Benar saja, kata-kata yang Lydia ucapkan barusan seperti bom besar yang tiba-tiba jatuh dari langit.SW Group adalah satu perusahaan terbesar di luar negeri, sepuluh kali lebih besar dari bisnis keluarga Samuel. Wajah Kelly seketika menjadi pucat pasi. Matanya terbelalak lebar, penuh dengan rasa tidak percaya. Rasanya seperti membuang batu berlian demi mengambil batu biasa.Yang lain juga kaget dan spontan saling memandang satu sama lain. Ternyata Malvin seorang pria kaya raya dari keluarga terpandang. Bisa-bisanya pria itu menyembunyikan identitasnya dengan begitu rapat.Lydia tidak peduli dengan hal yang terjadi di belakang. Dia hanya ikut Malvin keluar. Begitu mereka keluar, mereka pun mendengar suara botol pecah dari dalam. Kemudian, diikuti dengan suara Kelly yang berusaha menjelaskan sambil menangis.Begitu keluar dari koridor, Lydia dan Malvin serempak menghela napas lega. Mereka melepaskan tangan satu sama lain, lalu saling menatap dan tertawa.“Kenapa kamu tahu tentang aku?”M
Kata-kata yang Dylan ucapkan tiba-tiba membuat Lydia merasa tidak tega. Mengapa dia bisa merasa tidak tega pada Dylan? Lydia mengerutkan bibirnya, matanya tiba-tiba menjadi berkabut. Namun segera, dia berusaha keras untuk mengabaikan perasaan itu. Dia mengangkat wajahnya dan menatap langsung mata pria itu sambil tersenyum acuh tak acuh.“Baguslah kalau kamu tahu.”Sudut mata pria itu memerah, bibirnya terkatup rapat membentuk garis lurus. Tubuhnya yang tinggi justru membuatnya terlihat sangat kesepian.Dylan ingin mengancam, tapi Lydia tidak takut. Dia ingin menunjukkan lemah, tapi Lydia tidak memedulikannya. Dylan selalu merasa telah kehabisan akal setiap kali menghadapi Lydia.Lucas yang keluar dari ruangan mendengar suara seseorang. Setelah melihat Dylan di sana, dia bergegas pergi minta bantuan.“Dylan, cepat! Samuel mau bawa Kelly ke rumah sakit. Eh, Lydia, kamu juga di sini?”Lydia hanya tersenyum tipis, menganggapnya sebagai salam kepada Lucas. Setelah itu dia berbalik dan pe
Lydia bermain dengan mereka sampai sekitar pukul satu dini hari, dia menang terus saat bermain mahjong.Meskipun Lydia bisa melihat kalau semua orang sengaja mengalah, dia tetap saja terus melanjutkan permainan hingga beberapa ronde.Pada akhirnya, Melani bahkan sudah hampir kapok kalah, lingkaran hitam di bawah matanya membuatnya terlihat kasihan. Saat itu, Lydia baru bilang berhenti.Keesokan harinya, Lydia tidur sampai siang. Dia mengunci pintu kamarnya agar Tiger tidak bisa masuk, sehingga tidak ada yang mengganggu tidurnya.Sinar mentari yang hangat perlahan-lahan merayap ke wajah Lydia. Lydia pun berbalik dan melanjutkan tidurnya.Sesaat kemudian, ponselnya tiba-tiba berdering. Sial, dia lupa mematikan suara ponselnya. Lydia tidak mau mengangkat, tapi ponselnya terus berdering. Akhirnya, Lydia mengambil ponselnya dengan kesal. Dia semakin tidak bisa berkata-kata saat melihat nama si penelepon.“Gabrielle, kapan aku bisa tidur dengan nyenyak?”Gabrielle tertegun selama beberapa de
Dylan tersenyum, lalu berkata perlahan, “Tentu saja tujuannya sama denganmu.”Tanpa banyak bicara, keduanya hanya kompak kalau sudah menyangkut kepentingan. Mereka memiliki target yang sama, yaitu Charter.Lydia duduk di samping Dylan, jarak mereka begitu dekat. Saking dekatnya sehingga mudah untuk mencium bau mint yang sejuk di tubuh Dylan. Keduanya memiliki penampilan yang sangat menarik, tentu saja hal itu akan menarik perhatian banyak orang. Tidak peduli dilihat dari sudut mana, mereka berdua tampak sangat serasi.“Untuk masalah seperti ini juga harus Pak Dylan turun tangan sendiri?” tanya Lydia.“Bu Lydia juga datang sendiri, kan?”Dylan memelankan suaranya, tapi suaranya tetap terdengar merdu dan memabukkan. Lydia melirik ke arahnya, pria itu tetap bersikap tenang seperti biasanya. Akan tetapi, rasanya ada sesuatu yang berbeda dari pria itu. Jika dibandingkan dengan pria yang sudut matanya memerah kemarin, keduanya benar-benar seperti dua orang yang berbeda. Kenapa pria ini tidak
Begitu Lydia selesai bicara, ekspresi wajah Dylan menjadi kaku sesaat. Namun segera, semuanya berlalu begitu saja.Sudut bibir pria itu terangkat, lalu dia mengangkat tangannya, hendak menyisir rambut di samping telinga Lydia yang tertiup angin.Baru saja tangan Dylan mendekat, Lydia langsung menghindar dengan memalingkan wajahnya. Dylan menarik tangannya, lalu menatap Lydia dengan lembut sambil berkata dengan suara serak, “Oh ya? Tapi ... itu juga nggak akan pengaruhi aku ajak kamu makan.”Lydia menarik napas dalam-dalam. Mengapa pria ini menjadi seperti permen karet yang menempel padanya dan susah untuk dilepaskan?“Tapi aku nggak mau makan bareng kamu. Pak Dylan, kamu seharusnya tahu diri sedikit.”Dylan menyipitkan matanya, seulas senyum perlahan merekah di wajahnya. Kemudian, dia menjawab dengan suara lembut, “Aku nggak tahu diri.”Lydia sangat marah hingga merasa napasnya menjadi berat. Dia langsung berbalik dan pergi. Dia sama sekali tidak ingin bicara dengan pria itu lagi.Kes
Dylan terdiam lama, sorot matanya memancarkan kesedihan. Hatinya seperti terjerat benang tipis, membuatnya kesulitan bernapas.Saat Lydia bersamanya, Lydia tidak pernah mendapatkan rasa hormat yang seharusnya Lydia dapatkan. Setiap kali memikirkan hal itu, rasanya sangat menyesakkan.Sekarang Lydia sudah tidak peduli dengan semua itu lagi. Lydia tahu betul selama tiga tahun itu, Lydia yang terharu sendiri, dia sendiri juga yang maju dengan keberaniannya sendiri. Semuanya telah berlalu, biarkan semua itu menghilang.“Lydia ....”Dylan menatap Lydia dengan matanya yang gelap dan penuh kesedihan. Melihat Lydia yang berbicara dengan tenang justru membuat Dylan merasa semakin tidak bisa bernapas.Dylan mengepalkan tangannya dan berkata dengan susah payah, “Kelak hal seperti itu nggak akan terjadi lagi.”Dylan akan menempatkannya di posisi yang paling penting. Dia juga akan melindungi Lydia, tidak berani melakukan kelalaian sedikit pun.Lydia hanya tertawa, tidak memberikan tanggapan apa pun
Agustine Group.Lydia berencana membicarakan masalah Charter dengan Nixon. Begitu dia masuk, dia melihat seorang perempuan yang dikenalnya sedang duduk di ruang tunggu.Perempuan itu tidak lain adalah Kelly. Kelly juga melihat Lydia. Wajah Kelly tampak begitu pucat. Ada bekas tamparan yang masih terlihat jelas di wajahnya. Pada detik dia melihat Lydia, dia berlari ke arah Lydia. Namun, satpam segera menghentikannya.“Berhenti ....”Kelly berkata dengan tergesa-gesa, “Aku nggak akan lakukan apa pun. Aku hanya ingin tanya bisa nggak kasih aku nomor telepon Malvin. Setelah dipikir-pikir, aku harus kembalikan uang itu padanya ....”Lydia tidak bisa menahan tawanya, ekspresi Kelly seketika membeku.“Berikan padaku, aku akan kasih ke dia.”Lydia mengulurkan tangan sambil mengangkat alisnya. Jika bukan karena Samuel mengganti pengantinnya dan topeng Kelly hancur, apakah perempuan itu mau mengembalikan uang Malvin?Kelly tidak benar-benar ingin mengembalikan uang. Perempuan itu hanya ingin men
Lydia mengajak beberapa orang, tapi tidak ada yang mau menemaninya pergi ke taman bermain. Gabrielle dan Bella menolaknya dengan serta-merta. Oleh karena itu, Lydia hanya bisa membawa Tiger.Untuk menyamarkan Tiger, Lydia memakaikan pakaian seperti kucing berwarna oranye besar pada Tiger, sehingga Tiger benar-benar terlihat seperti anak kucing yang lucu. Tiger tinggal di dalam tas Lydia, sesekali dia menjulurkan kepalanya untuk melihat-lihat.“Wah, aku juga mau main kuda-kudaan ....”“Aku juga mau naik roller coaster ....”“....”“Kamu harus tenang, kamu ini seekor harimau,” kata Lydia.Tiger bersembunyi lagi di dalam tas Lydia senilai enam miliar itu, lalu mengeong, “Meow ....”Lydia spontan tertawa, lalu mengelus kepala Tiger sambil berkata, “Pintar ....”Lydia datang ke sini untuk urusan bisnis. Dia tidak mendapatkan foto pengurus rumah tangga Charter. Kemungkinan orang itu sedikit lebih tua, jadi dia terus memperhatikan pria yang lebih tua.Akan tetapi, kebanyakan orang-orang yang