Gauri tidak bisa lagi menahan dirinya. Wanita itu melangkah cepat menuju Michael, yang kini menjadi pusat perhatian di antara anggota Keluarga Maeve.“Michael,” panggil Gauri dengan tegas. “Apa yang sebenarnya kamu maksud dengan tes DNA?”Michael menoleh, menatap Gauri sejenak sebelum menarik napas panjang. Pria itu tampak gugup, tetapi berusaha untuk tetap tenang.“Gauri, ada sesuatu yang harus aku akui,” ujar Michael sambil melirik sekilas ke arah Adam yang berdiri tidak jauh dari mereka. “Beberapa tahun lalu, aku melakukan kesalahan besar.”Gauri mengernyitkan kening. “Kesalahan apa?”Michael menjeda beberapa detik sebelum melanjutkan. “Malam itu, di sebuah bar, aku bertemu dengan seorang gadis. Kami minum terlalu banyak, dan … yah, malam itu tidak berakhir baik.”Keluarga Maeve yang mendengar penjelasan itu mulai saling berbisik, sementara Adam tetap berdiri dengan rahang mengeras, menyimak setiap kata yang diucapkan oleh Michael.“Sepertinya gadis itu adalah Amora,” lanjut Michae
Gauri berjalan beriringan dengan Adam menuju tempat parkir pemakaman.Angin dingin menyapu kulit wanita itu, membuat syal tipis yang melilit lehernya sedikit bergoyang. Langkah mereka tidak terlalu cepat, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.Di tempat parkir, dua mobil sudah menunggu. Satu milik Adam, dan satu lagi adalah mobil yang disiapkan oleh Ezra untuk Gauri. Kedua kendaraan mereka tidak sengaja diparkir berdampingan, seolah semesta sedang memaksa mereka untuk terus menghabiskan waktu bersama.Adam membuka pintu mobil untuk Gauri, tetapi sebelum wanita itu masuk, Gauri berhenti dan menatap pria itu dengan serius.“Mas Adam,” panggil Gauri sambil menatap lekat manik cokelat yang indah itu. “Seharusnya tadi kamu tidak menyerang Michael. Tes DNA itu bahkan belum dilakukan. Bagaimana kalau ternyata dia bukan ayah kandung Chava?”Adam menghela napas panjang, tatapannya menajam. Namun, ada kasih sayang yang dalam di matanya. Pria itu berdiri di depan Gauri dengan tangan d
Gauri melangkah masuk ke dalam Eterna Bliss, wedding gallery terkenal yang telah dikenal karena koleksi gaun pengantin mewahnya. Nama tempat itu terukir dengan huruf emas besar di papan depan, mencerminkan kemewahan yang diusungnya.Pintu kaca otomatis terbuka, dan Gauri disambut oleh seorang pelayan dengan seragam rapi. Wanita itu tersenyum lebar, membungkuk sopan sebelum mendekati Gauri.“Selamat datang di Eterna Bliss, Nona Gauri,” ucap pelayan itu dengan suara lembut yang terlatih. “Kami sudah menunggu Anda. Silakan ikuti saya ke ruang VIP.”Gauri mengangguk pelan, melangkah mengikuti pelayan tersebut. Di ruang VIP, interiornya dihiasi dengan dinding putih elegan dan lampu gantung kristal yang berkilauan. Beberapa manekin memamerkan gaun-gaun pengantin dengan detail yang luar biasa.Namun, perhatian Gauri langsung tertuju pada satu hal yang tidak ada di ruangan itu, Ezra.“Di mana Ezra?” tanya Gauri. Wanita itu terdengar tegas, tetapi masih sangat anggun.Pelayan itu terdiam sejen
Langkah Gauri terhenti seketika saat seorang pelayan Eterna Bliss tiba-tiba berlutut di depannya. Mata pelayan wanita yang tampak lebih senior daripada pelayan lain itu memancarkan ketakutan yang begitu nyata, bahkan tubuhnya sedikit gemetar.“Nona Gauri,” ucap pelayan itu dengan suara bergetar. “Tolong, pilihlah gaun hari ini. Jika Nona tidak melakukannya, Tuan Ezra akan … beliau akan membunuh saya!”Gauri mengangkat salah satu alis, matanya yang semula datar kini menunjukkan keterkejutan. “Apa yang kamu katakan? Ezra tidak akan membunuh siapa pun.”Walaupun ragu dengan perkataannya sendiri, Gauri merasa harus mengatakan itu. Apalagi ini hanya masalah sepele, tidak mungkin Ezra akan benar-benar melakukannya.‘Iya, kan?’ batin Gauri mencoba memvalidasi logikanya.Gauri menoleh pada pengawal Ezra yang hanya diam menonton. Mereka bahkan tidak menyingkirkan pelayan yang sebenarnya menghalangi jalan Gauri. Tatapan mereka justru seperti membiarkan hal itu terjadi.Pelayan itu tetap dalam p
Gauri berdiri mematung, masih berusaha mencerna informasi yang baru saja Adam ungkapkan.‘Ezra, pembunuh? Bagaimana bisa?’ batin Gauri.Pikiran wanita itu dipenuhi berbagai pertanyaan yang berputar tanpa henti.“Mas Adam,” ucap Gauri beberapa saat kemudian. “Apa kamu punya bukti atas tuduhanmu itu?”Adam mengangguk, manik cokelat pria itu menatap dalam mata Gauri seolah ingin memastikan bahwa dia berkata berdasarkan bukti dan tidak asal menuduh.Namun, sebelum Adam menjawab, pria itu melihat sekilas ke luar ruangan melalui kaca kecil di pintu.Dua pengawal Ezra terlihat sedang berbicara dengan pelayan Eterna Bliss. Adam tahu waktunya terbatas. Walaupun membawa pengawal pribadi, pria itu tidak ingin ada keributan di tempat yang tidak seharusnya.“Ikut aku, Gauri!” ajak Adam tanpa menunggu jawaban.Adam segera meraih pergelangan tangan Gauri dengan lembut dan juga kuat. Dia menarik wanita itu masuk ke ruang ganti VIP.Ruangan itu kedap suara, dirancang untuk memberikan kenyamanan penuh
Gauri memasuki mobil yang sudah menunggu di depan Eterna Bliss. Langkah wanita itu tampak tenang, tetapi pikirannya dipenuhi berbagai kekhawatiran.Gauri mendaratkan tubuhnya di kursi belakang dengan anggun, dua pengawal Ezra duduk di depan, sementara satu lagi duduk di kursi belakang bersamanya.Mobil Adam melintasi mobil mereka lebih dulu. Gauri tahu ke arah mana pria itu pergi, kantor Uno Rekayasa Industri.Suasana di dalam mobil terasa sunyi, hanya terdengar deru mesin dan sesekali suara klakson kendaraan lain di luar. Namun, di dalam hati Gauri, ada keributan yang tidak bisa wanita itu kendalikan.‘Mas Adam akan menemui Kakek,’ pikir Gauri cemas. ‘Bagaimana jika itu benar-benar membuat kesehatan Kakek semakin memburuk?’Wanita itu meremas-remas jemarinya di atas pangkuan, kebiasaan yang selalu dia lakukan ketika sedang dilanda kecemasan.Setelah beberapa menit berlalu, Gauri mengangkat wajah dan menatap ke depan, ke arah pengawal yang duduk di kursi penumpang depan.“Bisakah kita
“Aku terlalu banyak minum,” gumam Gauri pelan. Dia memberikan gelas kosong pada pelayan yang lewat di depannya.Gauri Bentlee menelan ludah saat detak jantungnya semakin tak karuan. Dalam satu tahun pernikahan, malam ini adalah pertama kalinya Adam Harraz mengajak Gauri menghadiri sebuah pesta donasi bergengsi. Pesta donasi ini diselenggarakan oleh komunitas penggiat kesehatan mental, yaitu Heal the Hearts Club bertajuk Asa Bibit Bangsa Korban Bencana Gempa Bumi. Acara ini hanya dihadiri oleh kalangan kelas atas di kota Jakarta.Gauri dan Adam terlibat pernikahan kontrak yang konyol. Gauri perlu melunasi utang keluarganya dan Adam harus menikah demi memperoleh jabatan CEO di perusahaan keluarga.Gauri menatap Adam yang berdiri di sebelahnya."Ikut aku!" Adam menggandeng tangan Gauri. Adam menghampiri salah satu meja yang diisi oleh beberapa kenalannya. Dia hendak memperkenalkan Gauri pada mereka.“Selamat malam, Pak Adam. Wah, ini dia langganan donatur terbesar setiap ada pesta dona
“Biar saya bantu,” ucap seorang pria berambut tebal dengan kedua mata coklat menawan mengulurkan tangan. Dia tersenyum hangat. Gauri menyambut uluran tangan pria asing itu dan segera mengucapkan terima kasih.Gauri kehilangan wajah di pesta pertamanya bersama Adam. Dia berjalan keluar gedung menuju tempat parkir dengan kaki terkilir dan menahan tangis.Dada Gauri terasa sangat sesak. Adam sudah keterlaluan. Bagaimana bisa Adam melakukan hal seperti itu dengan wanita lain saat berada di satu tempat yang sama dengan Gauri.Gauri masuk ke dalam mobil Adam setelah Denny–sopir Adam membukakan pintu. Dia meluapkan tangisannya tanpa takut mempermalukan Adam. Tangisnya sangat menyayat hati, penuh luka dan amarah.“Sudah berapa lama ini berlangsung?” Gauri memukul dadanya berkali-kali, berharap sesak hilang dari sana.Sejak awal pernikahan ini memang tidak dimulai dengan cinta. Namun, bukan berarti hati Gauri mati rasa hingga tidak merasa apa-apa setelah lama tinggal bersama.Pintu mobil terb
Gauri memasuki mobil yang sudah menunggu di depan Eterna Bliss. Langkah wanita itu tampak tenang, tetapi pikirannya dipenuhi berbagai kekhawatiran.Gauri mendaratkan tubuhnya di kursi belakang dengan anggun, dua pengawal Ezra duduk di depan, sementara satu lagi duduk di kursi belakang bersamanya.Mobil Adam melintasi mobil mereka lebih dulu. Gauri tahu ke arah mana pria itu pergi, kantor Uno Rekayasa Industri.Suasana di dalam mobil terasa sunyi, hanya terdengar deru mesin dan sesekali suara klakson kendaraan lain di luar. Namun, di dalam hati Gauri, ada keributan yang tidak bisa wanita itu kendalikan.‘Mas Adam akan menemui Kakek,’ pikir Gauri cemas. ‘Bagaimana jika itu benar-benar membuat kesehatan Kakek semakin memburuk?’Wanita itu meremas-remas jemarinya di atas pangkuan, kebiasaan yang selalu dia lakukan ketika sedang dilanda kecemasan.Setelah beberapa menit berlalu, Gauri mengangkat wajah dan menatap ke depan, ke arah pengawal yang duduk di kursi penumpang depan.“Bisakah kita
Gauri berdiri mematung, masih berusaha mencerna informasi yang baru saja Adam ungkapkan.‘Ezra, pembunuh? Bagaimana bisa?’ batin Gauri.Pikiran wanita itu dipenuhi berbagai pertanyaan yang berputar tanpa henti.“Mas Adam,” ucap Gauri beberapa saat kemudian. “Apa kamu punya bukti atas tuduhanmu itu?”Adam mengangguk, manik cokelat pria itu menatap dalam mata Gauri seolah ingin memastikan bahwa dia berkata berdasarkan bukti dan tidak asal menuduh.Namun, sebelum Adam menjawab, pria itu melihat sekilas ke luar ruangan melalui kaca kecil di pintu.Dua pengawal Ezra terlihat sedang berbicara dengan pelayan Eterna Bliss. Adam tahu waktunya terbatas. Walaupun membawa pengawal pribadi, pria itu tidak ingin ada keributan di tempat yang tidak seharusnya.“Ikut aku, Gauri!” ajak Adam tanpa menunggu jawaban.Adam segera meraih pergelangan tangan Gauri dengan lembut dan juga kuat. Dia menarik wanita itu masuk ke ruang ganti VIP.Ruangan itu kedap suara, dirancang untuk memberikan kenyamanan penuh
Langkah Gauri terhenti seketika saat seorang pelayan Eterna Bliss tiba-tiba berlutut di depannya. Mata pelayan wanita yang tampak lebih senior daripada pelayan lain itu memancarkan ketakutan yang begitu nyata, bahkan tubuhnya sedikit gemetar.“Nona Gauri,” ucap pelayan itu dengan suara bergetar. “Tolong, pilihlah gaun hari ini. Jika Nona tidak melakukannya, Tuan Ezra akan … beliau akan membunuh saya!”Gauri mengangkat salah satu alis, matanya yang semula datar kini menunjukkan keterkejutan. “Apa yang kamu katakan? Ezra tidak akan membunuh siapa pun.”Walaupun ragu dengan perkataannya sendiri, Gauri merasa harus mengatakan itu. Apalagi ini hanya masalah sepele, tidak mungkin Ezra akan benar-benar melakukannya.‘Iya, kan?’ batin Gauri mencoba memvalidasi logikanya.Gauri menoleh pada pengawal Ezra yang hanya diam menonton. Mereka bahkan tidak menyingkirkan pelayan yang sebenarnya menghalangi jalan Gauri. Tatapan mereka justru seperti membiarkan hal itu terjadi.Pelayan itu tetap dalam p
Gauri melangkah masuk ke dalam Eterna Bliss, wedding gallery terkenal yang telah dikenal karena koleksi gaun pengantin mewahnya. Nama tempat itu terukir dengan huruf emas besar di papan depan, mencerminkan kemewahan yang diusungnya.Pintu kaca otomatis terbuka, dan Gauri disambut oleh seorang pelayan dengan seragam rapi. Wanita itu tersenyum lebar, membungkuk sopan sebelum mendekati Gauri.“Selamat datang di Eterna Bliss, Nona Gauri,” ucap pelayan itu dengan suara lembut yang terlatih. “Kami sudah menunggu Anda. Silakan ikuti saya ke ruang VIP.”Gauri mengangguk pelan, melangkah mengikuti pelayan tersebut. Di ruang VIP, interiornya dihiasi dengan dinding putih elegan dan lampu gantung kristal yang berkilauan. Beberapa manekin memamerkan gaun-gaun pengantin dengan detail yang luar biasa.Namun, perhatian Gauri langsung tertuju pada satu hal yang tidak ada di ruangan itu, Ezra.“Di mana Ezra?” tanya Gauri. Wanita itu terdengar tegas, tetapi masih sangat anggun.Pelayan itu terdiam sejen
Gauri berjalan beriringan dengan Adam menuju tempat parkir pemakaman.Angin dingin menyapu kulit wanita itu, membuat syal tipis yang melilit lehernya sedikit bergoyang. Langkah mereka tidak terlalu cepat, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.Di tempat parkir, dua mobil sudah menunggu. Satu milik Adam, dan satu lagi adalah mobil yang disiapkan oleh Ezra untuk Gauri. Kedua kendaraan mereka tidak sengaja diparkir berdampingan, seolah semesta sedang memaksa mereka untuk terus menghabiskan waktu bersama.Adam membuka pintu mobil untuk Gauri, tetapi sebelum wanita itu masuk, Gauri berhenti dan menatap pria itu dengan serius.“Mas Adam,” panggil Gauri sambil menatap lekat manik cokelat yang indah itu. “Seharusnya tadi kamu tidak menyerang Michael. Tes DNA itu bahkan belum dilakukan. Bagaimana kalau ternyata dia bukan ayah kandung Chava?”Adam menghela napas panjang, tatapannya menajam. Namun, ada kasih sayang yang dalam di matanya. Pria itu berdiri di depan Gauri dengan tangan d
Gauri tidak bisa lagi menahan dirinya. Wanita itu melangkah cepat menuju Michael, yang kini menjadi pusat perhatian di antara anggota Keluarga Maeve.“Michael,” panggil Gauri dengan tegas. “Apa yang sebenarnya kamu maksud dengan tes DNA?”Michael menoleh, menatap Gauri sejenak sebelum menarik napas panjang. Pria itu tampak gugup, tetapi berusaha untuk tetap tenang.“Gauri, ada sesuatu yang harus aku akui,” ujar Michael sambil melirik sekilas ke arah Adam yang berdiri tidak jauh dari mereka. “Beberapa tahun lalu, aku melakukan kesalahan besar.”Gauri mengernyitkan kening. “Kesalahan apa?”Michael menjeda beberapa detik sebelum melanjutkan. “Malam itu, di sebuah bar, aku bertemu dengan seorang gadis. Kami minum terlalu banyak, dan … yah, malam itu tidak berakhir baik.”Keluarga Maeve yang mendengar penjelasan itu mulai saling berbisik, sementara Adam tetap berdiri dengan rahang mengeras, menyimak setiap kata yang diucapkan oleh Michael.“Sepertinya gadis itu adalah Amora,” lanjut Michae
Gauri melangkah keluar dari kamar tidurnya dengan mengenakan setelan serba hitam. Gaun sederhana yang membalut tubuh dipadukan dengan syal tipis di leher, membuat penampilannya terlihat elegan sekaligus muram. Rambutnya yang digerai rapi menambah kesan serius pada wajah yang sudah sejak pagi menunjukkan ekspresi datar.Di ruang tamu griya tawang, Ezra sedang duduk sambil membaca dokumen yang baru saja dikirimkan oleh asistennya. Pria itu mengenakan setelan formal, tetapi dasinya masih tergantung longgar di leher, menandakan bahwa dia belum sepenuhnya siap untuk hari itu.Ketika melihat Gauri muncul, Ezra mengangkat wajah, menatap wanita itu dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa kamu sudah berpakaian seperti itu sepagi ini?” tanya Ezra tanpa basa-basi.“Saya akan pergi ke pemakaman Amora,” jawab Gauri dengan singkat, tanpa mencoba menjelaskan lebih banyak.Ezra mendengkus kecil dan menaruh dokumennya ke meja. “Tidak perlu! Jadwal fitting gaun pernikahan kita baru siang nanti. Kamu tidak
“Oh, Chava,” ucap Gauri lirih begitu matanya menangkap sosok Chava.Gadis kecil itu terbaring di atas ranjang dengan selang oksigen terpasang di hidungnya, dan infus menggantung di samping tempat tidurnya. Wajah anak itu terlihat sangat pucat, napasnya bergerak perlahan, menggambarkan dia sedang berjuang untuk tetap bertahan hidup. Ada beberapa luka di bagian wajah dan kepalanya.Gauri berdiri di sisi ranjang, kedua tangannya menggenggam erat pagar pembatas tempat tidur. Mata wanita itu berkaca-kaca saat memandangi wajah Chava yang tampak tidak berdaya.“Maafkan, Tante,” ucap Gauri pelan. Wanita itu terlalu takut untuk sekadar mengusap rambut Chava karena anak itu terlihat sangat ringkih.Michael berdiri di belakang Gauri, memperhatikan wanita itu dalam diam. Namun, setelah beberapa saat, pria itu melangkah mendekat dan membuka suara.“Gauri,” panggil Michael pelan, dia menatap mata Gauri dengan hati-hati. “Kalau aku boleh tahu, apa hubunganmu dengan anak ini?”Gauri menoleh perlahan,
Di dalam mobil yang melaju menuju rumah sakit, Gauri terus memandangi jendela, matanya tampak kosong walaupun pikirannya penuh dengan kekhawatiran. Mobil itu berhenti dengan mulus di depan rumah sakit.“RS Bashar?” tanya Gauri setengah berbisik, matanya menatap papan nama rumah sakit itu dengan sedikit heran. “Bukankah ini rumah sakit yang dulu pernah mengalami masalah?”‘Akibat ulah Ezra,’ lanjut Gauri dalam hati.Adam menoleh, menatap Gauri sambil membuka sabuk pengamannya.“RS Bashar sudah membaik dalam dua tahun terakhir,” jelas Adam sambil tersenyum tipis. “Mereka melakukan perombakan besar-besaran, termasuk mendatangkan tim medis terbaik. Sekarang mereka masuk ke jajaran rumah sakit unggulan.”Gauri mengangguk kecil, akhirnya mengerti. “Saya jarang mengikuti perkembangan rumah sakit ini.”Amelia yang duduk di depan segera keluar, memberi ruang bagi Gauri dan Adam untuk menyusul.Ketika Gauri hendak membuka pintu mobil, Adam menahan tangan wanita itu dengan lembut.“Tunggu,” ucap