Aku tertegun.Cindy ini menyebalkan sekali.Bagaimana jika apoteker memberi tahu mereka bahwa obat yang aku ambil adalah obat penguat janin?Bukankah Zayn akan tahu tentang kehamilanku?Aku segera berkata pada Cindy, "Kenapa banyak tanya sekali? Obat apa yang aku beli tidak ada hubungannya denganmu?"Cindy menyusut seolah takut padaku.Cindy berkata padaku dengan sedih, "Nona Audrey, aku hanya peduli padamu, ingin tahu jenis penyakit apa yang kamu derita. Mungkin Kak Zayn bisa membawamu untuk periksa dokter. Kenapa reaksimu begitu galak?""Bukan urusanmu penyakit apa yang aku derita, aku tidak butuh perhatianmu. Jaga dirimu baik-baik, jangan bersikap seolah-olah kamu sedang sekarat di setiap kesempatan.""Audrey!"Zayn tiba-tiba teriak, berdiri di depan Cindy dan menatapku dengan tatapan sinis. "Hati-hati dengan perkataanmu!"Aku cemberut.Cindy boleh membicarakan aku, tapi aku tidak boleh membicarakannya tentangnya?Pada saat ini, Cindy menarik lengan Zayn dan berkata dengan sedih, "J
Ibu mengirimiku kata-kata penuh perhatian, menanyakan ke mana aku pergi dan harus menjaga keselamatan sendiri.Ibu juga mengirim beberapa kata-kata mengeluh tentang ayahku, mengatakan bahwa ayahku menghabiskan uang dan membuat masalah. Ibu bahkan bilang akan menceraikan ayah, sudah tidak bisa bertahan lagi.Aku merasa pusing setelah membaca pesan itu, aku pun tidak ingin membalasnya.Aku membuka pesan dari ayahku lagi.Ayahku marah karena aku tidak berperasaan dan menanyakan keberadaanku.Ayahku juga bilang bahwa tidak meminta uang padaku lagi, lalu kenapa masih bersembunyi?Dia memintaku untuk segera pulang karena ibuku selalu membuat masalah di rumah dan bertengkar dengannya sepanjang hari.Setelah membaca pesan dari ayahku, aku juga merasa pusing.Benar saja, aku seharusnya tidak masuk ke akun Whatsapp ini, hanya memengaruhi suasana hatiku saja.Namun, aku ingin mentransfer uang obat ke Zayn.Aku membuka nomor Whatsapp Zayn.Zayn mengirim pesan kepadaku ketika pertama kali aku berse
Aku ragu-ragu saat melihat nomor yang aku kenal.Angkat teleponnya atau tidak?Lupakan saja, angkat saja. Zayn tidak bisa ditebak, kalau aku sengaja tidak menjawabnya, mungkin Zayn akan bersikap gila.Aku menekan tombol jawab dan tidak berkata apa-apa, menunggu Zayn berkata terlebih dahulu.Segera, suara wanita yang lembut terdengar. "Halo, apa ini Nona Audrey?"Aku mengerutkan kening, ternyata itu telepon dari Cindy yang menggunakan ponsel Zayn.Astaga, jika tahu seperti itu, aku tidak akan mengangkat ponselnya.Sekarang aku kesal saat mendengar suaranya.Aku bahkan tidak tahu bagaimana Zayn bisa menyukai wanita seperti itu.Apa semua pria menyukai wanita yang lemah, polos dan menyedihkan seperti ini?Aku hendak menutup telepon, tapi tiba-tiba Cindy berkata, "Kak Zayn sedang mandi."Tanganku yang memegang ponsel sedikit mengencang.Zayn sedang mandi?Jadi mereka ... sedang bersama?Kalau dipikir-pikir, memang benar. Mereka akan bertunangan, jadi wajar mereka tinggal bersama.Rasa saki
"Aku tidak bermaksud begitu."Apa yang baru saja aku katakan pada Cindy berarti Zayn menolak melepaskan aku dan bertekad untuk membalas dendam padaku.Kenapa menurutnya aku menganggapnya menjerat aku?Bukan seperti itu, oke?Aku tidak tahu kemampuanku dalam mengekspresikan sesuatu yang lemah atau pemahamannya yang lemah?Aku membuka mulutku dan hendak menjelaskan.Zayn tiba-tiba bertanya padaku, "Apa kamu masih tiga hari yang lalu ketika kamu memohon padaku untuk memuaskanmu?"Wajahku langsung memerah.Malam itu, meski bingung, aku masih ingat banyak bagian.Apalagi saat aku dibuat gila oleh panas obat itu, aku hampir tidak sabar melepas ikat pinggangnya dan bahkan merobek bajunya.Aku mengatakan banyak hal memalukan malam itu.Bahkan apa yang Zayn minta akan aku lakukan semuanya.Sepanjang malam, aku bertindak lebih gila dan lebih bersemangat daripada Zayn.Sekarang saat aku memikirkan tentang malam itu, wajahku menjadi merah.Aku tidak tahu kenapa Zayn tiba-tiba menyebutkan ini?Apa
Aku tertegun sejenak, lalu buru-buru memeriksa jaringan sebelum mengirimkan dua emoji lagi.Tanda seru berwarna merah masih muncul.Eh!Ternyata Zayn memblokirku.Aku linglung sejenak, lalu perlahan menyimpan ponselku.Kalau mau blokir, blokir saja.Kurasa dia benar-benar tidak akan menggangguku lagi.Ini juga bagus.Mulai sekarang, hidupku akan damai kembali.Meskipun ini adalah kabar baik bagiku, hatiku terasa hampa untuk beberapa saat.Tidak bisa kusangkal kalau aku memang jatuh cinta padanya.Hanya saja cinta ini hanya bisa disembunyikan secara diam-diam. Kalau tidak, aku pasti akan menjadi bahan cibiran dia dan cinta pertamanya.Aku bersandar di kasur dan menghela napas.Entah kapan aku bisa melupakan perasaanku padanya. Kalau tidak, aku pasti akan merasa sedih setiap kali memikirkannya.Karena masih harus pergi bekerja, aku tidak merasa terlalu emosi. Aku hanya mandi dan keluar.Pakaian semalam sudah dibersihkan.Aku melirik ke arah rumah Alfie.Biasanya aku akan bertemu dia dan
Tiba-tiba terdengar teriakan di dalam ruangan.Seketika semua orang melihat ke dalam.Aku juga ikut melihat ke dalam dengan penasaran.Aku menyesal setelah melihatnya, sekilas saja sudah membuat perutku mual.Aku buru-buru berbalik dan bersandar di dinding sambil muntah.Itu adalah sebuah jari yang sudah agak busuk dengan makhluk kecil bertubuh lunak merangkak di atasnya.Sungguh, untuk pertama kalinya aku membenci penglihatanku yang tajam. Aku bisa melihat semuanya dengan jelas.Memikirkan jari menjijikkan itu membuat perutku mual lagi.Gawat, muntah-muntah membuatku sangat tidak nyaman dan perutku hampir kosong, tetapi aku masih merasa sangat mual dan tidak nyaman."Ya ampun, ini terlalu tragis. Jarinya dipotong orang?""Ck, ck, ck ... mencuri ya mencuri saja. Seberapa besar dendam dan kebencian ini?""Benar. Entah pada akhirnya apa yang terjadi pada ibu dan anak itu. Jangan-jangan ....""Ssst, situasi kita sedang kacau, jadi lebih baik jangan banyak bicara."Aku bersandar pada dindi
Bayi!Saat itu pikiranku menjadi kosong dan yang ada hanya ketakutan yang luar biasa di hatiku kalau sesuatu akan terjadi pada bayiku.Aku hampir jatuh ke lantai.Tiba-tiba saja sebuah lengan yang kekar merangkul pinggangku.Setelah itu, seluruh tubuhku jatuh ke dalam pelukan yang dingin dan kuat.Napas yang tidak asing itu menerpaku dan jantungku berdebar kencang."B ... bos!?"Semua orang di ruang data berteriak, kemudian berlari keluar dari tempat kerja mereka dan buru-buru berdiri dalam dua baris.Setelah Zayn membantuku berdiri, dia mendorongku menjauh dengan lembut.Aku terhuyung mundur dua langkah dan berpegangan pada dinding untuk tetap berdiri.Perlahan aku menegakkan kepala untuk menatapnya.Wajah pria itu sangat serius dan dingin, memancarkan sentuhan permusuhan yang membuat orang sulit mendekatinya.Dia juga tidak menatapku, hanya menatap ruang data dengan santai.Dia bertanya sambil lalu, "Apa yang terjadi?"Para rekan hanya saling memandang tanpa berani berbicara.Karena
Mungkinkah kali ini dia datang untuk mengincarku lagi?Akan tetapi, bukankah semalam dia sudah menegaskan tidak akan datang mencariku lagi dan bahkan memblokirku?Dia mengetuk tepi meja dengan begitu santai hingga membuat semua orang di kantor menegang.Semua orang berdiri dengan hormat, menunggu Zayn berbicara.Waktu berjalan dengan sangat lambat.Dia beru membuka mulut dengan tenang dan bertanya kepada rekan wanita tadi, "Siapa 'pria' yang baru saja kamu sebutkan? Apa kamu pernah melihatnya merayu pria?"Rekan wanita itu terkejut setelah ditanya dan baru berkata setelah beberapa saat, "I ... iya ... ada seorang pekerja yang memindahkan batu bata di lokasi konstruksi. Sejak awal mereka sudah saling menggoda. Saat makan saja harus bersama dan bahkan berbagi piring yang sama ....""Omong kosong!" Aku sudah tidak tahan lagi dan berteriak.Seharusnya yang dia katakan itu adalah Alfie.Akan tetapi, kapan aku dan Alfie saling menggoda dan berbagi piring?Saat dituduh merayu bos besar, tidak
Wajahnya pucat, penuh dengan kekhawatiran. Dia bergegas bertanya kepada Henry, "Kak Henry, apa yang terjadi dengan Kak Zayn? Tolong bawa aku juga, aku mau ikut pergi dan lihat dia."Henry mengerutkan dahi, menunjukkan rasa tidak senang, "Sudahlah, apa lagi yang bisa kamu lakukan selain menangis? Jangan tambah masalah, oke? Tetaplah di hotel!"Setelah mengatakan itu dengan nada tidak sabar, dia menarikku dan berjalan cepat menuju pintu lift.Cindy berdiri di koridor, menangis dengan penuh rasa terhina.Sayangnya, Henry bukanlah Zayn, tidak ada yang peduli dengan air matanya.Saat keluar dari hotel, aku baru sadar bahwa langit sudah gelap lagi.Setelah masuk mobil, Henry menghidupkan mesin sambil menjelaskan situasinya padaku."Hari ini aku tidak tahu kenapa Zayn begitu marah.""Dia awalnya bilang mau bertemu Roy di Surga Dunia, tetapi tidak lama setelah Roy tiba di sana, mereka malah berkelahi.""Biasanya, Zayn punya kepribadian yang tenang dan tertutup. Hari ini, dia benar-benar sepert
Apakah dia benar-benar tahu bahwa aku dibawa dengan paksa oleh Roy tadi malam?Jadi, apa yang dia ingin lakukan sekarang?Aku memeluk erat lututku, duduk meringkuk di atas tempat tidur, tidak mengatakan apa-apa.Tangan di sisi tubuhnya mengepal erat, sampai terdengar bunyi tulang yang berderak.Dia tiba-tiba menarikku dengan kasar, lalu berteriak, "Aku tanya, apa yang dia lakukan padamu?""Tidak ada, dia tidak lakukan apa-apa."Semua yang terjadi semalam sudah berlalu. Untuk apa membahasnya lagi dan merusak kerja sama kali ini?Lagi pula, tadi malam aku juga sudah mencapai kesepakatan dengan Roy. Apa yang terjadi semalam tidak akan disebut lagi, dan proyek kerja sama tetap dilanjutkan.Wajah Zayn makin gelap dan menyeramkan. "Kalau dia tidak lakukan apa-apa padamu, kenapa seluruh tubuhmu bau alkohol dan begitu berantakan? Kenapa kamu berjalan pulang tanpa pakai alas kaki?"Pria itu mencengkeram bahuku dengan keras. Karena marah, pembuluh darah di lengannya terlihat mencuat.Dia mengger
Dia menggendongku masuk ke dalam bak mandi.Air hangat menyentuh kulitku, meresap ke dalam seluruh sel tubuhku, membuat kelelahan dan kelemahan yang kurasakan perlahan mereda.Zayn memandangku dari samping.Tubuhku di bawah air sepenuhnya terlihat olehnya.Aku memalingkan wajah dan berkata, "Aku mau minum air."Kali ini, pria itu begitu baik, langsung bangkit dan menuangkan air untukku. Dia terlihat seperti dirinya tiga tahun yang lalu.Dia kembali dengan segelas air dan menyerahkannya padaku.Aku bahkan tak punya tenaga untuk mengangkat tanganku.Dia pun langsung mendekatkan gelas ke bibirku dan berkata dengan suara rendah, "Biar aku yang suapi."Dengan patuh aku membuka mulut, dan dia memberiku minum dengan pelan. Butuh waktu cukup lama untuk menghabiskan segelas air itu.Rendaman air hangat sangat efektif mengurangi rasa tak nyaman di tubuhku. Kesadaranku juga menjadi lebih jernih.Setelah selesai minum, aku berbaring di dalam bak mandi, menutup mataku dengan nyaman.Namun, aku sela
Aku ingin melawan, membuka mulutku, tetapi tak ada kata yang keluar.Sudahlah!Bagaimanapun, itu masalah nanti. Sekarang aku harus melewati ini dulu.Aku menutup rapat mataku, membiarkan tubuhku kembali tenggelam dalam keadaan kacau.Saat ini, tubuhku terasa seperti berada dalam tungku api. Namun anehnya, aku merasa sangat dingin.Beberapa saat kemudian, Zayn setengah memelukku, membuatku bersandar di pelukannya.Di tangannya ada sebuah gelas, Di telapak tangannya yang lain ada dua kapsul.Dia berkata kepadaku, "Minumlah obat penurun demam ini dulu, biar demammu turun."Aku menggelengkan kepala, mendorong dua kapsul itu menjauh.Aku sedang hamil, tidak boleh minum obat modern.Wajah Zayn menggelap, dia berkata dengan marah, "Kamu baru saja bilang akan patuh dan dengarkan semua perkataanku!"Aku menjilat bibirku yang kering, lalu berkata, "Aku mau minum air dulu."Sambil berkata begitu, aku mengambil gelas dari tangannya dan meminumnya sampai habis.Setelah itu, aku mengambil dua kapsul
Zayn menatapku dengan tatapan dalam.Lehernya bergerak sedikit. Setelah beberapa saat, nadanya yang biasanya tegas mendadak melembut, "Kalau kamu menurut, aku tidak akan marah kamu lagi."Setelah mengatakan itu, dia menarik selimut dan menyelimuti diriku lagi. Dia lalu membawa handuk dan bersiap untuk pergi.Aku buru-buru memeluk punggungnya.Kusandarkan wajahku pada punggungnya dan dengan suara serak aku berkata dengan susah payah, "Aku tidak mau dokter, kamu saja yang rawat aku .... Zayn, sekali saja, tolong kamu yang rawat aku, bolehkah?"Saat sedang sakit, bukan cuma hati yang menjadi rapuh, bahkan suaraku pun terdengar lemah dengan nada yang menyedihkan.Aku tidak tahu apakah dia akan mengejekku, mengingat keadaanku yang menyedihkan ini masih saja berharap seorang CEO besar seperti dia mau merawatku. Padahal dia begitu membenciku.Bagaimanapun juga, aku tidak boleh membiarkan dia memanggil dokter.Zayn terdiam selama dua detik, lalu melepaskan tanganku dan berbalik menatapku.Dia
Baru sampai di pintu kamar mandi, aku langsung bertabrakan dengan Zayn yang sedang membawa baskom air keluar dari dalam.Baskom itu jatuh ke lantai. Aku sendiri juga terjatuh ke tanah.Air hangat terciprat ke seluruh tubuhku.Zayn yang sangat marah mengangkatku dan berteriak, "Kenapa kamu tidak berbaring dengan baik, malah bangun untuk apa?""Tidak mau dokter ...." Aku mencengkeram lengannya, berkata dengan tergesa-gesa, "Aku baik-baik saja. Aku cuma perlu tidur .... Tidak mau dokter. Aku tidak mau dokter periksa aku ...."Zayn diam-diam menggendongku kembali ke tempat tidur.Dia menarik selimut dan kembali menyelimutiku dengan rapat.Melihat dia hendak pergi, aku buru-buru menarik lengannya.Aku berusaha meraih lengannya, sambil menangis dengan suara serak, "Aku benar-benar tidak mau dokter datang. Jangan panggil dokter untukku .... Aku baik-baik saja ....""Sudah cukup tingkahmu!"Zayn dengan marah menekanku kembali ke tempat tidur.Dia berteriak, "Apa kamu tahu seberapa panas tubuhm
"Audrey!"Pria itu kembali berteriak rendah, wajahnya makin gelap.Dia menatapku dengan tajam, "Lebih baik kamu jujur bilang, kamu pergi temui siapa dan apa yang kalian lakukan?"Saat ini, aku berada dalam kondisi yang berantakan. Dengan pakaian tidur di dalam yang sudah kusut dan penuh noda anggur.Dia pasti mengira aku pergi ke bar bersama sekelompok pria dan bersenang-senang hingga liar.Bagaimanapun, dalam pandangannya, aku selalu menjadi wanita yang suka bermain-main.Aku menarik sudut bibir, lalu dengan suara serak berkata, "Apa pun yang kamu pikirkan, itulah jawabannya. Tak perlu tanya aku."Zayn benar-benar marah kali ini.Dia langsung mengangkatku dan menekanku ke dinding.Namun saat itu, pandangannya tiba-tiba menangkap kakiku yang telanjang.Dia mengernyit dalam-dalam, tampak sedikit tak percaya melihat kakiku."Kamu ...."Dia segera melepaskanku, dan tubuhku yang lemas kembali hampir jatuh ke lantai.Dia menangkapku lagi.Kali ini, dia tidak marah lagi, melainkan menggendon
Hati ini langsung dipenuhi oleh rasa ironi.Dia ternyata tidak berada di kamar "cinta pertamanya" untuk menjaganya. Ini benar-benar langka.Aku menutup mata dengan perasaan tidak nyaman, lalu memaksakan diri berjalan menuju kamar tidur.Asalkan aku masuk ke kamar tidur, mandi air hangat, dan tidur nyenyak, semuanya akan terasa lebih baik.Semua yang terjadi malam ini hanyalah mimpi buruk, setelah tidur, semua pasti akan berlalu.Benar, cukup tidur saja, semuanya akan selesai.Aku jelas merasa sangat dingin hingga menggigil. Namun, tubuhku justru terasa panas seperti terbakar.Tidak nyaman, seluruh tubuh terasa tidak nyaman, bahkan kelopak mata pun sulit untuk terbuka.Aku menggigit bibir, melangkah perlahan dengan susah payah."Berhenti!"Baru sampai di depan pintu kamar tidur, suara dingin pria itu terdengar dari belakang.Aku menghentikan langkah, tetapi tidak berbalik.Dia sepertinya berjalan mendekat. Dengan suara dingin yang menahan amarah terdengar di atas kepalaku."Pergi ke man
"Tunggu sampai suatu hari Pak Roy suka seseorang, maka Anda akan tahu. Anda hanya mau menikah, punya anak, dan bangun keluarga dengan orang yang Anda cintai.""Benarkah?"Roy tertawa tanpa memberikan pendapat.Aku tidak menghiraukannya dan berjalan cepat menuju pintu gerbang halaman.Hingga aku melangkah keluar dari halaman vila Roy, sarafku yang tegang akhirnya sedikit mengendur.Aku lemas bersandar pada tiang lampu, tubuhku menggigil kedinginan.Sepatuku sudah hilang saat orang Roy memaksaku masuk ke mobil.Kaki yang menginjak salju tipis terasa sedingin teriris pisau.Baju tidur di dalam jaket bulu angsa basah oleh tumpahan anggur merah. Rasa dingin itu menembus kulit, merayap ke seluruh tubuh sehingga menggigil hingga ke tulang.Angin dingin terus berembus tanpa ampun.Aku merapatkan jaket bulu angsa. Tanganku gemetar saat mengeluarkan ponsel.Tidak ada pemberitahuan apa pun di ponsel.Tidak ada telepon, tidak ada pesan.Artinya, aku sudah pergi selama ini, tetapi Zayn sama sekali