“2 miliar?!” jerit tertahan Gauri, khawatir tetangga Amelia akan mengusirnya jika mereka terlalu berisik.Amelia membuka mulutnya beberapa lama. Begitu pula dengan Gauri, hanya saja dia masih cukup sadar untuk menutupnya menggunakan salah satu tangan.Angka itu membuat jantung Gauri berdetak lebih cepat. Berbagai bayangan negatif menyerbu pikirannya.“Bagaimana kalau ini penipuan transaksi barang ilegal?” tanya Gauri sambil terus menatap layar ponselnya yang menunjukkan sisa saldo di rekeningnya.Saldo yang tertera di sana seharusnya tidak sampai dua juta karena Gauri baru saja menggunakan 12 juta untuk makan siang bersama Adam. Jika bisa meleleh, ponselnya mungkin sudah meleleh sejak tadi karena Gauri terus memelototinya.Gauri menoleh ke Amelia karena wanita itu tidak kunjung meresponsnya. Rupanya Amelia sedang menelpon seseorang.“Halo. Ya, selamat malam,” sapa Amelia sambil melirik Gauri dengan ragu. “Saya ingin menanyakan sesuatu terkait uang yang masuk ke rekening bos saya.”Gau
Adam mengernyitkan dahi kala melihat monitor pelacak terus menunjukkan bahwa Gauri masih berada di rumah yang dia datangi kemarin sore.“Jadi, dia sudah tahu tentang alat pelacak yang aku pasang di kerah bajunya ya?” tanya Adam pada dirinya sendiri sambil tersenyum miring.Pria itu menaruh tabletnya di atas meja karena mendengar suara ketukan di pintu ruang kerjanya. Denny muncul dari sana setelah Adam mempersilakannya masuk.Pria yang bertugas sebagai sopir pribadi itu terkadang juga sering diminta untuk mengerjakan tugas sampingan. Pekerjaan yang sering dianggap mudah, tetapi hanya orang kepercayaan saja yang akan mendapat posisi itu.“Saya harap kamu membawa kabar baik!” tukas Adam tegas.“Ya, Pak. Saya sudah mencari tahu tentang Pak Ezra Damon,” sahut Denny sedikit membungkuk. “Pak Ezra sudah lama menjadi anak didik Pak Thomas sejak masih di usia sekolah, kini dia juga merangkap sebagai tangan kanannya.”“Menarik,” komentar Adam sambil tersenyum miring. “Ternyata dia bukan hanya s
“Aku belum makan siang, Mas,” ujar Amora saat mereka hampir sampai di laboratorium RS Bashar.Wanita itu mencoba mengalihkan perhatian Adam supaya pria itu tidak segera sampai di sana. Namun, Adam bergeming tidak memedulikannya.Jantung Amora berdebar kuat. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi setelah ini. Sementara Adam ingin segera mendapat kejelasan supaya tahu harus bertindak apa.Saat mereka sampai di koridor laboratorium, mata Adam menangkap sosok sang ibu. Ternyata Arum juga hadir di sana, padahal Adam tidak memberi tahu Arum bahwa hasil tes DNA akan keluar dari hari ini.“Mama ke sini setelah mendapat kabar dari Tian,” ujar Arum seolah tahu apa yang Adam pikirkan. Tian adalah sopir pribadi Arum. Dia pasti berkomunikasi dengan Denny.Adam mengangguk tanpa bicara. Kehadiran Arum bukan masalah untuk pria itu. Lagi pula sang ibu pasti juga ingin tahu bagaimana hasil tes DNA dari bayi yang dikandung oleh Amora.Sejak awal, Arum adalah orang pertama yang mendukung kehamilan
“Melakukan apa?” tanya Arum dengan berani. Rona wajah wanita paruh baya itu mulai kembali setelah dia menarik napas panjang.Adam mendesah. Setelah apa yang terjadi di ruang laboratorium, dia ingin segera pergi dari tempat ini. Namun, bagaimanapun Adam tidak bisa mengabaikan wanita ini.“Gauri mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan oleh beberapa asisten rumah tangga seorang diri,” jawab Adam apa adanya.“Kamu seharusnya melihat dari sisi positif, Adam. Mama hanya mengajarkan Gauri tugas-tugas seorang istri,” sahut Arum beralasan.Adam membuang muka dan berkata pelan, “Bagaimana cara mengajarkannya jika Mama tidak pernah melakukan hal yang sama?”“Kamu bilang apa, Adam?” tanya Arum mengernyitkan dahi. Dia mencoba melihat ekspresi sang anak.“Bukan apa-apa.” Adam menggeleng dan tersenyum tipis. “Kalau sudah tidak ada yang dibicarakan, aku pergi dulu.”Pria itu langsung memutar tubuhnya untuk kembali melangkah. Namun, Adam kembali berhenti dan melihat ke arah Arum.“Oh ya,
“Dasar bodoh!” umpat Rusdi sambil tertawa terbahak-bahak.Pria tua itu tengah duduk di halaman belakang rumahnya saat sang cucu datang berkunjung. Sementara Adam yang duduk di sebelah kakeknya, hanya bisa mendesah kesal dan melipat tangan di depan dada.Setelah dari bandara, satu-satunya tempat yang bisa Adam pikirkan adalah rumah Rusdi. Bagi Adam, Rusdi memang menyebalkan, tetapi hanya kakeknya yang bisa diajak bicara secara sehat tanpa takut topik pembicaraan ini akan tersebar di publik.Adam menceritakan semuanya, mulai dari hasil tes DNA Amora sampai kepergian Gauri ke Amerika Serikat. Dan ternyata harapan Adam pada Rusdi terlalu tinggi. Bukannya mengucapkan sesuatu yang bijak, Rusdi justru menertawakannya.“Sudah lama kamu tidak datang ke sini dan sekalinya datang kamu justru membawa berita yang menggelikan!” sindir Rusdi masih sambil tertawa.Seorang pelayan datang bersama dokter pribadi menginterupsi pembicaraan mereka. Adam menger
[Kapan kamu akan membayar uang sewamu? Kamu sudah menunggak selama dua bulan! Bayaran bulan ini saya tunggu sampai besok kalau tidak bayar juga, pergilah! Banyak yang ingin menyewa tempat saya!]Pesan yang dibaca oleh Amora itu seolah memiliki nada. Murni, pemilik kos yang Amora tempat itu sangat cepat naik darah.Belum lagi, Amora memang sudah menunggak biaya sewa selama beberapa bulan. Entah sudah berapa kali Murni mengetuk pintu kos Amora selama satu minggu terakhir.Oh, ralat! Bukan mengetuk, melainkan menggedor!“Aaaargh!” jerit Amora kesal sambil memaksa matanya terpejam dan memukul kepalanya beberapa kali.Sejak hasil tes DNA anak yang dikandung Amora terkuak, dunia wanita itu runtuh. Dia masih saja merasa hatinya terbakar setiap kali mengingat momen itu, terutama saat Adam juga memecatnya.Amora menatap berbagai merek mewah sepatu, tas, dan pakaian yang tersusun tidak rapi di sudut kamar kos dekat pintu. Barang-barang yan
“Jadi anak itu pergi ke tempat yang jauh untuk pertama kalinya dan tidak meminta izin pada saya?” tanya Thomas saat mendapat kabar tentang Gauri dari Bergas.Amelia yang ada di sana, mendengar itu semua. Dia menarik napas panjang, bersiap-siap melihat reaksi Thomas.“Ya, Tuan. Apa saya perlu mengirim pengawal ke sana?” Bergas menawarkan. Dalam hatinya, dia berharap hubungan Thomas dan Gauri akan membaik. Namun sebagai pelayan rendahan, dia tidak akan berani mencampuri urusan majikannya.Thomas menyeringai. “Tidak perlu! Itu lebih baik daripada saya harus mengurungnya di ruang bawah tanah!”Pria tua itu mengambil tongkatnya dan perlahan berdiri. Lalu, dia melangkah mendekati Amelia yang berdiri di dekat pintu masuk ruang kerjanya di rumah.Amelia sedikit membungkuk dan menunggu Thomas melewatinya. Namun, pria itu justru berhenti tepat di hadapannya.“Amelia,” panggil Thomas dengan suara berat dan tatapan mata tajam. “Ikut saya!”Thomas berjalan lebih dulu. Saat itu Amelia menoleh pada
“Saya suka dengan jam tangan Mas Adam. Itu edisi terbatas jam tangan pria di Afnan Watch, bukan?” ucap Rosa yang sejak tadi mencoba mencairkan es batu di depannya.Wanita cantik berambut hitam panjang itu menyugar rambutnya ke belakang telinga, sengaja memperlihatkan leher jenjangnya ada Adam. Dia juga terus mengukir senyum termanis di wajahnya.Adam sangat jarang datang ke perkumpulan para sosialita seperti siang ini, jika Arum tidak memaksanya. Awalnya Arum bilang hanya ingin diantar, tetapi sesampainya mereka di lokasi, wanita paruh baya itu justru menyeret Adam untuk berkenalan dengan anak temannya.“Saya juga punya,” tambah Rosa karena Adam tidak membuka mulutnya dan hanya menatapnya tajam. “Edisi wanita. Hanya ada dua, milik saya dan milik istri CEO Afnan Watch.”Rosa mengatakannya dengan bangga. Namun, Adam sama sekali tidak tertarik. Pria itu mendesah dan memalingkan wajahnya. Dia sudah cukup lama bertahan di tempat ini.Adam perlahan bangkit. “Saya ada urusan. Permisi.”Tanpa
Adam menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Berita yang terpampang di sana menghantam pria itu, seperti pukulan keras yang mengenai wajahnya.Pernikahan Gauri Bentlee Uno dan Ezra Damon Akan Digelar Minggu Depan.Kalimat itu terpampang jelas di headline sebuah situs berita ternama. Tidak hanya di situs berita, setiap Adam membuka media sosial, informasi yang sama pun muncul.Walaupun Gauri bukan seorang selebriti, tetapi wanita yang tiba-tiba menjadi konglomerat dan menjabat sebagai CEO Uno Rekayasa Industri adalah hal yang sangat menarik.Adam mengatupkan rahang erat, dan napasnya terasa berat. Pria itu mengepalkan tangan. Sudah dua hari sejak kontak terakhirnya dengan Gauri terputus, dan sekarang berita tidak masuk akal ini justru naik ke permukaan.Brak!Adam memukul meja kerjanya hingga gelas kopi yang berada di sudut meja terguncang. Wajah Adam memerah. Amarah, kebingungan, dan rasa kecewa menyelimuti pikiran Adam.“Bagaimana mungkin? Apa ini keputusan Gauri? Apa Gauri mener
Gauri keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah menjuntai di punggung. Wanita itu masih mengenakan jubah mandi berwarna putih dengan bahan lembut.Wajah wanita itu terlihat lebih segar setelah air dingin membasuh kulitnya yang lelah. Namun, berapa kali pun Gauri mencuci rambut, kepala dan pikirannya tetap kacau.Tanpa membuang waktu, Gauri segera melangkah ke meja rias. Dia membuka laci paling bawah, tempat dia menyimpan ponsel pemberian Adam. Gauri tahu betapa berharganya benda itu, dan dia selalu memastikan menyimpannya sesuai dengan instruksi Adam.Tangan Gauri bergerak cepat, menggeser beberapa benda kecil yang memenuhi laci itu. Namun, wanita itu tidak bisa menemukan benda pipih yang dia cari di sana.Hati Gauri mulai berdegup kencang. Jantungnya terasa berat. Dia menarik napas panjang dan merogoh lebih dalam, berharap mungkin ponsel itu tergelincir ke sudut lain laci. Namun, dia tetap tidak menemukan apa-apa.“Di mana ya?” bisik Gauri, kepanikannya mulai merayap.Se
Gauri duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi ponsel kecil berwarna hitam di tangannya. Benda pipih itu diam-diam diselundupkan oleh Adam saat pria itu menggenggam tangannya di belakang Thomas.Hanya ada satu kontak yang tersimpan di sana, yaitu Adam Harraz 2. Tidak ada nomor lain, tidak ada akses internet, bahkan kartu SIM di dalamnya, sepertinya khusus hanya untuk berkomunikasi dengan Adam.Wanita itu mendesah panjang, tangannya menggenggam erat ponsel itu. Ponsel itu adalah satu-satunya jembatan yang bisa menghubungkan Gauri dengan satu-satunya orang yang ada di pihaknya saat ini.Pikiran Gauri melayang pada kejadian beberapa jam lalu yang membuat hari itu semakin terasa berat dan panjang.***Gauri duduk di meja kecil di sudut kamarnya. Wanita itu sedang membaca dokumen laporan perusahaan yang sempat dia bawa beberapa hari lalu dari kantor, ketika pintu kamarnya diketuk dengan keras.Tok! Tok! Tok!Gauri menoleh
Ezra memasuki ruang kunjungan Rumah Tahanan Wanita Jakarta Timur. Wajah pria itu tampak tegang, tetapi matanya tetap tajam seperti biasa.Di balik kaca pembatas, Amora menunggunya dengan senyum tipis yang penuh ejekan. Wanita itu duduk dengan tenang, tempat yang membuat dia terisolasi dari dunia luar itu tidak mengurangi sedikit pun keangkuhannya.“Kamu akhirnya datang juga, Ezra.” Amora membuka percakapan dengan santai. Dia menyunggingkan senyum miring.Ezra mengambil tempat di kursi di depannya, tidak membalas sapaan Amora. Tatapan Ezra hanya menyoroti wanita itu dengan penuh kewaspadaan.Sudah beberapa hari pihak rumah tahanan terus menghubungi Ezra karena Amora meminta bertemu. Pria itu terpaksa menggunakan segala cara untuk kembali ke Indonesia walaupun dia sedang tersandung kasus hukum di Belanda.Untunglah, kesehatan Thomas membaik dan pria tua itu masih berpihak pada Ezra. Jadi mereka bisa kembali ke negara ini bersama.“
Adam duduk di sofa ruang tamu griya tawang, berhadapan langsung dengan Thomas yang memandangnya dengan tatapan tidak suka.Atmosfer ruangan terasa semakin menekan, dan Adam harus menjaga ekspresinya tetap netral.“Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan, Adam?” tanya Thomas dengan tegas sambil mengetukkan ujung tongkatnya ke lantai.Adam melirik sekilas ke arah Gauri yang berdiri di belakang Thomas. Sebelum pria muda itu sempat menjawab, Thomas berbalik, menatap Gauri dengan tajam.“Kamu tidak perlu berada di sini, Gauri. Kembali ke kamar!” perintah Thomas dengan kedua bola mata yang melebar.Gauri tampak ingin membantah, tetapi pada akhirnya wanita itu hanya mengangguk pelan dan melangkah pergi.Saat melewati Adam, wanita itu meliriknya sekilas, tatapan mereka bertemu selama beberapa detik.Lalu, tanpa bicara sepatah kata pun, Gauri memutus tatapan mereka dan menghilang di balik pintu kama
“Aku tidak mengundangmu, Mas Adam.”Adam membeku. Pria itu berbalik perlahan dan mendapati Gauri berdiri di sana, mengenakan blazer hitam yang elegan. Wajah wanita itu terlihat lelah, tetapi sorot matanya tajam seperti pisau.Namun, bertolak belakang dengan tatapannya, suara Gauri terdengar datar.Adam menatap Gauri dengan alis bertaut, berusaha membaca situasi.Wanita itu berdiri di depan pintu lift, sangat cantik dan menarik seperti biasanya, tetapi wajah Gauri yang biasanya penuh percaya diri, kali ini tampak sedikit pucat. Ada lingkaran gelap samar di bawah matanya.Adam melangkah mendekat, tetapi Gauri segera mengangkat tangan kanannya, membuat Adam berhenti. Ibu jari wanita itu menyentuh telapak tangannya, lalu mengepalkannya Pria itu semakin mengernyitkan dahi. Namun, sedetik kemudian kedua bola matanya melebar setelah menyadari sesuatu.Simbol permintaan tolong.Adam mengangguk kecil, berusaha menyampaikan jawaban pada Gauri bahwa dia memahami pesan tersirat dari gerakan tang
Adam berdiri di depan griya tawang Gauri sambil menaruh kedua tangannya di saku celana. Matanya yang tajam seperti elang memindai dua pria berbadan besar yang sedang berdiri berjaga di pintu masuk griya tawang. Keduanya memakai pakaian serba hitam dan ekspresi mereka dingin tanpa emosi.Namun, hal itu tidak dapat menutupi fakta bahwa Adam memiliki aura mengintimidasi yang lebih kuat daripada mereka. Bahkan, kedua pengawal itu harus menahan diri supaya bulu kuduk pada tengkuk mereka tidak meremang ketika melihat Adam.Adam melangkah mendekat, tetapi langkahnya langsung dihentikan oleh salah satu pria yang ada di sana. Pria itu mengangkat tangan, memberi isyarat untuk berhenti.“Maaf, Tuan, Anda tidak diizinkan masuk,” ujar pria itu dengan tegas. Dia membusungkan dadanya.Adam menarik salah satu sudut bibirnya dan memutus tatapan dengan mereka. Dia benci dengan orang-orang yang berlagak berani padanya, padahal jelas terlihat kedua pengawal itu berus
“Kamu pikir aku akan menyerah begitu saja, Ezra?” Gauri memandang bayangannya sendiri di cermin.Mata wanita itu masih menyala penuh kemarahan walaupun sudah tidur selama empat jam. Gauri menghela napas panjang. Dia berusaha mengendalikan diri, walaupun seluruh tubuhnya terasa tegang.Pagi itu, Gauri sudah bersiap untuk pergi ke kantor. Wanita itu mengenakan blazer hitam dengan aksen emas dan celana panjang berpotongan rapi. Dia membiarkan rambut cokelat panjangnya tergerai indah di punggungnya.Namun, ada satu masalah besar yang harus Gauri hadapi lebih dulu, yaitu pintu kamarnya yang masih terkunci dari luar.Dengan langkah lebar, Gauri menuju pintu. Wanita itu memutar gagang dan mencoba membukanya, tetapi sia-sia.Tok! Tok! Tok!“Ezra! Buka pintu ini sekarang juga!” teriak Gauri sambil menggedor-gedor pintu itu.Namun, tidak ada respons sama sekali.“Amelia? Siapa pun, buka pintu ini!” seru Gauri lagi. Tangan
“Kamu terlalu sembrono untuk seseorang yang mengaku punya kendali penuh atas hidup sendiri, Gauri,” tukas Ezra sambil membuka pintu kamar Gauri dengan satu tangan, sementara tangan satunya masih menggenggam kaki wanita itu.Setelah masuk ke dalam kamar, Ezra menurunkan Gauri dari pundaknya dengan kasar, hingga membuat wanita itu terhuyung dan hampir jatuh.“Beraninya kamu, Ezra!” seru Gauri dengan napas terengah-engah, menatap Ezra penuh kebencian.Ezra hanya tersenyum kecil, tidak terpengaruh dengan makian Gauri. “Beraninya saya? Oh, Gauri, kamu bahkan tidak tahu separah apa keberanian saya.”Pria itu mulai melangkah, matanya menyapu ke seluruh ruangan kamar Gauri. Ezra memperhatikan setiap sudut dengan seksama.“Apa yang kamu lakukan?!” Gauri mendekat dengan langkah cepat, tetapi Ezra mengangkat tangan, memberi isyarat agar wanita itu berhenti.“Mencari sesuatu yang seharusnya tidak pernah kamu mil