Bandara Soekarno-Hatta, H-1 pesta pertunangan ….“Bagaimana kabar Kakek?” tanya Gauri sambil mengarahkan kamera ponsel menghadap wajah.Gauri duduk sambil menaruh salah satu kakinya di atas kakinya yang lain. Wanita cantik itu sedang berada di ruang tunggu terminal internasional.Di layar ponselnya, Gauri dapat melihat Thomas sedang bersantai di teras belakang rumahnya. Sesekali pria tua itu mengganti sudut pandang dengan kamera belakang, memperlihatkan kebun mawar yang tumbuh subur menemani hari tuanya.“Sehat,” jawab Thomas sambil menggerakan ponselnya ke kanan dan kiri. “Kamu berubah jadi cerewet. Berhenti memperlakukan saya seperti anak kecil.”Gauri terkekeh. Namun, dia menahannya supaya Thomas tidak mendengarnya dan tersinggung.“Kalau begitu, sampai bertemu besok saat acara, Kek?” Gauri tersenyum saat Thomas kembali menampakkan wajahnya.“Ya, sampai bertemu besok. Kamu harus tampil memukau dan membuat semua orang takjub,” pesan Thomas.Tidak lama kemudian, layar ponsel Gauri me
[Apa kamu sudah mengundang mantan suamimu? Saya sangat ingin melihat wajahnya!]Gauri membaca pesan dari Ezra sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Pesan itu masuk saat Gauri sedang mandi.Wanita itu memutar bola mata dengan kesal. Setelah sore yang lebih panjang dari biasanya karena Gauri terpaksa menghabiskannya dengan Ezra untuk mengambil gaun, pria itu masih saja mengganggunya.Dengan cepat Gauri membalas, “Dia tidak termasuk dalam daftar.”Gauri mendengkus. Dia melempar ponselnya ke atas ranjang dan melangkah ke meja rias. Rambutnya harus kering terlebih dahulu sebelum dia beristirahat.Wanita cantik itu menyalakan alat pengering rambut dan melihat pantulan dirinya dalam cermin. Mungkin ini adalah malam terakhirnya yang damai sebelum meresmikan hubungan dengan pria yang tidak pernah dia cintai.Beberapa menit kemudian, Gauri melangkah ke walk-in wardrobe dan melepas jubah mandi. Tangannya meraih sebuah piyama berwarna kuning cerah, tetapi matanya tertarik pada linger
5 tahun lalu ….Udara dingin merasuk dan menggigit kulit, tetapi Gauri merasa panas di sekujur tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang, berpacu tidak terkendali seiring dengan langkah cepatnya di sepanjang trotoar yang kosong. Sepanjang jalan dari kampus menuju apartemennya, ada perasaan asing yang terus menyusup dalam dirinya. “Tenang, Gauri. Kamu harus tenang!” ucap Gauri pelan sambil meremas buku kuliah yang dia dekap dalam dada.Wanita muda itu melirik ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang lain yang mengikutinya. Namun, semakin sering dia berbalik, semakin lebat kecemasan itu menyelimuti dirinya.Sejak menerima pesan dari Ezra yang mengetahui alamat apartemennya, rasa takut itu terus terasa hingga ke tulang sumsum. Bahkan, setiap suara gemerisik dedaunan dan bayangan yang bergerak di bawah cahaya lampu jalan membuat bulu kuduk Gauri meremang.Sesampainya di depan pintu apartemennya, Gauri merogoh tas untuk mencari kartu akses, tetapi tangannya gemetar sehingga dia harus men
“Mama Arum tidak pernah mengizinkan saya untuk memanggilnya seperti itu jika kamu tidak ada di rumah,” sahut Gauri sambil mengibaskan rambut ke belakang. Sementara Adam mulai melepas luaran piyamanya dan memakaikan itu pada bahu Gauri. Gauri terkesiap saat Adam merapatkan dan mengikatkan tali luaran itu di sekitar pinggangnya. Jantungnya berdetak cepat. Kini lingerie Gauri tertutup oleh luaran piyama Adam. Gauri tidak lagi merasa dingin dan Adam tidak akan mudah terdistraksi dengan siluet tubuh seksi Gauri yang membayang di balik lingerienya. Dia sudah mengamankan apa yang perlu diamankan. “Jika seperti ini, kamu boleh masuk,” ucap Adam melupakan ucapan Gauri tentang sikap semena-mena Arum. Adam membukakan pintu dan mempersilakan Gauri melangkah lebih dulu. Wanita itu perlahan berjalan masuk, meninggalkan Amelia yang memilih untuk menunggu di luar. Adam menyusul di belakangnya. “Dari mana kamu tahu kalau aku akan menikah?” tanya Gauri setelah dia mendaratkan tubuhnya di sofa
Tangan Adam meraih pinggang Gauri dan menarik wanita itu. Namun saat tangannya naik ke atas untuk meraba lebih jauh, Gauri melepaskan ciumannya dan menahan gerakan Adam.“Kamu berbohong padaku,” ucap Gauri di sela deru napasnya yang berat.Adam mengernyitkan dahi kesal. Dia kesal kesenangannya diganggu. “Tentang apa?” tanya Adam.“Tentang tidak memiliki pasangan,” jawab Gauri sambil menyugar rambut Adam yang berantakan. “Kamu mengaku seperti itu saat kita bertemu di private room klub malam.”Adam mendesah. Dia semakin menarik pinggang Gauri hingga tidak ada jarak yang tersisa di antara mereka.“Waktu berlalu, apa saja bisa terjadi,” tukas Adam sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Gauri, hendak melanjutkan aksinya yang sempat tertunda.Namun, Gauri dengan cepat menyelipkan jari telunjuknya di antara bibir mereka. Lalu, dengan jari itu Gauri mendorong wajah Adam menjauh.“Waktu yang kamu maksud hanya beberapa minggu. Jika kamu sudah memutuskan untuk bertunangan dalam waktu secepat itu,
[Jika kamu membutuhkan bantuan, bilang saja, Gauri. Saya bisa membuat Adam dan Arum tidak menghadiri pesta pertunanganmu.]Pesan dari Rusdi masuk ke ponsel Gauri pada pukul delapan pagi. Sejak Gauri mengirim undangan untuk Rusdi, mereka intens berkomunikasi lewat pesan.Rusdi tidak memiliki salah apa-apa pada Gauri. Pria tua itu hanya ingin cucunya dan cucu sahabat karibnya membina rumah tangga yang indah. Gauri tidak pernah kehilangan hormatnya pada Rusdi.Pesta pertunangannya nanti malam juga akan menjadi reuni Rusdi dan Thomas pertama kali sejak mereka terlibat adu mulut. Gauri berharap mereka bisa berteman kembali seperti dulu.“Anda ingin menggunakan sampo aroma apa, Nona?” tanya Okta, terapis kecantikan yang sengaja didatangkan oleh Thomas untuk merawat Gauri menjelang malam pertunangannya.Okta sedang mencuci rambut panjang Gauri di ruang perawatan yang ada di griya tawang Gauri. Sementara terapis lain sedang memperindah kuku kakinya.“Campuran mawar dan gaharu saja,” jawab Gau
Gauri mematut dirinya di depan cermin. Gaun putih mengilap yang membentuk tubuh seksinya sangat sempurna. Andai saja malam ini Gauri akan bertunangan dengan pria yang dia cintai, senyum terindah pasti terukir di wajah cantiknya. “Gauri,” panggil Ezra yang masuk ke dalam ruang gantinya. Para pelayan yang membantu Gauri seger mundur untuk memberi ruang pada Ezra. Wanita cantik itu tidak menoleh. Dia membalas tatapan Ezra melalui cermin. Ezra yang juga sudah memakai jas pertunangan mereka mengikis jarak di antara mereka. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu Gauri yang polos. Gauri menegang. Dia bisa merasakan Ezra bernapas di sana. Namun, dia tetap mempertahankan ekspresi datarnya karena Ezra akan merasa menang jika melihat Gauri panik. “Tetaplah bersikap manis seperti ini, jika nanti saya menyentuhmu di depan banyak orang,” ucap Ezra yang terdengar seperti ancaman walaupun diucapkan sambil tersenyum. “Jangan membuat masalah,” sahut Gauri. “Beberapa petinggi negara juga akan d
“Mas!” panggil seorang wanita yang menahan suaranya. Dia menarik tangan Adam dengan sangat kuat. Saat Adam menoleh, dia mendapat Lily berdiri di dekatnya. Wanita itu menggeleng, mengisyaratkan bahwa sebaiknya Adam tidak pergi menghampiri Ezra. Adam mengernyit dan menatap tajam Lily dengan dingin. “Lepas.” Lily terkesiap. Dia segera melepas genggamannya pada tangan Adam. Walaupun masih berwajah masam, Adam terlihat mendengarkannya. “Maaf,” ucap Lily pelan sambil menunduk, terlihat menyesal. “Saya tidak punya waktu untuk ini,” sergah Adam. Pria itu hampir saja melangkah kembali jika Lily tidak menahannya. “Apa kamu tidak akan datang jika saya memberi tahu sejak awal bahwa ini adalah pesta pertunangan mantan istrimu?” tanya Lily penasaran. “Papi melakukan hal yang sama seperti saya, menyembunyikan fakta itu. Mengapa kamu hanya marah pada saya?” Lily berkata lagi. Lily berkata benar. Namun, Adam tidak ingin mengakui itu dan membesarkan kepala wanita itu. “Pergi dari hadap
Gauri turun dari mobil hitam yang berhenti di depan venue acara Penghargaan Bisnis.Gaun biru tua berpotongan klasik dengan potongan punggung rendah menghiasi tubuhnya dengan sempurna. Kilauan berlian di bahunya memantulkan cahaya lampu sorot, membuat wanita itu tampak seperti ratu.Ezra melangkah keluar terlebih dahulu, lalu dengan sigap mengulurkan tangan untuk membantu Gauri. Senyum lebar menghiasi wajahnya, tetapi mata pria itu sebenarnya sedang mengawasi setiap gerak-gerik tunangannya.“Senyum, Gauri. Kamera sedang menonton kita,” bisik Ezra sambil memegang pinggang wanita itu.Gauri mengangkat dagu sedikit, memamerkan senyum anggun yang dingin. Kamera dari para wartawan berkerlap-kerlip tanpa henti, menangkap setiap langkah mereka di karpet merah.Ezra melingkarkan lengannya di pinggang Gauri, menciptakan citra pasangan sempurna. Pria itu tersenyum penuh kebanggaan.Setelah berhenti di depan kumpulan wartawan, Ezra dan Gauri mulai berpose mesra. Ezra mendekatkan bibirnya ke teli
Ezra berdiri di depan cermin besar di kamar mewahnya. Mata pria itu menatap pantulan dirinya sendiri dengan senyum licik yang menghiasi bibirnya.Jas hitam eksklusif yang dikenakan Ezra membuat penampilannya terlihat sempurna, tetapi ketegangan samar di garis rahangnya tetap terlihat.Ponsel Ezra yang tergeletak di atas meja kecil di samping cermin bergetar. Pria itu segera meraihnya dan menjawab panggilan itu tanpa basa-basi.“Sudah selesai?” tanya Ezra sedikit berbisik.Suara seorang pria terdengar di seberang telepon. “Ya, sudah selesai. Amora meninggal di tempat. Anak kecil itu … dia masih hidup, tapi kehilangan banyak darah. Saya tidak yakin dia bisa bertahan.”Ezra terdiam. Suasana di sekitarnya tiba-tiba menjadi hening. Jantung Ezra berdetak lebih cepat, bukan karena panik, tetapi karena dia sedang memikirkan apa dampak yang mungkin terjadi setelahnya.“Chava ada di sana?” tanya Ezra akhirnya, dengan dingin dan tajam.“Ya, dia bersama Amora saat kecelakaan terjadi. Tidak ada ya
Adam menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Berita yang terpampang di sana menghantam pria itu, seperti pukulan keras yang mengenai wajahnya.Pernikahan Gauri Bentlee Uno dan Ezra Damon Akan Digelar Minggu Depan.Kalimat itu terpampang jelas di headline sebuah situs berita ternama. Tidak hanya di situs berita, setiap Adam membuka media sosial, informasi yang sama pun muncul.Walaupun Gauri bukan seorang selebriti, tetapi wanita yang tiba-tiba menjadi konglomerat dan menjabat sebagai CEO Uno Rekayasa Industri adalah hal yang sangat menarik.Adam mengatupkan rahang erat, dan napasnya terasa berat. Pria itu mengepalkan tangan. Sudah dua hari sejak kontak terakhirnya dengan Gauri terputus, dan sekarang berita tidak masuk akal ini justru naik ke permukaan.Brak!Adam memukul meja kerjanya hingga gelas kopi yang berada di sudut meja terguncang. Wajah Adam memerah. Amarah, kebingungan, dan rasa kecewa menyelimuti pikiran Adam.“Bagaimana mungkin? Apa ini keputusan Gauri? Apa Gauri mener
Gauri keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah menjuntai di punggung. Wanita itu masih mengenakan jubah mandi berwarna putih dengan bahan lembut.Wajah wanita itu terlihat lebih segar setelah air dingin membasuh kulitnya yang lelah. Namun, berapa kali pun Gauri mencuci rambut, kepala dan pikirannya tetap kacau.Tanpa membuang waktu, Gauri segera melangkah ke meja rias. Dia membuka laci paling bawah, tempat dia menyimpan ponsel pemberian Adam. Gauri tahu betapa berharganya benda itu, dan dia selalu memastikan menyimpannya sesuai dengan instruksi Adam.Tangan Gauri bergerak cepat, menggeser beberapa benda kecil yang memenuhi laci itu. Namun, wanita itu tidak bisa menemukan benda pipih yang dia cari di sana.Hati Gauri mulai berdegup kencang. Jantungnya terasa berat. Dia menarik napas panjang dan merogoh lebih dalam, berharap mungkin ponsel itu tergelincir ke sudut lain laci. Namun, dia tetap tidak menemukan apa-apa.“Di mana ya?” bisik Gauri, kepanikannya mulai merayap.Se
Gauri duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi ponsel kecil berwarna hitam di tangannya. Benda pipih itu diam-diam diselundupkan oleh Adam saat pria itu menggenggam tangannya di belakang Thomas.Hanya ada satu kontak yang tersimpan di sana, yaitu Adam Harraz 2. Tidak ada nomor lain, tidak ada akses internet, bahkan kartu SIM di dalamnya, sepertinya khusus hanya untuk berkomunikasi dengan Adam.Wanita itu mendesah panjang, tangannya menggenggam erat ponsel itu. Ponsel itu adalah satu-satunya jembatan yang bisa menghubungkan Gauri dengan satu-satunya orang yang ada di pihaknya saat ini.Pikiran Gauri melayang pada kejadian beberapa jam lalu yang membuat hari itu semakin terasa berat dan panjang.***Gauri duduk di meja kecil di sudut kamarnya. Wanita itu sedang membaca dokumen laporan perusahaan yang sempat dia bawa beberapa hari lalu dari kantor, ketika pintu kamarnya diketuk dengan keras.Tok! Tok! Tok!Gauri menoleh
Ezra memasuki ruang kunjungan Rumah Tahanan Wanita Jakarta Timur. Wajah pria itu tampak tegang, tetapi matanya tetap tajam seperti biasa.Di balik kaca pembatas, Amora menunggunya dengan senyum tipis yang penuh ejekan. Wanita itu duduk dengan tenang, tempat yang membuat dia terisolasi dari dunia luar itu tidak mengurangi sedikit pun keangkuhannya.“Kamu akhirnya datang juga, Ezra.” Amora membuka percakapan dengan santai. Dia menyunggingkan senyum miring.Ezra mengambil tempat di kursi di depannya, tidak membalas sapaan Amora. Tatapan Ezra hanya menyoroti wanita itu dengan penuh kewaspadaan.Sudah beberapa hari pihak rumah tahanan terus menghubungi Ezra karena Amora meminta bertemu. Pria itu terpaksa menggunakan segala cara untuk kembali ke Indonesia walaupun dia sedang tersandung kasus hukum di Belanda.Untunglah, kesehatan Thomas membaik dan pria tua itu masih berpihak pada Ezra. Jadi mereka bisa kembali ke negara ini bersama.“
Adam duduk di sofa ruang tamu griya tawang, berhadapan langsung dengan Thomas yang memandangnya dengan tatapan tidak suka.Atmosfer ruangan terasa semakin menekan, dan Adam harus menjaga ekspresinya tetap netral.“Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan, Adam?” tanya Thomas dengan tegas sambil mengetukkan ujung tongkatnya ke lantai.Adam melirik sekilas ke arah Gauri yang berdiri di belakang Thomas. Sebelum pria muda itu sempat menjawab, Thomas berbalik, menatap Gauri dengan tajam.“Kamu tidak perlu berada di sini, Gauri. Kembali ke kamar!” perintah Thomas dengan kedua bola mata yang melebar.Gauri tampak ingin membantah, tetapi pada akhirnya wanita itu hanya mengangguk pelan dan melangkah pergi.Saat melewati Adam, wanita itu meliriknya sekilas, tatapan mereka bertemu selama beberapa detik.Lalu, tanpa bicara sepatah kata pun, Gauri memutus tatapan mereka dan menghilang di balik pintu kama
“Aku tidak mengundangmu, Mas Adam.”Adam membeku. Pria itu berbalik perlahan dan mendapati Gauri berdiri di sana, mengenakan blazer hitam yang elegan. Wajah wanita itu terlihat lelah, tetapi sorot matanya tajam seperti pisau.Namun, bertolak belakang dengan tatapannya, suara Gauri terdengar datar.Adam menatap Gauri dengan alis bertaut, berusaha membaca situasi.Wanita itu berdiri di depan pintu lift, sangat cantik dan menarik seperti biasanya, tetapi wajah Gauri yang biasanya penuh percaya diri, kali ini tampak sedikit pucat. Ada lingkaran gelap samar di bawah matanya.Adam melangkah mendekat, tetapi Gauri segera mengangkat tangan kanannya, membuat Adam berhenti. Ibu jari wanita itu menyentuh telapak tangannya, lalu mengepalkannya Pria itu semakin mengernyitkan dahi. Namun, sedetik kemudian kedua bola matanya melebar setelah menyadari sesuatu.Simbol permintaan tolong.Adam mengangguk kecil, berusaha menyampaikan jawaban pada Gauri bahwa dia memahami pesan tersirat dari gerakan tang
Adam berdiri di depan griya tawang Gauri sambil menaruh kedua tangannya di saku celana. Matanya yang tajam seperti elang memindai dua pria berbadan besar yang sedang berdiri berjaga di pintu masuk griya tawang. Keduanya memakai pakaian serba hitam dan ekspresi mereka dingin tanpa emosi.Namun, hal itu tidak dapat menutupi fakta bahwa Adam memiliki aura mengintimidasi yang lebih kuat daripada mereka. Bahkan, kedua pengawal itu harus menahan diri supaya bulu kuduk pada tengkuk mereka tidak meremang ketika melihat Adam.Adam melangkah mendekat, tetapi langkahnya langsung dihentikan oleh salah satu pria yang ada di sana. Pria itu mengangkat tangan, memberi isyarat untuk berhenti.“Maaf, Tuan, Anda tidak diizinkan masuk,” ujar pria itu dengan tegas. Dia membusungkan dadanya.Adam menarik salah satu sudut bibirnya dan memutus tatapan dengan mereka. Dia benci dengan orang-orang yang berlagak berani padanya, padahal jelas terlihat kedua pengawal itu berus