Lydia berbalik memutar bola matanya, “Apa urusannya sama kamu?”Napas Dylan tercekat, tapi dia segera kembali bersikap seperti biasa. Dia sudah terbiasa dengan hal seperti ini.Sesaat kemudian, Dylan baru berkata lagi, “Aku hanya tanya, kalau kamu nggak mau jawab ya sudah.”Entah mengapa nada bicara Dylan terdengar sedikit sedih. Tiga orang di sebelah mereka sangat terkejut hingga mereka hampir menjatuhkan gelas di tangan mereka.Hati Lydia tiba-tiba bergetar. Dia segera mengatupkan bibirnya, dalam hati mengumpat Dylan yang bodoh itu tidak bisa bicara baik-baik?Mike berdiri di depan Lydia. Dia menghalangi Dylan yang mendekat, sambil mengedipkan kedua matanya yang jernih.“Om, menjauhlah darinya,” seru Mike.Dylan mengangkat alisnya, dia juga tidak menyangka kalau anak kecil pemberi bunga krisan itu ternyata anak Charter. Akan tetapi, itu tidak masalah. Toh, itu tidak bisa mengubah rasa tidak sukanya pada Mike.“Om, kamu suka Kakak cantik, ya?”Mike menyilangkan tangannya di depan dada
Seketika atmosfer di sekeliling mereka membeku. Pemandangan orang yang sedang mengobrol yang tidak jauh dari sini seperti dipisahkan oleh sebuah penghalang.Charter sama sekali tidak berusaha menutupi rasa bencinya. Sekalipun orang itu adalah pengurus rumah tangga yang telah bekerja untuknya selama sepuluh tahun. Karena orang itu telah melanggar peraturannya, maka orang itu tetap harus menerima konsekuensinya.Maksud perkataan Charter sangat jelas. Tidak peduli dengan siapa dia bekerja sama, orang dengan status Markus masih jauh dari kualifikasi.Ekspresi Markus berubah-ubah, dia pun melihat ke arah Hasan untuk meminta bantuan, “Kak ....”Hasan mengerutkan kening. Dia masih ingin mendapatkan kesempatan untuk Markus. Tidak masuk akal kalau kesempatan itu direbut oleh Lydia yang tiba-tiba muncul.“Pak Charter, bisa dipertimbangkan lagi, nggak?”“Pak Hasan, papaku sudah ngomong dengan sangat jelas. Kamu sudah linglung? Papa nggak akan berteman dengan orang yang menyebalkan. Papa suka kaka
Kalau didengar dari percakapan tadi, sepertinya gaun yang dipakai Lydia ada hubungannya dengan ibu Mike.Lydia melirik Mike dan mendapati anak itu sedang mengedipkan matanya yang besar, lalu segera menggelengkan kepalanya.“Bukan!” Sorot mata Charter menjadi tegang, lalu perlahan-lahan menjadi lebih rileks.“Sungguh bukan. Hanya saja gaun itu dibuat oleh seseorang, model dan warnanya agak mirip. Silakan, Bu Lydia.”Lydia mengikuti Charter kembali ke ruang perjamuan tanpa mengatakan apa-apa lagi. Mike dibawa pergi untuk makan dulu.Dylan sedari tadi duduk diam di kursinya, matanya terus memperhatikan mereka. Orang-orang di sekitarnya datang untuk bicara dengannya, tapi Dylan malah mengabaikan mereka.Charter duduk di kursi utama. Pria itu memiliki aura yang misterius dan kuat. Dalam beberapa hal, dia sangat mirip dengan Dylan.Ketiga orang lainnya melihat situasi ini, mereka pun segera duduk kembali di kursi masing-masing.Perjamuan ini disebut perjamuan, tapi sebenarnya sifatnya lebih
Pada detik itu juga, Dylan menjadi panik. Lydia dan Charter jelas tidak mengenal satu sama lain sebelum ini. Mengapa cara Charter menatap Lydia menjadi berbeda? Charter bahkan menyerahkan proyek sebesar itu ke tangan Lydia dengan begitu saja.Bukannya Dylan merasa kesal kehilangan proyek itu. Bisnis Tansen Group telah merambah ke berbagai bidang. Meskipun proyek ini proyek besar, bagi Dylan proyek itu hanya setetes air di lautan.Dylan lebih memilih tidak melakukan kerja sama ini daripada mendengar kalau Charter memiliki perasaan terhadap Lydia.Lydia sendiri juga terkejut sesaat. Dia merasa seolah-olah sedang bermimpi. Charter sama sekali tidak seperti sedang bercanda.Akan tetapi, mengapa? Ada puluhan ribu tanda tanya di hati Lydia. Hanya saja, dia tetap bersikap tenang, sama sekali tidak lepas kendali. Lydia berpikir lagi, apakah mungkin karena Mike?Charter mengucapkan beberapa kata sebagai penutup. Semua orang pun berdiri dan berbondong-bondong pergi. Perjamuan ini berakhir dengan
Kenangan itu telah terkubur di lubuk hati Lydia yang paling dalam. Dia bahkan tidak berani mengeluarkannya dan mengingatnya lagi. Karena dia takut jika dia merasakan denyut jantung saat itu lagi, hatinya akan melembut, dia pun aku terjatuh tanpa memedulikan apa pun lagi.Foto di tangan Lydia adalah foto saat dia menghambur ke arah anak kecil itu. Entah siapa yang memotretnya. Perasaan ketakutan sepertinya masih mengelilinginya, membuatnya bergidik.Suara tawa Charter tiba-tiba menarik Lydia keluar dari ingatannya. Matanya sedikit basah. Begitu dia mendongak, dia melihat tatapan Dylan yang begitu dalam. Seolah-olah ada pusaran air besar, mencoba menyedot Lydia ke dalam mata pria itu.Jantung Lydia tiba-tiba berdetak kencang ketika melihat Dylan yang seperti itu. Wajah berlumuran darah di dalam ingatan Lydia sesuai dengan wajah Dylan saat ini, begitu tampan dan menawan. Fitur wajah pria itu seperti digariskan dengan kuas, juga seperti patung yang dipahat dengan sempurna.Sedangkan foto
Mike memanyunkan bibirnya dan bertingkah manja. Matanya yang jernih dan berkilau menatap Lydia dengan penuh harap. Anak itu benar-benar menggemaskan hingga membuat hati orang meleleh.“Mike, Kakak cantik masih ada urusan. Sudah waktunya kamu kembali ke atas dan kerjakan PR-mu.”Charter melihat jam tangannya dan berkata dengan suara dingin. Mata Mike langsung tampak kecewa. Dia menatap ke arah ayahnya dengan sedih. Tidak peduli pergi ke mana pun, Mike tetap tidak bisa lepas dari nasib harus mengerjakan pekerjaan rumah.Lydia teringat anak laki-laki di dalam foto itu ternyata sudah tumbuh besar, dia pun merasa semakin dekat dengan Mike. Dia mengelus rambut keriting Mike sambil menatapnya dengan tatapan lembut.“Besok Kakak baru main sama kamu, oke?”Mike mengedipkan matanya, sepasang manik yang jernih itu dipenuhi dengan kekecewaan. Tepat ketika Lydia mengira Mike akan mengerti dan melepaskannya, Mike tiba-tiba menarik pakaian Lydia, lalu memeluknya erat-erat, dengan kelicikan terpancar
Sesampainya di rumah, Lydia merasa begitu lelah. Sekalipun dia telah mendapatkan proyek besar itu, dia tetap saja tidak bisa bahagia.Mungkin karena kejadian masa lalu yang terungkit kembali terlalu tragis, sehingga Lydia tidak sepenuhnya siap mental.Di tengah malam, Lydia berbaring di tempat tidur. Meski sudah membolak-balikkan tubuhnya, yang ada di dalam pikirannya tetap saja isi foto itu.Tiba-tiba, notifikasi pesan masuk di ponselnya berdering. Lydia mengambil ponselnya dengan kasar dan melihat pesan itu. Seketika alis perempuan itu berkerut, pesan dari Dylan.“Lydia, aku sangat senang orang yang aku selamatkan adalah kamu.”Bukan orang lain, tapi kamu. Untung saja kamu selamat dan baik-baik saja.Mata Lydia berkedip, memandangi langit malam yang gelap di luar sana. Lydia keluar dari kamar untuk mengambil segelas susu, lalu meminumnya dengan tenang dan perlahan. Setelah itu, dia kembali ke kamarnya.Lagi pula, masa lalu tidak akan terulang kembali. Jadi buat apa repot-repot memiki
Orang seperti Markus tidak memiliki kontribusi nyata kepada perusahaan. Dia suka berpuas diri dengan prestasinya yang terdahulu. Dia juga suka mengambil risiko yang berujung dengan kegagalan. Orang seperti dia hanya akan merugikan dan memberikan pengaruh buruk jika terus dipertahankan untuk bekerja di perusahaan. Apa mungkin Lydia rela mempertaruhkan masa depannya hanya untuk kedua orang itu? Kemungkinan besar, Lydia tidak akan pernah melepaskan Markus dan putranya dari masalah ini.Markus menatap Nixon dengan wajah panik lalu berkata, “Pak Nixon, saya dan Marlo melakukan semua ini agar perusahaan bisa mendapatkan proyek itu. Kami senang sekali loh ketika tahu kalau Bu Lydia akhirnya berhasil mendapatkan proyek itu ....”“Jadi, kamu masih mau kerja di perusahaan ini dan tetap tidak mau keluar?” tanya Nixon kesal. Suasana di dalam ruang rapat berubah dingin dan tegang setelah kata-kata itu keluar dari mulut Nixon. Semua orang yang berada di dalam ruangan langsung menatap tajam ke arah