tadi Cik Farah, mencari anda," ucap Riyan yang saat itu masih bekerja di Malaysia sebagai TKI dan dia bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Irsyad. Orang tua Irsyad adalah pejabat di kerajaan Malaysia.Mendengar nama Farah disebut Irsyad membulatkan matanya segera dia menarik sopir pribadinya itu menjauh, dia seperti takut pembicaraannya didengar orang lain. "Ada apa, aku sudah bilang sama kamu berapa kali ya kamu jangan pernah menyebut nama perempuan itu di rumah ini bisa gawat, ngerti nggak!" teriak Irsyad dalam logat bahasa Melayu. "Maaf Tuan, saya lupa."Irsyad melepaskan pegangan tangannya di kerah baju Ryan."Ada apa, apalagi yang perempuan itu mau?"tanya Irsyad dengan nada sinis."Dia tanya kenapa Tuan tidak datang mengunjunginya padahal sudah satu minggu berlalu dan dia juga sudah pulang dari rumah sakit tapi kenapa Tuan tidak juga melihat keadaannya.""Memangnya kenapa Apa perlu aku me
Bab 21"ada apa Yan?" tanyaku kepada Ryan sopir pribadiku, hatiki mulai tidak enak melihat wajah pucatnya, berbagai macam pikiran buruk melintas di kepalaku."Tadi waktu ke ruang perawatan untuk merawat Tuan saya melihat Tuan kesakitan, lalu beliau pingsan,"jawab Ryan dengan wajah panik."Ya Tuhan." Aku ingin bangun tetapi buru-buru Rian mencegahku."Jangan nyonya keadaan nyonya masih belum sembuh benar saya takut kalau terjadi apa-apa dengan nyonya." Ryan membujukku, wajah sopirku itu terlihat cemas."Tapi aku ingin melihat keadaan Tuan aku tidak bisa jika aku tidak melihat keadaannya bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya."aku mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan suamiku sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa, selain suamiku hanya dia yang aku punya jika nanti terjadi apa-apa dengan Bang Irsyad Lalu bagaimana dengan hidupku kepada siapa lagi aku harus bersandar, aku tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya setelah apa yang terjadi padaku dengan Bang Aldi dulu."Saya tahu
Bab 20Aku terus mencengngkram jok mobil yang membawa aku pergi ke rumah sakit Aku masih sadar walaupun perutku terasa sakit, bagian bawahku kebas, juga aku merasakan darah semakin banyak mengalir melalui betisku. "Ya Tuhan lindungilah bayiku," gumamku sambil terus berdoa memohon keselamatan untuk bayiku."Sabar ya nyonya, ini sebentar lagi mobilnya akan sampai ke rumah sakit,"ujar sopir pribadiku yang sepertinya cemas melihat keadaanku sementara Aku berusaha untuk tetap sadar walaupun kepalaku sudah terasa pusing dan tatapan mataku mulai berkunang-kunang, aku juga merasakan perutku mulai kebas. 'Ya Tuhan, jangan ambil anakku ya Tuhan karena ini adalah kebahagiaanku,' ujarku memohon di dalam hati agar Tuhan melindungi kandunganku. Aku mau memejamkan mataku, tapi sebisa mungkin aku tidak ingin tertidur aku masih bisa mendengar suara klakson, suara mobil dan motor yang terus berseliweran di samping mobil kami, hingga akhirnya sampailah kami ke sebuah rumah sakit. Aku melihat beberap
Bab 18 Mantan Istri Yang Ku hina Jadi Nyonya"Mari Sus," ujar berjalan keluar kamar. Namun, baru saja kaki melangkah keluar."Nyonya, Nyonya tak apa- apa?" Hanya itu suara terakhir yang aku dengar sebelum semua menjadi gelap.***Aku terbangun di dan mengamati ruangan serba putih, aku sudah bisa menebak aku dimana."Saya kenapa Dok?" tanyaku pada Dokter yang sepertinya baru selesai memeriksa keadaanku.Dokter itu tersenyum, " Gak papa, selamat ya Nyonya Rohali, anda hamil," ujar sang Dokter.Kudekap mulutku, karena terkejut. Ya Tuhan aku hamil."Benarkah saya hamil Dok?" ujarku meminta kepastian."Iya Nyonya, usia kandungan anda sekarang ini sudah tiga minggu," jawab Dokter.Ya Tuhan berarti setelah pertemuanku dengan Bang Irsyat waktu dulu itu aku hamil. Waktu itu aku memang sungguh tak kuass menahan rindu dihati ini, lalu kuputuskan untuk menyusul suamiku ke kuala lumpur."Saya ingin anak dari adik, laki atau perempuan tak masalah," ujar Bang Irsyat sebelum kami mereguk kenikmatan
Bab17 CLBK Di lapasPov AlyaAku benar- benar kesal melihat tingkah Bang Aldi, mantan suamiku itu betul- betul sudah tak waras. Bahkan dia tak belajar dari kenyataan hidup sama sekali hingga menjadi gembelpun masih kelihatan sombong."Apa buktinya kalau tulah rahangnya patah, aku cuma pukul pelan aja kok patah," ujarnya yang masih saja tak mengakui kesalahannya meskipun polisi sudah menunjukkan semua kesalahan yang membuat dia di tangkap."Kami punya bukti visum dari dokter tentang keadaan tulang rahang Cik Irsyat," jawab komandan polisi yang aku perhatikan dari tadi sering menggebrak meja, sepertinya kesal dengan sikap songong Bang Aldi. Aku sendiri rasanya sudah muak melihat wajah Bang Aldi, bukan hanya wajah saja yang sekarang rusak penuh jerawat, jiwanya juga sepertinya sedang sakit."Halah, bisa saja kan ini cuma- cuma akal- akalan kalian, sudah biasa mah, orang- orang berseragam seperti kalian ini di beli dengan uang oleh orang- orang kaya seperti dia," kata Bang Aldi menunjuk