"Tolong jangan berpura-pura lagi, oke? Sikapmu tidak seperti ini memarahi nenekku karena berakting dan menghancurkan gelang pemberian nenekku.""Maafkan aku ...." Aku buru-buru menggelengkan kepalaku, air mata terus bercucuran, "Aku tidak tahu nenek mengidap penyakit seperti itu, aku benar-benar tidak tahu. Maafkan aku.""Tidak tahu?"Zayn menunduk dan tersenyum sinis.Mana mungkin aku tidak tahu sifatmu?"Kamu begitu sombong, selalu saja meremehkan orang-orang seperti kami.""Sebenarnya kamu merasa sangat jijik saat nenekku memberi gelang kesayangannya padamu, 'kan? Kamu meremehkan apa yang dia berikan padamu.""Jadi, kamu pasti akan melakukan ini pada nenekku terlepas kamu tahu dia sakit atau tidak, 'kan?""Tidak, bukan begitu ...."Aku menggelengkan kepalaku dengan panik. Entah sejak kapan dia mulai berpikiran seperti itu tentangku.Zayn berdiri.Dia satu kepala lebih tinggi dariku dan menatapku dengan tatapan dingin."Aku sudah lama bilang kalau nenek tidak boleh sampai marah, tapi
Yosef menghiburku, "Audrey, tolong jangan menangis. Nenek akan baik-baik saja."Aku menggelengkan kepala, tidak bisa mengatakan apa pun dan merasa sedih.Saat ini aku berharap akulah orang yang terbaring di ruang gawat darurat.Yosef memelukku dan berbisik, "Jangan masukkan apa yang baru saja kakakku katakan ke dalam hati. Mungkin dia agak membencimu karena tiga tahun pernikahan itu, ditambah lagi Nenek adalah keluarganya yang paling penting. Itu sebabnya dia mengatakan sesuatu yang kejam seperti itu padamu, kamu ....""Dia membenciku, aku selalu tahu itu." Aku menatap ke arah petak bunga di pintu dengan linglung dan menangis, "Kalau sesuatu terjadi pada Nenek, aku akan membayarnya dengan nyawaku."Yosef mengerutkan kening dan berkata dengan marah, "Audrey, jangan seperti ini. Ini bukan salahmu. Jangan mengatakan hal seperti itu karena marah lagi!"Aku menggelengkan kepalaku.Aku sama sekali tidak mengatakannya karena marah.Tadi saat mengatakan ini di hadapan Zayn, aku sudah membuat r
Saat panggilan tersambung, ternyata ayahku yang menelepon.Suara ayahku terdengar hati-hati dan agak menyanjung.Dia bertanya, "Audrey, sekarang lagi ngapain? Apa kamu bersama Zayn?"Entah mengapa tiba-tiba saja firasat muncul di dalam hatiku saat mendengar nada hati-hatinya dan dia menyebut nama Zayn.Aku bertanya dengan suara rendah, "Ada apa?""Begini, Audrey. Beberapa hari ini ayah bekerja sama dalam sebuah proyek dengan orang lain, tapi kebetulan tidak beruntung dan kehilangan uang ...."Aku mengerutkan kening, "Terus kamu mau minta uang lagi?""Haist, dasar, apa yang kamu katakan? Apa maksudmu mau minta uang lagi?"Ayah cuma kehilangan beberapa miliar. Uang ini pinjaman dan sekarang harus dilunasi. Lihat apa kamu bisa mencari Zayn ....""Tidak bisa!"Mendengar hal ini, aku tidak tahan lagi dan membentaknya dengan perasaan kacau, "Kenapa kamu selalu berjudi atau berinvestasi dalam proyek sembarangan? Kalau tidak punya uang, tidak bisakah kamu hidup dengan tenang?""Utangmu juga be
Pak Arya bertanya melalui ujung lain telepon dengan ramah, "Kudengar departemen personalia bilang hari ini kamu tidak masuk kerja, ada apa?"Baru kemudian aku teringat seharusnya hari ini aku pergi bekerja, tetapi aku lupa meminta cuti pada perusahaan karena masalah nenek.Entah mengapa CEO meneleponku untuk menanyakan ketidakhadiranku. Mungkin karena hari ini dia ingin mengajakku membahas suatu proyek.Aku buru-buru menyeka air mata di wajah dan berkata dengan suara biasa, "Maaf, Pak Arya, ha ... hari ini aku ada sedikit urusan. Takutnya aku tidak bisa pergi ke perusahaan, juga tidak bisa menemanimu mendiskusikan proyek kerja sama.""Maaf sudah gagal memenuhi kesempatan yang kamu berikan kepadaku kali ini dan juga mengecewakanmu."Padahal aku berusaha keras menenangkan emosiku dan membuat suaraku terdengar biasa.Akan tetapi, suaraku masih terdengar serak dan tercekat saat mengatakannya.Pak Arya terdiam beberapa saat dan berkata sambil tersenyum, "Tidak masalah. Karena hari ini kamu
Aku terkejut dan langsung berdiri.Ayahku ingin langsung pergi mencari Zayn untuk meminta uang, mana boleh begini?Nenek masih dirawat di rumah sakit.Zayn sudah sangat membenciku dan Anto juga sangat membenci keluargaku, bagaimana ayahku masih bisa mengganggu mereka?Aku buru-buru membuka ponselku dan menelepon ayah.Aku menelepon beberapa kali berturut-turut, tetapi ayahku tidak menjawab.Aku pun menelepon ibuku.Begitu panggilan tersambung, ibuku menangis di sana.Dia berkata, "Audrey, kenapa kamu menelepon? Kamu juga sudah tahu kegagalan investasi ayahmu? Sekarang sulit sekali bicara dengan ayahmu, aku cuma mengatakan beberapa hal kepadanya dan dia ....""Bu, mana ayah? Ada di rumah tidak?" Aku buru-buru menyela ibuku dan bertanya dengan cemas.Ibuku menangis dan berkata, "Tadi saat masih ada di rumah dia membentakku, lalu bilang kakakmu dan kamu tidak berbakti. Juga bilang karena kamu tidak peduli padanya, dia akan pergi mencari caranya sendiri.""Pokoknya dia pergi dengan marah d
Zayn juga melihat ke arahku.Tatapan Zayn masih begitu dingin.Jantungku berdegup kencang. Aku membuang muka sambil menahan rasa sakit di lututku dan berjalan ke arah mereka sambil berpura-pura bersikap biasa."Audrey, kebetulan saja kamu datang. Cepat bicara dengan Zayn ....""Ayah!"Aku menyela ayah dengan suara rendah, kemudian menariknya dan berkata, "Kita akan membicarakan masalahmu nanti, pulanglah bersamaku dulu.""Aduh!" Ayahku menepis tanganku dan berkata dengan kesal, "Dibicarakan nanti apanya? Masalah ayah sangat mendesak! Kalau kamu tidak mau membantu ayah, pergi saja dan jangan menghalangi ayah untuk membicarakan bisnis dengan Zayn!"Dia berkata sambil mendorongku ke samping.Aku menatap Zayn dengan cemas.Zayn sedang menyalakan rokok dengan kepala tertunduk.Dia menghisap rokok dan bertanya kepada ayahku dengan tenang, "Ada apa? Katakanlah.""Itu, Zayn ...." Ayahku menggosok tangannya dengan wajah menyanjung, benar-benar terlihat seperti orang yang berbeda dari sebelumnya
Ayahku langsung tersenyum padanya dan berkata, "Zayn, kali ini ayah bekerja sama dalam sebuah proyek besar, cuma agak kurang beruntung dan kehilangan sedikit uang di awal.""Begini, bisakah kamu memberi ayah 60 miliar dulu? Setelah mendapatkan uang, ayah akan membagi dividennya denganmu.""Ayah!"Aku menatap ayahku dengan tidak percaya.Dia jelas hanya kehilangan 14 miliar, tetapi dia malah meminta 60 miliar kepada Zayn.Dia anggap Zayn apa?Dari mana dia mendapatkan kepercayaan diri untuk berpikir Zayn akan memberinya uang dan meminta begitu banyak?"60 miliar ...."Zayn tersenyum dan bertanya pada ayahku, "Terus pada akhirnya berapa banyak yang bisa kamu bagikan denganku?"Ayahku tertegun sejenak, takut apa yang dia sebut 'dividen' barusan hanyalah omong kosong. Tidak disangka Zayn benar-benar menginginkan dividen tersebut.Ayahku berkata dengan ragu, "Ini ... aku tidak bisa memastikannya. Setelah proyek selesai, kami akan membaginya sesuai dengan keuntungan yang didapatkan. Pokoknya
Zayn menepis tangan ayahku sambil terkekeh dan tidak bisa menyembunyikan nada sinisnya, "Barusan putrimu juga bilang kalau aku cuma orang luar. Karena kalian bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, selesaikan saja sendiri dan jangan menggangguku lagi!""Dialah yang bicara kosong. Dia itu pemalu dan merasa sungkan untuk bicara denganmu, makanya dia menyebutmu orang luar.""Nyatanya meski kalian sudah bercerai, kamu tetaplah menantu terbaikku.""Meski kelak Audrey sudah menikah, pria itu sama sekali tidak sebaik kamu."Aku yang berada di samping benar-benar marah saat mendengar ini.Kukira ayah sudah menyadari penolakan Zayn dan tidak akan terus mengganggunya tidak peduli seberapa tidak tahu malunya dia.Siapa sangka dia akan menyanjung Zayn lagi?Aku masih ingat betapa ayahku meremehkan Zayn saat baru menikah. Dia juga bilang Zayn hanya beruntung bisa menikah denganku.Dia juga bilang kalau saja masalah seperti itu tidak terjadi, Zayn sama sekali tidak layak untuk membawakan sepatuku.Se
Aku terhuyung beberapa langkah dan buru-buru berpegangan pada dinding di sampingku.Kupikir itu darah rendahku.Akan tetapi setelah beberapa saat, gejala pusingnya masih belum juga mereda.Aku juga merasa sangat panas.Apa yang terjadi?Meskipun kelelahan, tadi aku tidak merasa sesakit ini.Kepalaku semakin pusing dan badanku terasa semakin panas.Darah di sekujur tubuh seolah terbakar dan hasrat yang tak terkatakan melonjak.Kakiku lemas dan aku bersandar ke dinding dengan panik.Gejala ini jelas seperti diam-diam diberi obat.Kok bisa?Mungkinkah ... mungkinkah semangkuk sup jamur putih itu?Aku menatap bibi itu dengan tajam.Saat ini bibi tidak melihat deterjen lagi.Dia tersenyum lebar ke arahku, wajahnya jelas terlihat baik, tetapi sekarang senyumannya penuh dengan kebencian.Dia menghampiriku dan berkata kepadaku, "Aduh, Audrey, kamu baik-baik saja? Kenapa wajahmu begitu merah? Apa kamu demam?""Pe ... pergi!"Aku tersentak dan berteriak, tetapi suara yang kubuat terdengar agak m
Bibi menatapku lagi dan berkata, "Benar, akulah yang salah karena merayu Bos Besar terakhir kali.""Tapi dari sudut pandang lain, aku telah membantumu. Kalau aku tidak pergi ke Bos Besar untuk menguji keadaannya dulu, kamulah yang akan diusir oleh pengawal.""Lihatlah, hari ini kamu juga tidak melakukan apa pun, tapi Bos Besar menghukummu dengan kerja keras seharian.""Kalau hari itu kamu merayunya dan dia marah, itu tidak akan semudah menghukummu untuk bekerja keras."Aku diam-diam mencibir.Yang paling tidak kusuka adalah mereka melalaikan tanggung jawab dan memutarbalikkan fakta.Salah ya salah, tetapi ternyata mereka malah bilang kalau mereka membantuku dengan cara yang begitu bermartabat.Pikiran kita tidak sejalan dan tidak ada gunanya berbicara dengannya.Aku berkata dengan datar, "Bibi, hari ini aku capek sekali. Silakan pulang.""Kelak kamu dan Kak Alfie jangan mengetuk pintuku lagi. Itu sangat menggangguku."Aku mengatakan ini, tetapi ajaibnya bibi tidak marah.Dia hanya meng
Tok, tok, tok!Orang di luar pintu tidak berkata apa-apa dan hanya mengetuk.Aku berdiri dengan kesal dan berteriak, "Siapa itu? Teruslah mengetuk, aku akan memanggil polisi!""Ah, ini bibi. Audrey, bisakah kamu membuka pintunya dulu? Bibi ingin menanyakan sesuatu padamu."Aku mengerutkan kening.Bibi datang menemuiku begitu aku baru tiba di rumah, mungkin karena Alfie.Tidak masalah, cukup jelaskan pada mereka untuk selamanya.Aku menarik tubuhku yang lelah untuk membuka pintu.Begitu pintu terbuka, bibi masuk dengan senyuman di wajah dan semangkuk sup di tangannya."Audrey, setelah pulang kerja Alfie memberitahuku kalau kamu dihukum oleh Bos Besar dan harus bekerja keras selama sehari.""Ini, hari ini bibi baru saja merebus sup jamur putih. Dia takut kamu dan anak di perutmu akan lapar, jadi dia menyiapkan semangkuk untukmu.""Ayo, bibi juga sudah menambahkan kurma merah ke dalamnya. Ini bagus untuk menambah darah. Minumlah selagi hangat."Saat berbicara, dia meletakkan semangkuk sup
Memang tidak heran dia begitu terkejut.Aku ingat rasa sayang kepadanya dan bibi yang kumiliki sebelumnya. Tidak peduli seberapa keterlaluan mereka, aku tidak pernah berbicara kepada mereka dengan begitu tegas.Akan tetapi, sekarang aku harus memperjelas semuanya.Kalau tidak, semua orang akan mengira kami adalah sepasang kekasih.Zayn juga akan semakin menganggapku penipu.Aku berkata kepadanya dengan datar, "Aku tidak punya hubungan apa pun denganmu. Kelak tolong jangan bicara omong kosong di depan rekan kerjamu karena itu akan merusak reputasiku.""Kedua, terakhir kali yang gagal merayu Bos Besar sampai diusir pengawalnya adalah ibumu, bukan aku!""O ... omong kosong!" Alfie berkata dengan marah, "Ibuku bukan orang seperti itu!""Percaya atau tidak, kamu bisa pulang dan bertanya pada ibumu." Aku berkata dengan wajah datar.Alfie menatapku dan tiba-tiba menjadi cemas. Dia meraih tanganku sambil berkata, "Audrey, jangan begini. Ini semua salahku, jadi tolong jangan marah, oke?"Aku me
"Hei!"Aldi menendang kakiku dan berkata, "Barusan Bos bilang selama kamu bersedia menyerah dan mengatakan kamu tidak sanggup melakukan pekerjaan ini, Bos kami akan mengampunimu dan tidak akan menghukummu."Aku melihat ke arah Zayn di belakangnya.Pria itu duduk malas di kursi sambil merokok, sudut bibirnya selalu menyunggingkan senyuman sinis.""Hei, aku sedang berbicara denganmu!" Aldi menendang kakiku lagi.Aku mendongak dan berkata pelan, "Kembalilah dan katakan padanya kalau aku bisa melakukan pekerjaan ini."Aldi mengerutkan kening dan berkata, "Tidak kusangka ternyata kamu cukup licik, sengaja menolak kebaikan bos besar untuk menarik perhatiannya.""Tapi aku tidak mengkritikmu. Tidak mudah bagi Bos untuk melembutkan sikap padamu. Kusarankan kamu untuk menerima apa adanya.""Masih ada banyak batu bata yang tidak berguna, awas mati kelelahan karena kehabisan tenaga.""Terima kasih atas perhatianmu, Kak Aldi.""Si ... siapa yang peduli padamu? Dasar wanita tidak tahu malu." Aldi be
Dia berdiri membelakangi cahaya dan terlihat lebih muram dari sebelumnya.Aku mengerutkan kening dan bersandar, "Bukankah kamu sudah pergi?"Mata Zayn tertuju pada tanganku.Awalnya tanganku ramping, putih dan sangat cantik yang merupakan standar untuk bermain piano.Saat ini sudah dipenuhi debu dan berbagai jenis luka dan kuku sudah patah-patah.Dia melihat tanganku dengan tenang dan tidak berkata apa-apa.Penampilannya yang suram membuat orang mustahil menebak apa yang dipikirkannya.Akan tetapi dulu aku memperlakukannya seperti itu dan dia pasti berpikir ternyata hal seperti ini juga terjadi padaku.Aku bersandar pada batu bata dan tersenyum santai padanya, "Zayn, kamu senang tidak melihatku seperti ini?"Zayn tertawa, lalu mencibir, "Tanganmu cuma terluka setelah bekerja keras beberapa saat. Apa kamu pikir hukuman seperti ini sebanding dengan kebahagiaanku?""Oh!" Aku menatapnya dengan wajah datar, "Karena hukuman ini tidak sebanding dengan kebahagiaanmu, terus kenapa kamu masih me
Penglihatanku tiba-tiba menjadi gelap dan seluruh tubuhku terhuyung ke samping.Untung saja pinggangku ditopang oleh sentuhan kekuatan.Sebelum aku bisa berdiri teguh, terdengar tawa dari samping."Lihat, Kak Aldi ini bilang Audrey tidak tahu malu, tapi kemudian dia malah membantunya.""Benar, apa yang Kak Aldi ucapkan berbeda dari kenyataannya. Dia jelas sudah lama suka pada wanita ini dan masih tidak mengakuinya.""Benar, 'kan? Kali ini dia bereaksi dengan begitu gesit. Dia pasti membenci wanita ini karena cinta.""Pergi, pergi ... jangan banyak bicara omong kosong di sini."Aldi berkata sambil menarik tangannya seolah terlalu kotor dan menyeka tangan yang membantuku di bajunya.Aku memegang gerobak itu dengan mantap dan berkata dengan datar kepadanya, "Terima kasih."Tidak peduli bagaimanapun, tadi dia juga telah membantuku.Kalau tidak, aku pasti akan jatuh dan mungkin sesuatu terjadi pada bayi di perutku.Jadi tidak peduli seberapa jeleknya ucapan perbuatannya, aku harus mengucapk
Terlalu malas untuk memedulikannya, aku berbalik dan berjalan keluar.Dari belakang terdengar para pekerja menertawakan Alfie."Jadi pacarmu adalah orang yang mereka bicarakan beberapa hari yang lalu.""Ck, ck, kami tidak berani punya wanita tidak tahu malu yang seenaknya merayu pria kaya.""Benar, tadi kami iri padamu, tapi sekarang kami bersimpati padamu. Mungkin saja dia punya banyak pria di belakangmu.""Pergi, pergi, jangan bicara omong kosong di sini. Kapan aku bilang dia pacarku?"Aku mencibir dan buru-buru keluar dari kantin.Batu bata bekas tersebut diangkut dengan kendaraan khusus menuju lokasi yang ditentukan, yaitu satu kilometer ke arah barat.Kalau diangkut dengan kendaraan, akan selesai dalam dua kali perjalanan.Akan tetapi kalau menggunakan gerobak itu untuk mengangkutnya, entah berapa banyak perjalanan yang harus kulakukan.Aku melihat tumpukan batu bata bekas yang lebih tinggi dariku dengan agak putus asa.Akan tetapi saat teringat tatapan sinis Zayn, aku langsung me
"Bagaimana kalian akan menghukumnya?"Pak Kevin dan Aldi saling memandang, tetapi mereka tidak bisa menjawab untuk beberapa saat.Aldi menghela napas dan berkata, "Intinya adalah dia adalah petugas data sementara. Petugas data sementara ini menandatangani perjanjian saat bergabung dengan pekerjaan dan tidak bisa diberhentikan sesuka hati.""Benar, benar!" Pak Kevin buru-buru menjawab, "Kalau tidak, aku akan memecat karyawan yang menjengkelkan ini. Bos, kamu jangan marah kepada departemen kami cuma gara-gara dia.""Benar, Bos!" Aldi dan Pak Kevin bernyanyi dengan harmonis, "Ruang data kami selalu rajin dan teliti. Tolong jangan menghilangkan semua upaya departemen kami cuma gara-gara kotoran seperti dia.""Bos ....""Cukup!"Pak Kevin masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Zayn menyela dengan nada kesal.Seketika Pak Kevin tidak berani mengatakan apa pun.Aldi tidak berani membuka mulutnya lagi, hanya menatapku dengan tatapan penuh kebencian.Zayn mengeluarkan kotak rokoknya, mengambil