Beranda / Pernikahan / Mantan Istri Jadi Adik Ipar / #Bab 65. Masih Menunggu Kamu

Share

#Bab 65. Masih Menunggu Kamu

Penulis: buchaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wanita muda berkulit kuning langsat berada di tengah ruang tamu milik keluarga almarhum Sukamto. Selendangnya tergeol-geol, menyangkut, di cepolan rambut panjangnya ketika tangannya sibuk menyapu karpet dengan lidi.

Meskipun dia seorang wanita karir, yang jabatannya sebagai asisten manajer termasuk lumayan, Putri tetap mau melakukan pekerjaan kasar seperti ini. Sudah didikan ibunya sejak kecil. Awalnya dia tidak tahan karena omelan dari sang ibu kalau hanya berdiam diri, namun sekarang tubuhnya akan canggung sendiri kalau hanya diam saja ketika orang lain bekerja.

Tamu-tamu yang berdatangan untuk mendoakan almarhum Sukamto di malam ke-40 kepergiannya, sudah pulang sejak sepuluh menit yang lalu. Hanya tersisa keluarga besar saja yang duduk di luar sana.

Setelah membantu memilah sampah dan piring kotor, Putri ikut membantu membersihkan ruangan.

“Put. Sini, biar aku lanjutin. Kamu capek udah ngerjain dari tadi, kan?”

Putri menepis tangan Aurel, yang hendak mengambil alih sapu lidi. “Ngga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 66. Manusia Bodoh

    “Lia, aku temenin, yah,” tawar Putri pas Subuh tadi. Kebetulan dia masih menginap di rumah Aurel. Kedua orang tuanya juga masih ada di sana. Karena ini hari Sabtu, dia juga memang libur weekend. Kemungkinan baru pulang besok, Minggu sore.Aurel masih ingat kalau menggeleng sebagai jawaban dari kebaikan Putri itu. Saat ini, dia sudah berada di dalam taksi yang sedang mengantarkannya ke alamat yang tertera. Tulisan balok besar di dekat gerbang menunjukkan bahwa mereka hendak sampai di perumahan Atlanta.Menduga apa maksud dari foto itu sudah Aurel lakukan sejak melihatnya. Tapi, dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri. Walaupun banyak penolakan yang terlontar dari benaknya.Sang sopir taksi tampak sesekali melihat ke arah secarik kertas yang diberikan Aurel sejak masuk ke mobil ini, seraya memelankan laju mobil. Dia mencari-cari di mana keberadaan Blok I tersebut.Seketika mata Aurel membesar. Punggungnya yang tadi menyender di kursi langsung tegak. Dagunya yang tadi tertopang tang

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 67. Tidak Pernah Benar Di Matamu

    Sangat sepi keadaan rumah setelah usai acara tahlilan 40 hari kepergian Davina. Lebih terasa karena sudah tidak ada derai tawa si kembar, yang menghiasi setiap sudut rumah.Karena tahu seperti apa keadaan di luar sana, makanya Fathan memilih betah untuk tiduran di dalam kamar.Sebenarnya bermalas-malasan seperti ini bukanlah prinsip hidupnya. Namun semenjak kehilangan Davina, Fathan tidak semangat untuk melakukan apapun. Terlebih lagi mengingat pertengkarannya dengan Aurel, yang sepertinya akan sulit untuk diperbaiki.Jemari Fathan meraba-raba ke arah nakas. Ponselnya bergetar barusan. Ketika berhasil diraih, tidak dilihatnya lagi layar ponsel, langsung ditempelkan saja ke telinga.“Ya?”Tidak ada jawaban untuk beberapa detik. “Bapak baru bangun?” Ternyata Ridho. Sekretaris Fathan itu melirik ke arah jam dinding. Sudah hampir jam setengah sepuluh pagi. Tapi, Ridho hapal sekali suara atasannya ini. Kalau sudah sadar sepenuhnya, suaranya pasti lebih tegas.“Bukan urusanmu,” sergah Fatha

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 68 • Jahatnya Kamu

    Tetes hujan perlahan mulai mereda. Namun, genangan air membanjiri sebagian jalan setapak di luar cafe. Kendaraan mulai terlihat ramai berlalu-lalang lagi. Begitu juga dengan pengguna jalan kaki.Aurel duduk menghadap ke dinding kaca. Di antara jemarinya yang saling terkatup terdapat satu cangkir putih nan bulat. Single espresso dan susu bercampur jadi satu. Sementara itu buih susu menjadi atap teratas cangkir itu. Sudah hampir habis buihnya, hampir tidak terlihat, karena sudah dihirup oleh Aurel.Pandangan mata Aurel tak bertuan. Seperti melihat ujung meja, tapi sepertinya juga tidak. Bagian bawah matanya terlihat bengkak, begitu juga kelopak atasnya yang lebih tebal. Siapapun yang melihatnya juga pasti tahu kalau dia habis menangis.Aurel sengaja tidak pulang, walaupun rumahnya berjarak tinggal lima ratus meter dari sini. Dia sudah bisa memastikan kalau Fathan berada di sana. Karena lelaki itu entah sudah berapa kali membuat ponselnya bergetar. Pasti bingung karena sejak pagi tadi A

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 69 • Di Antara Dua Pilihan

    “Bu!”“Hah?! Apa?!” Suwarni, yang tengah menonton sinetron kesukaannya, tersentak kaget karena panggilan Feny. Dia langsung melihat ke arah Ghani, yang bermain mobil-mobilan.Keningnya mengernyit. ‘Cucuku baik-baik aja. Terus kenapa Feny pakai teriak gitu, sih?’Dia pun menoleh ke samping, pada anak perempuannya yang duduk tepat di sisinya. Ditepuknya kuat paha Feny, hingga mengaduh kesakitan.“Ada apa, sih?! Kenapa teriak-teriak?! Mau copot ini jantung Ibu.”Feny mengusap-usap pahanya yang perih sambil manyun. “Bu, kita balik ke Palembang aja, yuk.”“Udah gila kamu, ya!”Gantian, kali ini Feny yang terdiam sambil menutup mata. Sergahan Suwarni barusan bagaikan hembusan angin kencang menerjang langsung ke arah mukanya.“Kamu tahu, kan kalau di sana itu juga banyak keluarga ibumu ini, Fen! Mereka dulu ngga setuju Ibu nikah sama Bapak. Kalau tahu nasib Ibu ditinggal pergi Bapakmu gini, wah, mereka tepuk tangan pasti, tuh.”Feny menghela napas. “Iya. Aku paham, Bu. Tapi, kayaknya kita ng

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 70 • Selamat Tinggal

    Putri menarik koper menuju pintu masuk stasiun kereta api dengan warna dominan hijau pupus itu. Di depannya, Lis dan Aurel berjalan memasuki pintu masuk.Ketiganya celingak-celinguk begitu sudah masuk ke lantai dasar itu, mencari tempat duduk yang kosong. Karena jam segini, ternyata cukup padat penumpangnya. Beberapa spot sudah dipenuhi dengan calon penumpang.“Bude, duduk di sini aja,” ujar Putri sambil menunjuk sisi kanannya. Ada bangku-bangku di dekat taman. Dan, kebetulan sekali ada satu bangku yang kosong.Lis tampak menyetujui ide Putri itu. Dengan digandeng Aurel, dia menghampiri bangku itu.Aurel dan Putri tampak berusaha sekuat tenaga mengangkat koper karena lantai bangku itu lebih tinggi sedikit dari dasar lantai ini.“Kami mau cetak boarding pass dulu, Bu,” pamit Aurel setelah mendekatkan kopernya dengan koper yang dibawa Putri tadi.Lis mengangguk. Kemudian, memandangi punggung kedua anak muda yang menjauh. Aurel dan Putri sudah seperti saudara kandung sedari kecil. Mereka

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 71 • Bukan Urusanku Lagi

    Lima tahun kemudian ....Pintu lift lantai lima berbunyi ‘ting’ singkat sebelum terbuka. Pandangan Siska langsung tertuju ke sana. Dia hendak berdiri tapi langsung diurungkannya. Ternyata yang keluar dari sana adalah rekan kerjanya sendiri— Ridho.Ridho juga adalah sekretaris Fathan. Tapi, dia lebih kepada urusan yang lebih pribadi dan secret banget. Sedangkan Siska lebih ke urusan kantor dan tidak terlalu banyak tahu rahasia dari atasannya itu. Namun, daripada pegawai lain di gedung ini, tentu saja dia menjadi bagian dari 0,1% pegawai yang tahu betul seperti apa Fathan.“Bapak ada?” tanya Ridho tanpa memelankan langkahnya.“Ada,” jawab Siska diiringi anggukan pelan dan senyuman tipis. Matanya terus mengikuti Ridho, yang menuju pintu ruangan Fathan. “Tanpa harus bertanya, dia juga pasti langsung ke sana, 'kan?” cibirnya setengah kesal.Ridho mengetuk pintu dua kali, lalu meraih handle dan menariknya ke luar. Ketika menemukan sosok Fathan di balik meja kerjanya, Ridho bergegas menghamp

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 72 • Bukan Anak Haram

    “Shanum, bekalnya!” teriak Aurel. Dia terkejut melihat kotak bekal bening tutup abu-abu itu masih berada di atas meja makan.Seorang gadis muncul kembali di ruangan itu, mengenakan seragam putih abu-abu lengkap dengan sepatu keds nya. Diraihnya kotak nasi itu, lalu dipeluknya. Saat berdiri bersebelahan dengan Aurel begini, mereka hampir sama tinggi.“Shanum pergi dulu, Bu,” pamitnya. “Assalamualaikum,” teriaknya ketika berada di luar.Aurelia yang mengikuti langkahnya tanpa terburu-buru, memandangnya sambil tersenyum. “Waalaikumsalam.”Sembari bersedekap, Aurelia menatapi kepergian anak sematawayangnya. Sebuah senyuman terukir di wajahnya. Waktu tak terasa berlalu begitu cepat. Shanum sekarang sudah remaja.Shanum memang tumbuh menjadi gadis berumur enam belas tahun yang periang. Pagi ini saja, dia berlari ke ujung jalan sambil bersenandung.“Shanum!”Shanum menoleh. Sejak mendengar suara itu, dia tahu siapa pemiliknya. Siapa lagi kalau bukan Dewi—sahabatnya sejak masih mengenakan ser

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 73 • Pergi Diam-Diam

    Kedua bola mata Dewi melihat ke arah atas, ke arah kiri, lalu ke kanan, berulang kali seperti itu sampai merasa pusing sendiri. Dewi mengerjapkan matanya beberapa kali sambil menggeleng pelan. Setelah pusingnya agak mereda, dia mengulangi apa yang dilakukannya tadi.Shanum mondar-mandir di depannya, entah sudah berapa kali.Ini istirahat kedua. Mereka duduk di bawah pohon sukun, ada bangku yang memutari pohon besar itu. Letaknya di dekat ruang guru tapi agak jauh dari kelas mereka.“Tadi aku sudah nahan kamu, ya, Num supaya ngga keceplosan. Tapi, kamu kebawa emosi gitu.” Dewi mengingatkan kalau sudah melakukan hal yang benar tadi, tapi Shanum-nya sendiri yang tidak menurut.Shanum berhenti, menghadap ke arah Dewi. “Makanya, aku jadi bingung banget. Gimana bisa buktiin kalau aku sama Ghani itu emang sodara satu bapak? Gimana caranya mukaku ini ada di postingan sosmed dia?”“Yah, sebenarnya simpel, kok. Kamu tinggal ketemu sama dia,” jawab Dewi sambil memainkan sepatunya yang mengulik t

Bab terbaru

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 83 • Terlanjur Bad Mood

    Dengan mata yang membengkak, Aurel sudah bersiap dengan peralatan membersihkan pekarangan rumah. Selepas Subuh tadi, diperhatikannya halaman depan yang rumputnya sudah memanjang. Begitu juga dengan bunga-bunga dan tanaman yang dulu peliharan almarhum ibunya sudah tumbuh tidak karuan, dia hendak merapikannya. Hitung-hitung bisa menghilangkan sejenak kesedihannya.Namun, langkah Aurel terhenti. Dia terkejut mendapati Ridho berada di depan pagar rumah ini.“Ngapain kamu di sini, Dho?” tanyanya seraya menghampiri pagar dan membuka kuncinya. Seharusnya jam tujuh begini, Ridho sudah berada di kantor. Kok malah ada di depan rumah ini? Kalau bukan urusan yang penting, tidak mungkin mau ke sini.“Itu ....” Ridho terlihat meragu. Bukannya lekas menjawab, dia malah menoleh ke arah jalan gang ini.Aurel juga ikut melihat ke sana. Menerka sekiranya ada jawaban di ujung jalan i

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 82 • Bukan Anak Haram

    Selesai sarapan, Shanum memegangi perutnya. “Padahal, hanya semangkuk kecil begitu. Tapi, udah bikin kenyang banget,” ujarnya dengan bibir yang tersenyum puas.Saat mengangkat pandangannya, dia menemukan Ghani yang berjalan cepat di lorong hendak ke arah luar. “Ghani,” gumamnya senang. Lalu, berlari kecil ke arah cowok itu.Ghani sudah berpakaian seragam putih abu-abu lengkap dengan tas punggungnya, yang hanya tercantol di bahu kanannya. Dari langkahnya yang cepat, cowok itu masih terlihat penuh emosi.“Ghani, Ghani,” panggil Shanum.Yang dipanggil sempat menoleh, tapi begitu tahu suara itu milik siapa dia langsung malah kian mempercepat langkahnya. Namun selebar-lebarnya langkah Ghani, tetap terkejar oleh Shanum, yang pantang menyerah.Gadis itu menangkap pergelangan tangan Ghani. “Tunggu," pintanya agak memaksa. Kemudian, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “Aku harus jelasin kalau tujuanku ke sini bukan untuk menjadi penerus perusahaan Fadel Group. Aku cuma mau ....”“Bullshit

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 81 • Perang Kecil di Pagi Hari

    Ketukan di pintu tidak juga membangunkan Shanum. Makanya, salah satu pelayan rumah tangga berambut pendek itu memilih untuk membuka pintu. Dia tidak kaget melihat sosok Shanum masih terlelap di atas tempat tidur, dia sudah dapat menduganya.Sejak kepala asisten rumah tangga menunjuknya menjadi pelayan Nona Muda baru, pelayan bermata kecil ini sudah tahu kalau perjalanannya akan sangat panjang dan berat. Maka dari itu, dia sudah memenuhi hatinya dengan kuota kesabaran yang ekstra.“Non,” panggil pelayan dengan name tag Minah itu. Digoyangkannya perlahan namun intens kaki Shanum. Tugasnya adalah membangunkan majikan baru ini. Dan, ternyata itu menjadi tantangan sendiri untuknya karena Shanum tidak jua kunjung membuka matanya.Pantang menyerah sekaligus menambah stok sabarnya lagi dan lagi, Minah menggoyangkan lengan atas Shanum kali ini. “Non, bangun. Sebentar lagi harus sarapan. Bapak yang nyuruh Non ikut.”Sontak, Shanum membuka matanya. Dia langsung melotot. Tatapannya langsung tertu

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 80 • Hati Yang Tersakiti

    Karena lantai yang berkarpet tebal, kedatangan Ridho tidak diketahui oleh Fathan. Tiba-tiba saja dia sudah berada di dekat Shanum. Dia mengangguk pada Fathan, yang menyadari kedatangannya.“Aku sudah menelepon Ridho untuk mengantarkan kamu pulang,” ujar Fathan menjelaskan kenapa sekretarisnya itu ada di sini.Tapi, sepertinya, Aurel sedang tidak fokus ke sana. Dia meraih pergelangan tangan Shanum. “Kamu yakin dengan keputusan ini? Hampir tiga tahun kamu akan tinggal di sini. Itu lama, Num.”Tatapan Shanum tertuju pada ibunya. “Itu artinya Shanum juga akan berpisah sama Ibu dan Dewi, kan?”“Iya,” jawab Aurel seraya mengangguk mantap. “Coba kamu pikirkan sekali lagi.”“Tiga tahun tidak lama. Dengan keseruan di sekolah, waktu akan berlalu dengan cepat. Saya juga tidak akan mengekang kamu untuk bertemu ibumu atau teman-temanmu. Kamu bisa mengunjungi mereka di akhir pekan atau pas liburan. Saya tidak sejahat Ibumu, yang melarang kita bertemu.” Di akhir kalimatnya, Fathan menatap tajam Aure

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 79 • Tidak Pernah Dipedulikan

    Manik mata Feny bergetar seraya membulat sempurna. ‘Dia datang?’“Aurel, kan?” tanya Feny, meskipun sudah tahu jawabannya. Ini percakapan mereka yang pertama.Aurel tidak langsung menjawab. Dia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi pertanyaan itu. Manik matanya bergerak ke arah sosok yang muncul di belakang Feny. “Shanum!” sergahnya kesal.Feny bergegas menoleh. Dia menemukan sosok gadis itu bergegas bersembunyi di balik badannya.Aurel pun melangkah masuk. Dibiarkannya koper berada di luar. “Kenapa kamu ke sini?! Ibu sudah melarang kamu ke sini! Kenapa malah bandel begini?! Ayo, pulang!” Dia berusaha meraih pergelangan tangan Shanum, tapi anaknya itu terus menghindar.“Kenapa dia tidak boleh ke sini? Dia tidak boleh bertemu dengan ayah kandungnya sendiri?”Aurel, Feny, dan Shanum menoleh ke arah sumber suara. Fathan muncul dengan tatapan tajam, namun ekspresinya datar saja.Bagi Aurel, lelaki itu banyak berubah. Dulu, senyuman begitu murah terpampang di wajahnya. Tapi, tid

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 78 • Bertemu Lagi

    Praaang! Piring putih berles gold terlepas dari genggaman Aurel. Wanita itu tidak langsung menangkapnya, malah hanya menatapinya saja. Matanya sempat menutup saat piring itu beradu dengan lantai keramik.Napas Aurel tersengal. Dadanya sempat terasa sesak. Dia diam sebentar.Setelah berhasil mengatasi rasa kagetnya, barulah Aurel bergerak untuk membereskan kekacauan ini.Ini masih pagi. Belum satu jam berlalu semenjak Shanum berpamitan pergi sekolah tadi. Sudah jadi jadwal harian kalau Aurel membereskan rumah sebelum pergi ke pasar. Dan, entah kenapa, pagi ini piring itu luput dari genggamannya. Aurel tidak pernah seperti ini. Ceroboh bukanlah salah satu sifat khasnya.Aurel membereskan pecahan piring dengan telaten. Dia tidak mau tersisa satu pecahan sekecil apapun, yang nanti bisa saja melukai kakinya atau Shanum. Kemudian, dia melanjutkan mencuci piring yang tertunda.“Kenapa perasaanku jadi ngga enak gini?” gumam Aurel sambil memegangi dadanya. “Semoga Shanum ngga kenapa-kenapa.”N

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 77 • Rival

    Fathan baru saja usai mengganti kemejanya dengan kaos putih dan celana abu-abu gelap ketika Feny masuk, lantas bergegas menghampirinya.“Apa maksudnya? Kamu punya anak dengan Aurel? Kamu ngga pernah cerita sama aku,” cecar Feny, yang sudah tidak sabar menanti jawaban Fathan.Tapi, yang ditanya malah memasang wajah datar.“Pa,” panggil Feny setengah merajuk. “Aku butuh penjelasan kamu.”Setelah hanya memunggungi Feny, akhirnya Fathan menoleh. “Aku sendiri ngga tahu kalau Aurel menyimpan anak itu dariku. Seharusnya, kamu yang paling paham kenapa dia melakukan hal itu.”“Ini artinya kamu percaya pengakuan anak itu, yang bilang kalau kamu adalah papanya? Gimana kalau dia bohong? Gimana kalau dia cuma mengincar hartamu aja?”Fathan mengambil ponsel genggam, yang ada di nakas. “Aku percaya dia, seperti aku percaya sama omongan kamu dulu kalau Ghani adalah anakku. Aku mau ke ruang kerja dulu. Ada beberapa laporan yang mau aku bicarakan dengan Ridho.”Masih belum puas, Feny meraih pergelangan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 76 • Warisan

    Sepatu Shanum beberapa kali menginjit. Kepalanya menoleh ke kiri, ke arah yang dikiranya sebagai kedatangan mobil milik Fathan.Shanum berdiri di depan pintu hotel bersama Fathan juga Ridho.Ridho bergegas maju ketika melihat mobil sedan hitam datang. Dia membukakan pintu untuk Fathan, yang langsung masuk. Kemudian, bergerak ke pintu lain, lantas membukanya. Dia menatap ke arah Shanum.Shanum yang tercengang sekaligus mengagumi mobil hitam yang mengkilap itu sadar kalau sudah ditunggu Ridho. Tanpa melenyapkan senyuman manisnya, Shanum masuk ke mobil melalui pintu yang dibukakan oleh Ridho.“Terima kasih, Pak,” ucapnya sebelum masuk.Ridho sendiri duduk di kursi depan, di samping sopir.Jemari Shanum mengetuk lututnya ketika mobil mulai melaju. Sekali lagi, dia menikmati pesona gedung-gedung tinggi ini.Tapi, tidak lama. Perlaham, diam-diam, dia menoleh ke sisi kanannya. Diperhatikannya secara seksama pria di sisi kanannya itu, yang tengah asyik membuka tap dan membaca beberapa laporan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 75 • Ikut Denganku

    “Ini ketiga kandidat brand ambassador koleksi kita yang baru, Pak.” Siska menyodorkan beberapa map ke depan Fathan.Sebagai atasan, di mana semua keputusan berujung padanya, Fathan pun menimang ketiga profil selebriti yang ada di hadapannya.“Sebagai manajer pemasaran, pasti kamu sudah memiliki kandidat, 'kan?” tebak Fathan.“Benar, Pak. Kandidat Saya pada Cathrine. Secara visual dia sempurna dan elegan sesuai koleksi kita. Masalah kontrak pun sudah kami jelaskan ke mereka, dan ketiganya setuju. Tinggal menunggu pilihan final hari ini saja.”“Tapi, bukannya dia sering terlibat scandal percintaan, ya?” tanya Syaf berusaha mengingat. Cathrine memang beberapa kali viral karena ketahuan pacaran dengan beberapa aktor dan penyanyi ternama.“Meskipun begitu, namanya tidak pernah redup. Apapun yang dia kenakan selalu sold out. Karena itu, karismanya masih cukup menjanjikan,” jawab Siska penuh keyakinan. Dia tahu kalau pertanyaan ini akan terlontar dari salah satu petinggi perusahaan yang ada

DMCA.com Protection Status