Sesampainya di rumah, Lydia merasa begitu lelah. Sekalipun dia telah mendapatkan proyek besar itu, dia tetap saja tidak bisa bahagia.Mungkin karena kejadian masa lalu yang terungkit kembali terlalu tragis, sehingga Lydia tidak sepenuhnya siap mental.Di tengah malam, Lydia berbaring di tempat tidur. Meski sudah membolak-balikkan tubuhnya, yang ada di dalam pikirannya tetap saja isi foto itu.Tiba-tiba, notifikasi pesan masuk di ponselnya berdering. Lydia mengambil ponselnya dengan kasar dan melihat pesan itu. Seketika alis perempuan itu berkerut, pesan dari Dylan.“Lydia, aku sangat senang orang yang aku selamatkan adalah kamu.”Bukan orang lain, tapi kamu. Untung saja kamu selamat dan baik-baik saja.Mata Lydia berkedip, memandangi langit malam yang gelap di luar sana. Lydia keluar dari kamar untuk mengambil segelas susu, lalu meminumnya dengan tenang dan perlahan. Setelah itu, dia kembali ke kamarnya.Lagi pula, masa lalu tidak akan terulang kembali. Jadi buat apa repot-repot memiki
Orang seperti Markus tidak memiliki kontribusi nyata kepada perusahaan. Dia suka berpuas diri dengan prestasinya yang terdahulu. Dia juga suka mengambil risiko yang berujung dengan kegagalan. Orang seperti dia hanya akan merugikan dan memberikan pengaruh buruk jika terus dipertahankan untuk bekerja di perusahaan. Apa mungkin Lydia rela mempertaruhkan masa depannya hanya untuk kedua orang itu? Kemungkinan besar, Lydia tidak akan pernah melepaskan Markus dan putranya dari masalah ini.Markus menatap Nixon dengan wajah panik lalu berkata, “Pak Nixon, saya dan Marlo melakukan semua ini agar perusahaan bisa mendapatkan proyek itu. Kami senang sekali loh ketika tahu kalau Bu Lydia akhirnya berhasil mendapatkan proyek itu ....”“Jadi, kamu masih mau kerja di perusahaan ini dan tetap tidak mau keluar?” tanya Nixon kesal. Suasana di dalam ruang rapat berubah dingin dan tegang setelah kata-kata itu keluar dari mulut Nixon. Semua orang yang berada di dalam ruangan langsung menatap tajam ke arah
Gabrielle berdiri sambil memperhatikan anak itu dengan tatapan campur aduk. Anak asing itu terlihat sangat menggemaskan ditambah lagi dengan bunga krisan berwarna kuning dan putih yang sangat memesona .Suasana hati Gabrielle benar-benar campur aduk saat ini. Apa mungkin Lydia juga sudah mulai berusaha untuk menakuti anak kecil?Tidak lama kemudian, Lydia berjalan keluar dari dalam gedung Agustine Group ketika Gabrielle sedang sibuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan anak asing itu.“Kenapa kamu datang ke sini?” tanya Lydia setelah sempat melambaikan tangannya.Mike tiba-tiba berlari menghampiri Lydia dan memeluk kaki Lydia sebelum Gabrielle sempat menanyakan apa yang terjadi saat ini kepada Lydia. Mike mengangkat kepalanya lalu bertanya dengan matanya yang bulat dan berbinar, “Kakak cantik, aku kan kangen sama Kakak ....”Gabrielle masih berdiri di tempatnya dengan wajah tercengang. “Kakak juga kangen sama kamu,” balas Lydia sambil menyentuh wajah mungil si anak asing it
Mereka bertiga akhirnya pergi ke sebuah mal mewah bersama-sama. Gabrielle mengambil barang sesuka hatinya lalu membayarnya dan langsung mengirim semua barang-barang itu ke rumahnya. Lydia sedang mencoba beberapa pakaian ketika Mike melihatnya dengan mata berbinar dan tangan yang menopang wajahnya. Dia memindahkan bangku kecil ke samping cermin lalu duduk sambil menunggu waktu yang tepat untuk memberikan pujian. “Ya ampun, Kakak cantik banget ….”“Gaun ini benar-benar cocok sama Kakak cantik. Nggak ada orang lain yang bisa memakai gaun ini secantik Kakak!”“Kakak ini peri, ya?”“Baju ini benar-benar cantik ketika Kakak pakai!”*** Lydia terus mendapat pujian sampai membuat suasana hatinya menjadi semakin baik. Jadi, dia memutuskan untuk membeli semua pakaian itu hanya dengan lambaian tangan. Di sisi lain, Gabrielle sedang berdiri di belakang mereka dengan raut wajah campur aduk seraya bergumam, “Anak kecil ini mulutnya manis banget. Tapi dia cuma bisa begitu sama Lydia seorang.”Pra
Lydia dan Gabrielle tidak suka melihat ikan paus yang berenang-renang di samping mereka. Jadi, mereka memilih untuk duduk dan minum kopi di sebuah tempat yang cukup tenang. Tidak lama kemudian, seorang resepsionis akuarium menghidangkan mereka berdua secangkir kopi. Namun, entah mengapa resepsionis itu terlihat takut ketika menghidangkan kopi yang dibawanya seakan kopi itu akan terasa tidak enak bagi dua perempuan kaya yang ada di hadapannya saat ini. Lydia melihat ke sekelilingnya lalu bertanya kepada resepsionis itu, “Di sini nggak ada ikannya, ya?”Sebenarnya, hal ini adalah hal yang cukup menyenangkan bagi Lydia dan Gabrielle. Resepsionis yang ada di dekat mereka langsung berhenti lalu berkata, “Benar Bu Lydia, di sini adalah tempat untuk udang pippi. Jarang ada yang mau datang dan melihat udang pippi yang ada di sini. Mungkin karena hewan ini bukanlah hewan langka seperti hewan lainnya. Apa Ibu mau melihatnya?”Udang pippi?Lydia akhirnya mengangguk setuju setelah melihat ekspr
Dylan masuk ke dalam dengan tenang sambil menatap punggung Lydia. Si resepsionis buru-buru menepi. Ini adalah pertama kalinya bosnya langsung datang ke akuarium untuk memeriksa pekerjaan mereka semua. Lydia masih tidak menyadari kedatangan Dylan, jadi dia terus saja berkata, “Enaknya dikukus atau ditumis pedas, ya?”“Kamu mau makan aku?” tanya Dylan tiba-tiba sebelum Gabrielle sempat membuka mulutnya. Lydia langsung tersentak dengan suara yang sangat dia kenal itu. Dia buru-buru berbalik dan langsung melihat sosok Dylan di belakangnya. “Kamu lagi?” tanya Lydia dengan raut wajah sedikit kesal. “Kamu senang ya ketemu aku lagi?” ujar Dylan sambil tersenyum lembut. “Siapa bilang aku senang ketemu sama kamu?” balas Lydia ketus. Apa Dylan buta?Dylan menatap ke arah udang yang dipilih Lydia lalu berkata, “Tadi kamu bilang aku itu bayi, kan?”Bagaimanapun juga, Lydia memberi nama udang pippi itu sama seperti namanya, yaitu Dylan. Secara tidak langsung, Lydia pasti sedang memikirkannya.
Lydia dan Gabrielle keluar dari akuarium sambil membawa Mike bersama mereka. “Mau makan udang pippi, nggak?” tanya Dylan sambil berjalan di belakang mereka. “Tidak,” jawab Mike, Gabrielle dan Lydia bersamaan sambil menoleh ke belakang. Dylan hanya bisa tersenyum kecut sambil melihat Lydia yang berjalan lebih dulu dari Gabrielle dan Mike karena dia akan menyetir mobilnya sendiri. Dia berjalan dengan cepat karena takut Dylan akan mengikutinya. Namun, tidak ada yang memperhatikan kalau tidak jauh dari mereka ada sebuah mobil terparkir yang sedang menunggu kesempatan emas ….Mobil itu tiba-tiba meraung dan bergerak dengan cepatnya ke arah Lydia ketika dia melihat kemunculan Lydia di depannya. Mobil itu bergerak sangat cepat seperti sedang terbang ke arah Lydia. “Lydia!” teriak Gabrielle yang berada di belakang Lydia. Namun, tiba-tiba sesosok tinggi muncul dan bergegas mendorong Lydia menjauh dari jalanan. “Brak!”Terdengar suara benda yang saling bertabrakan. Semua itu terjadi kuran
Berita tentang kecelakaan Dylan langsung menyebar ke mana-mana. Sugiono dan Erika bergegas pergi ke rumah sakit bersama-sama. Raut wajah mereka terlihat semakin penuh amarah setelah mengetahui kalau kecelakaan Dylan disebabkan karena Dylan berusaha untuk menyelamatkan Lydia. Sugiono masih terlihat tenang ketika melihat keadaan Dylan karena dia sudah memiliki banyak pengalaman dalam hidup ini. Namun, akhirnya Sugiono harus dibawa keluar dari ruang rawat Dylan setelah dia terduduk cukup lama di sana karena tubuhnya tidak lagi sanggup untuk melihat keadaan Dylan yang cukup parah. Erika juga terlihat terus menangis selama 2 jam penuh sambil memperhatikan keadaan putranya itu. Lydia masih duduk dengan tenang di ruang tunggu VIP sambil mendengar semua makian Erika di dalam ruang rawat Dylan yang tersirat ditujukan padanya. “Mama sudah bilang untuk menjauh dari perempuan itu. Dia itu rubah betina! Perempuan itu selalu saja membuatmu dalam bahaya. Kamu hampir kehilangan nyawamu ketika kam
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa