Aku sampai bergegas membelikan obat untuknya dan pergi mengantarkannya dengan cemas.Heh, Audrey oh Audrey, apa kamu sudah gila?Aku tidak ingin memedulikan Zayn lagi.Meskipun dia sakit sampai sekarat, aku juga tidak akan mengkhawatirkannya lagi.Aku membuang obat itu ke tempat sampah, lalu menarik kursiku dan terus bekerja.Saat jam pulang kerja pada siang hari, Zayn dan Cindy berjalan keluar dari kantor CEO secara berdampingan.Cindy melirik ke arahku, lalu bertanya kepada Zayn, "Kak Zayn, hari ini kita akan makan di mana? Lihatlah Nona Audrey semakin kurus belakangan ini, bagaimana kalau kita mengajaknya untuk bergabung dengan kita?"Ayolah, si wanita licik mencari masalah lagi.Aku mendongak dan berkata pada Amel yang sedang mengemasi tasnya, "Tunggu aku, aku akan pergi ke kantin bersamamu."Amel tertegun sejenak, lalu melirik ke arah Zayn dan berkata sambil tersenyum padaku, "Ka ... kamu juga mau makan di kantin?""Iya, ayo langsung pergi ke kantin untuk makan. Setelah makan, kit
Begitu aku selesai berbicara, suara dingin tiba-tiba terdengar dari belakang.Aku dan Amel langsung membelalakkan mata.Amel menatapku dengan ngeri dan berkata tanpa suara, "Masa Pak Zayn ada di belakang kita?"Aku juga merasa tidak mungkin. Lagi pula, bukankah Zayn pergi makan bersama Cindy?Dia juga seorang CEO yang bermartabat, mustahil bisa datang ke kantin karyawan ini, 'kan?Akan tetapi, suara dingin barusan jelas-jelas suara Zayn.Seluruh tubuh Amel kaku dan tangan yang memegang lenganku agak menggigil."Ba ... bagaimana ini?"Amel berbisik padaku.Aku mengatupkan bibirku dan berkata, "Abaikan dia, ayo makan.""T ... tidak boleh begitu, 'kan? Sepertinya barusan dia bertanya padamu.""Tidak apa, cukup pura-pura tidak dengar."Saat aku buru-buru menarik Amel ke kantin.Sesosok tubuh tinggi tiba-tiba menghadang di depanku yang tidak lain adalah Zayn.Wajah pria itu muram dan ada tubuhnya memancarkan aura permusuhan.Amel sangat ketakutan sampai buru-buru melepaskan diri dari tangan
Akan tetapi begitu melihat Zayn, Amel buru-buru menarik tangannya.Aku bergegas berjalan ke arah Amel.Amel adalah wanita yang kuat dan dia menerobos kerumunan dalam beberapa detik, mengambil dua piring makan dan menarikku untuk berbaris di konter.Dia melihat ke arah Zayn dan berbisik kepadaku, "Kok Pak Zayn benar-benar datang ke kantin karyawan untuk makan?""Siapa tahu? Mungkin bosan makan di luar."Amel mengusap wajahnya dengan panik dan berkata, "Dia pasti mendengar apa yang baru saja kubicarakan denganmu. Bagaimana ini? Apa dia akan memecatku?""Tidak. Kalau ingin memecatmu, dia pasti akan mengusirmu saat itu juga.""Oh ...." Amel menghela napas lega, lalu mengangguk dan berkata, "Baguslah kalau begitu, tadi benar-benar membuatku takut setengah mati."Saat berbicara, Amel melihat ke arah Zayn lagi dan tiba-tiba berkata kepadaku dengan wajah iri, "Aih, aku sangat iri pada Cindy. Lihat, dia cukup duduk cantik di sana dan ada orang yang melayani mereka. Tidak seperti kita yang harus
Aku disiksa Zayn selama tiga hari tiga malam di kasur.Dulu dia adalah menantu yang tinggal di keluargaku, bahkan menantu yang rendahan. Aku tidak membiarkannya menyentuhku, juga sering menghinanya.Sekarang aku jatuh miskin, dia malah kaya. Seperti balas dendam, dia pun mulai menyiksaku, seperti tenaganya dalam melakukan hal itu tidak ada habisnya....Suamiku adalah menantu yang tinggal di rumahku.Orang yang aku sukai adalah adiknya, tapi dia malah tidur denganku karena aku mabuk di acara reuni.Hal ini diketahui semua orang.Ayahku hanya bisa menikahiku dengannya, tapi syaratnya adalah dia harus menjadi menantu yang tinggal di keluargaku.Suamiku adalah anak dari ayahnya dan mantan istri. Semenjak ayahnya menikah lagi setelah bercerai, ia tidak begitu diperhatikan lagi oleh ayahnya.Akan tetapi, keluargaku sangat makmur dan aku telah menjadi anak kesayangan orang tuaku sejak kecil. Jadi ayahnya tentu saja ingin dia menjadi menantu kami.Dengan begitu, kami menikah.Akan tetapi, aku
Aku meremas jariku dan menjelaskan tujuanku dengan malu.Sorot mata Zayn tiba-tiba menjadi agak gelap dan dia tersenyum padaku dan bertanya, "Menurutmu atas dasar apa aku akan membantu kalian?"Mengetahui meminta bantuan tidak akan berhasil, aku berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu, anggap saja aku tidak pernah ke sini."Benar. Saat itu kami memperlakukannya dengan buruk. Meskipun dia tidak membalas dendam terhadap keluarga kami, mana mungkin dia akan membantu keluargaku?Betapa tidak tahu malunya aku sampai berani memohon padanya?Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa malu.Aku ingin melarikan diri, tetapi dia menghentikanku lagi, "Katakan padaku, Apa yang akan kamu berikan sebagai permohonan bantuan? Kalau aku merasa itu sepadan, tidak ada salahnya membantumu."Aku tertegun dan bahkan setelah memikirkannya, aku tidak bisa memikirkan apa pun yang bisa kuberi untuk memohon padanya.Tubuh ini?Heh, kalau dia benar-benar menginginkanku, kami sudah menikah selama tiga tahun dan
"Hei, bukankah ini Nona Audrey yang dulu? Istri kecil Pak Zayn yang cantik? Kenapa? Datang untuk minum? Hei ... mau minum ya minum saja, untuk apa pakai pakaian kerja?"Begitu pria itu selesai berbicara, terdengar suara tawa di ruang pribadi.Aku mengencangkan genggamanku pada gerobak dan menarik napas dalam-dalam.Sudahlah, mereka sudah menemukanku dan bertekad untuk mempermalukanku. Aku tidak bisa melarikan diri, jadi sebaiknya aku pergi ke sana dan mungkin mendapatkan beberapa tip dari mereka.Saat ini penagih utang bekerja keras setiap hari, ayahku bilang dia tidak ingin hidup lagi, ibuku menangis setiap hari dan kakakku pergi mengantar makanan setiap hari. Untuk apa aku masih mementingkan harga diri dan kesombongan yang tidak ada artinya itu?Aku mendorong troli minuman dan berusaha keras untuk mempertahankan senyuman kaku namun sopan.Aku tersenyum pada mereka dan berkata, "Kebetulan sekali. Karena kalian sudah datang, mohon lebih memperhatikan pekerjaanku, ya? Kalau kalian senan
Sudut bibirku berkedut dan aku sangat ingin berkata, "Kamu gila!"Akan tetapi, sekarang dia sudah makmur dan bukan 'orang jujur' yang bisa ditindas semua orang sebelumnya.Aku menahan keinginan untuk memakinya dan tersenyum kaku, "Pak Zayn, tolong berhenti bercanda denganku. Aku masih harus bekerja. Sampai jumpa.""Rizky bisa melakukannya, kenapa aku tidak?" Zayn tiba-tiba bertanya dengan serius dan ada cibiran di dalam nadanya.Aku mengerutkan kening, "Rizky bisa melakukannya, tapi kamu tidak bisa apanya? Apa yang kamu bicarakan?""Tadi kamu menyuruh Rizky mengeluarkan 20 miliar dan kamu akan bermain dengannya sepanjang malam. Lalu aku memberi 20 miliar, kenapa kamu tidak mau menemaniku selama satu malam?"Aku hanya bisa memutar bola mataku.Tadi aku hanya tahu Rizky mengeluarkan 200 juta sudah merupakan seluruh hartanya, mengeluarkan 20 miliar itu sama saja dengan membunuhnya, jadi aku sengaja mengatakan 20 miliar untuk memprovokasi Rizky. Tidak kusangka orang ini akan menganggapnya
Aku menoleh dengan gugup dan melihat Zayn berjalan keluar dengan mengenakan handuk mandi.Dia memiliki bahu lebar standar dan pinggang ramping, proporsi tubuhnya sangat bagus.Kulitnya tidak gelap dan juga tidak putih pucat, tetapi memiliki kilauan yang sehat dan kuat.Aku tidak mengizinkannya untuk pamer di depan aku sebelumnya. Selama reuni kelas, aku linglung sepanjang waktu. Itulah sebabnya aku tidak pernah tahu ternyata sosoknya begitu bagus.Menyadari aku terpesona dengan tubuhnya, aku membuang muka dengan canggung.Pria itu bergegas berjalan ke arahku dengan gelombang panas.Aku mundur dengan gugup dan bertanya padanya dengan terbata-bata, "Ka ... kapan kamu kembali? Lapar tidak? Mau aku ... aku masak sesuatu untukmu?""Masak untukku?" Pria itu terkekeh, nadanya agak sinis, "Selain tahu cara makan, apa lagi yang bisa kamu masak?"Kata-kata ini membuatku terdiam.Mungkin di matanya hanyalah seorang putri yang tidak berguna.Akan tetapi, faktanya benar. Selain menari, aku tidak bi
Akan tetapi begitu melihat Zayn, Amel buru-buru menarik tangannya.Aku bergegas berjalan ke arah Amel.Amel adalah wanita yang kuat dan dia menerobos kerumunan dalam beberapa detik, mengambil dua piring makan dan menarikku untuk berbaris di konter.Dia melihat ke arah Zayn dan berbisik kepadaku, "Kok Pak Zayn benar-benar datang ke kantin karyawan untuk makan?""Siapa tahu? Mungkin bosan makan di luar."Amel mengusap wajahnya dengan panik dan berkata, "Dia pasti mendengar apa yang baru saja kubicarakan denganmu. Bagaimana ini? Apa dia akan memecatku?""Tidak. Kalau ingin memecatmu, dia pasti akan mengusirmu saat itu juga.""Oh ...." Amel menghela napas lega, lalu mengangguk dan berkata, "Baguslah kalau begitu, tadi benar-benar membuatku takut setengah mati."Saat berbicara, Amel melihat ke arah Zayn lagi dan tiba-tiba berkata kepadaku dengan wajah iri, "Aih, aku sangat iri pada Cindy. Lihat, dia cukup duduk cantik di sana dan ada orang yang melayani mereka. Tidak seperti kita yang harus
Begitu aku selesai berbicara, suara dingin tiba-tiba terdengar dari belakang.Aku dan Amel langsung membelalakkan mata.Amel menatapku dengan ngeri dan berkata tanpa suara, "Masa Pak Zayn ada di belakang kita?"Aku juga merasa tidak mungkin. Lagi pula, bukankah Zayn pergi makan bersama Cindy?Dia juga seorang CEO yang bermartabat, mustahil bisa datang ke kantin karyawan ini, 'kan?Akan tetapi, suara dingin barusan jelas-jelas suara Zayn.Seluruh tubuh Amel kaku dan tangan yang memegang lenganku agak menggigil."Ba ... bagaimana ini?"Amel berbisik padaku.Aku mengatupkan bibirku dan berkata, "Abaikan dia, ayo makan.""T ... tidak boleh begitu, 'kan? Sepertinya barusan dia bertanya padamu.""Tidak apa, cukup pura-pura tidak dengar."Saat aku buru-buru menarik Amel ke kantin.Sesosok tubuh tinggi tiba-tiba menghadang di depanku yang tidak lain adalah Zayn.Wajah pria itu muram dan ada tubuhnya memancarkan aura permusuhan.Amel sangat ketakutan sampai buru-buru melepaskan diri dari tangan
Aku sampai bergegas membelikan obat untuknya dan pergi mengantarkannya dengan cemas.Heh, Audrey oh Audrey, apa kamu sudah gila?Aku tidak ingin memedulikan Zayn lagi.Meskipun dia sakit sampai sekarat, aku juga tidak akan mengkhawatirkannya lagi.Aku membuang obat itu ke tempat sampah, lalu menarik kursiku dan terus bekerja.Saat jam pulang kerja pada siang hari, Zayn dan Cindy berjalan keluar dari kantor CEO secara berdampingan.Cindy melirik ke arahku, lalu bertanya kepada Zayn, "Kak Zayn, hari ini kita akan makan di mana? Lihatlah Nona Audrey semakin kurus belakangan ini, bagaimana kalau kita mengajaknya untuk bergabung dengan kita?"Ayolah, si wanita licik mencari masalah lagi.Aku mendongak dan berkata pada Amel yang sedang mengemasi tasnya, "Tunggu aku, aku akan pergi ke kantin bersamamu."Amel tertegun sejenak, lalu melirik ke arah Zayn dan berkata sambil tersenyum padaku, "Ka ... kamu juga mau makan di kantin?""Iya, ayo langsung pergi ke kantin untuk makan. Setelah makan, kit
Entah sejak kapan Cindy sudah tiba dan sedang duduk di kursi Zayn.Entah ke mana Zayn pergi, tetapi ada suara air terdengar di ruang tunggu.Orang yang membukakan pintu untukku adalah Lily si ketua tim sekretaris.Dia mengerutkan kening dan melirik ke arahku dengan jijik sebelum memuji Cindy, "Cindy, kamu benar-benar wanita keberuntungan Pak Zayn. Kamu menyembuhkan sakit perut Pak Zayn begitu datang. Tidak seperti seseorang yang cuma menambah masalah Pak Zayn."Yang dia maksud dengan 'seseorang' itu jelas adalah aku.Aku tidak berkata apa-apa, tetapi tanganku tanpa sadar mencengkeram obat sakit perut dengan lebih erat.Cindy tersenyum malu-malu dan berkata, "Aku tahu betul kondisi Kak Zayn dan dia tidak minum obat perut biasa, cuma obat yang kubelikan untuknya.""Makanya aku selalu membawa obat sakit perut ini.""Kamu begitu perhatian, Cindy. Siapa lagi yang Pak Zayn sukai kalau bukan kamu?"Saat ini Zayn keluar dari ruang tunggu.Sepertinya dia baru saja mencuci muka, ada tetesan air
"Tentu saja. Meskipun Cindy cuma seorang sekretaris kecil, Pak Zayn memberinya hak istimewa yang lebih besar daripada ketua tim sekretaris.""Saat Cindy memasuki kantor CEO, dia tidak perlu lapor atau mengetuk pintu.""Yang paling membuat orang iri adalah Pak Zayn sangat baik padanya. Pernah ada saat dia sedang beristirahat di kantor CEO, tiba-tiba saja dia bilang ingin makan kue di toko tertentu. Pak Zayn sendiri langsung pergi mengantri lebih dari sejam untuk membelinya.""Kok kamu tahu dia mengantri di luar selama lebih dari sejam?" tanyaku tanpa ekspresi, tidak menyangka Zayn bisa begitu sabar.Tentu saja, mungkin semuanya akan berbeda kalau dia benar-benar mencintai Cindy.Amel tertegun sejenak dan berkata, "Mereka yang menyebarnya dan mengatakan hal yang sama. Mereka masih menebak akan ada hal baik yang terjadi pada Pak Zayn dan Cindy.""Jadi lihatlah, mereka semua menyanjung Cindy seperti ini karena mereka percaya kelak yang akan menjadi istri CEO perusahaan ini adalah Cindy."A
Aku tertegun oleh teriakannya. Setelah beberapa saat, aku berbalik dan berjalan keluar.Sifat pria ini juga sangat aneh.Aku hanya bertanya ada apa dengannya dan dia berkata kalau dia tidak butuh dikasihani olehku.Benar-benar lucu.Siapa yang mau mengasihani dia!?Sejauh mata memandang, dia sudah menjadi pria di puncak dunia.Kalau mau mengasihani orang, jelas aku tidak akan mengasihaninya, 'kan?Saat membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara barang pecah di belakang.Aku tidak menoleh ke belakang dan diam-diam memaki 'orang gila'.Setelah keluar dari kantor presiden, aku melihat semua orang di kantor sedang menatapku.Mereka ingin menunggu dan melihat bagaimana Pak Zayn yang sedang marah akan menghukumku, 'kan?Melihatku keluar dengan selamat, beberapa rekan kerja terlihat agak kecewa.Aku diam-diam mencibir, maaf sudah mengecewakan kalian.Amel buru-buru mendatangiku, "Bagaimana, Audrey? Apakah Pak Zayn mengatakan sesuatu?"Aku mengembalikan laporan yang telah diremas menjadi bola ol
Zayn tidak bisa diprediksi dan berperilaku aneh, jadi sulit untuk menjamin dia tidak akan memecat Amel karena marah.Tentu saja, mereka dipecat atau tidak itu tidak ada hubungannya denganku.Akan tetapi, aku akan segera menjadi ibu dari dua anak. Aku tidak merasa kasihan pada Amel, melainkan pada kedua anaknya.Ini bukan apa-apa, hanya mengantarkan laporan dan tidak seperti mendaki gunung berapi.Sesampainya di depan pintu kantor presiden, aku mengetuk pintu."Masuklah!"Suara datar itu terdengar, aku mengerucutkan bibir dan membuka pintu.Zayn sedang bersandar di kursinya dan merokok.Wajahnya muram dan sorot matanya penuh tekanan seolah sedang kesal karena sesuatu.Saat melihatku, dia agak terkejut di awal sebelum perlahan menyipitkan mata.Aku menunduk dan berkata dengan datar, "Aku datang untuk mengantarkan laporan."Zayn tidak berkata apa-apa dan hanya menatapku.Pantas saja mereka tidak berani masuk. Saat ini seluruh tubuh Zayn memancarkan aura permusuhan.Sekilas dia terlihat se
Aku mengerutkan kening dan menatapnya dengan tenang, "Apa?""Bawakan laporan ini kepada Pak Zayn." Amel melemparkan laporan itu ke mejaku seolah itu sudah sepantasnya.Wajahku menjadi serius dan aku berkata, "Kirimkan sendiri, aku sibuk dengan hal lain.""Aduh?" Amel langsung marah setelah mendengar ini, "Kamu itu pekerja serabutan, masih begitu sombong, ya? Aku menyuruhmu mengantarkan laporan, tapi kamu malah menolak. Apa maksudmu ini? Kenapa? Ingin makan gaji buta?""Benar, berikan formulirnya. Aku akan membuatnya sendiri." Sekretaris yang menyuruh membuat formulir tadi mengambil kembali tumpukan informasi itu sebelum berkata kepadaku dengan nada memerintah, "Antarkan laporannya ke Amel dulu!""Benar, kamu itu cuma pekerja serabutan. Bukankah memang seharusnya kamu akan melakukan apa pun yang kami suruh?"Aku diam-diam mencibir.Semua orang tahu suasana hati Zayn buruk seperti singa yang marah dan tidak ada yang berani mendekatinya.Atas dasar apa aku harus mengambil risiko ini?Aku
Mungkin 200 juta hadiah yang dia berikan padaku untuk tidur dengannya.Aku tersenyum mencela diri.Kali ini pria itu mentransfer uang hanya untuk mempermalukanku.Karena tadi kubilang kalau aku jijik dengan sentuhannya, dia mentransfer uang itu supaya aku mengerti kalau aku hanyalah seorang pelacur yang menjual tubuh demi uang.Aku bersandar di sofa dan tertawa sendiri, tetapi air mataku mulai bercucuran.Heh, Zayn.Tunggu saja sampai tabunganku cukup dan memikirkan cara untuk melarikan diri.Aku pasti akan melarikan diri jauh-jauh dan tidak akan pernah diganggu olehmu lagi.Keesokan harinya, aku bangun pagi dan berangkat kerja.Cuacanya semakin dingin.Saat keluar, aku mengenakan jaket tipis.Berat badanku benar-benar turun selama ini dan pakaianku menjadi jauh lebih besar.Aku sengaja mencari bantal kecil dan menyelipkannya ke dalam pakaianku. Baguslah, sama sekali tidak terlihat.Kalau begini meskipun saat itu perut sudah membesar, tetap saja tidak akan kelihatan jelas.Akan tetapi