Lydia bermain dengan mereka sampai sekitar pukul satu dini hari, dia menang terus saat bermain mahjong.Meskipun Lydia bisa melihat kalau semua orang sengaja mengalah, dia tetap saja terus melanjutkan permainan hingga beberapa ronde.Pada akhirnya, Melani bahkan sudah hampir kapok kalah, lingkaran hitam di bawah matanya membuatnya terlihat kasihan. Saat itu, Lydia baru bilang berhenti.Keesokan harinya, Lydia tidur sampai siang. Dia mengunci pintu kamarnya agar Tiger tidak bisa masuk, sehingga tidak ada yang mengganggu tidurnya.Sinar mentari yang hangat perlahan-lahan merayap ke wajah Lydia. Lydia pun berbalik dan melanjutkan tidurnya.Sesaat kemudian, ponselnya tiba-tiba berdering. Sial, dia lupa mematikan suara ponselnya. Lydia tidak mau mengangkat, tapi ponselnya terus berdering. Akhirnya, Lydia mengambil ponselnya dengan kesal. Dia semakin tidak bisa berkata-kata saat melihat nama si penelepon.“Gabrielle, kapan aku bisa tidur dengan nyenyak?”Gabrielle tertegun selama beberapa de
Dylan tersenyum, lalu berkata perlahan, “Tentu saja tujuannya sama denganmu.”Tanpa banyak bicara, keduanya hanya kompak kalau sudah menyangkut kepentingan. Mereka memiliki target yang sama, yaitu Charter.Lydia duduk di samping Dylan, jarak mereka begitu dekat. Saking dekatnya sehingga mudah untuk mencium bau mint yang sejuk di tubuh Dylan. Keduanya memiliki penampilan yang sangat menarik, tentu saja hal itu akan menarik perhatian banyak orang. Tidak peduli dilihat dari sudut mana, mereka berdua tampak sangat serasi.“Untuk masalah seperti ini juga harus Pak Dylan turun tangan sendiri?” tanya Lydia.“Bu Lydia juga datang sendiri, kan?”Dylan memelankan suaranya, tapi suaranya tetap terdengar merdu dan memabukkan. Lydia melirik ke arahnya, pria itu tetap bersikap tenang seperti biasanya. Akan tetapi, rasanya ada sesuatu yang berbeda dari pria itu. Jika dibandingkan dengan pria yang sudut matanya memerah kemarin, keduanya benar-benar seperti dua orang yang berbeda. Kenapa pria ini tidak
Begitu Lydia selesai bicara, ekspresi wajah Dylan menjadi kaku sesaat. Namun segera, semuanya berlalu begitu saja.Sudut bibir pria itu terangkat, lalu dia mengangkat tangannya, hendak menyisir rambut di samping telinga Lydia yang tertiup angin.Baru saja tangan Dylan mendekat, Lydia langsung menghindar dengan memalingkan wajahnya. Dylan menarik tangannya, lalu menatap Lydia dengan lembut sambil berkata dengan suara serak, “Oh ya? Tapi ... itu juga nggak akan pengaruhi aku ajak kamu makan.”Lydia menarik napas dalam-dalam. Mengapa pria ini menjadi seperti permen karet yang menempel padanya dan susah untuk dilepaskan?“Tapi aku nggak mau makan bareng kamu. Pak Dylan, kamu seharusnya tahu diri sedikit.”Dylan menyipitkan matanya, seulas senyum perlahan merekah di wajahnya. Kemudian, dia menjawab dengan suara lembut, “Aku nggak tahu diri.”Lydia sangat marah hingga merasa napasnya menjadi berat. Dia langsung berbalik dan pergi. Dia sama sekali tidak ingin bicara dengan pria itu lagi.Kes
Dylan terdiam lama, sorot matanya memancarkan kesedihan. Hatinya seperti terjerat benang tipis, membuatnya kesulitan bernapas.Saat Lydia bersamanya, Lydia tidak pernah mendapatkan rasa hormat yang seharusnya Lydia dapatkan. Setiap kali memikirkan hal itu, rasanya sangat menyesakkan.Sekarang Lydia sudah tidak peduli dengan semua itu lagi. Lydia tahu betul selama tiga tahun itu, Lydia yang terharu sendiri, dia sendiri juga yang maju dengan keberaniannya sendiri. Semuanya telah berlalu, biarkan semua itu menghilang.“Lydia ....”Dylan menatap Lydia dengan matanya yang gelap dan penuh kesedihan. Melihat Lydia yang berbicara dengan tenang justru membuat Dylan merasa semakin tidak bisa bernapas.Dylan mengepalkan tangannya dan berkata dengan susah payah, “Kelak hal seperti itu nggak akan terjadi lagi.”Dylan akan menempatkannya di posisi yang paling penting. Dia juga akan melindungi Lydia, tidak berani melakukan kelalaian sedikit pun.Lydia hanya tertawa, tidak memberikan tanggapan apa pun
Agustine Group.Lydia berencana membicarakan masalah Charter dengan Nixon. Begitu dia masuk, dia melihat seorang perempuan yang dikenalnya sedang duduk di ruang tunggu.Perempuan itu tidak lain adalah Kelly. Kelly juga melihat Lydia. Wajah Kelly tampak begitu pucat. Ada bekas tamparan yang masih terlihat jelas di wajahnya. Pada detik dia melihat Lydia, dia berlari ke arah Lydia. Namun, satpam segera menghentikannya.“Berhenti ....”Kelly berkata dengan tergesa-gesa, “Aku nggak akan lakukan apa pun. Aku hanya ingin tanya bisa nggak kasih aku nomor telepon Malvin. Setelah dipikir-pikir, aku harus kembalikan uang itu padanya ....”Lydia tidak bisa menahan tawanya, ekspresi Kelly seketika membeku.“Berikan padaku, aku akan kasih ke dia.”Lydia mengulurkan tangan sambil mengangkat alisnya. Jika bukan karena Samuel mengganti pengantinnya dan topeng Kelly hancur, apakah perempuan itu mau mengembalikan uang Malvin?Kelly tidak benar-benar ingin mengembalikan uang. Perempuan itu hanya ingin men
Lydia mengajak beberapa orang, tapi tidak ada yang mau menemaninya pergi ke taman bermain. Gabrielle dan Bella menolaknya dengan serta-merta. Oleh karena itu, Lydia hanya bisa membawa Tiger.Untuk menyamarkan Tiger, Lydia memakaikan pakaian seperti kucing berwarna oranye besar pada Tiger, sehingga Tiger benar-benar terlihat seperti anak kucing yang lucu. Tiger tinggal di dalam tas Lydia, sesekali dia menjulurkan kepalanya untuk melihat-lihat.“Wah, aku juga mau main kuda-kudaan ....”“Aku juga mau naik roller coaster ....”“....”“Kamu harus tenang, kamu ini seekor harimau,” kata Lydia.Tiger bersembunyi lagi di dalam tas Lydia senilai enam miliar itu, lalu mengeong, “Meow ....”Lydia spontan tertawa, lalu mengelus kepala Tiger sambil berkata, “Pintar ....”Lydia datang ke sini untuk urusan bisnis. Dia tidak mendapatkan foto pengurus rumah tangga Charter. Kemungkinan orang itu sedikit lebih tua, jadi dia terus memperhatikan pria yang lebih tua.Akan tetapi, kebanyakan orang-orang yang
Lydia merasa kasihan pada anak yang terpisah dari keluarganya itu. Lydia membawanya ke Agustine Group dulu. Setelah itu, Lydia meminta Shinta mengambil foto anak itu dan melapor polisi untuk mencari keluarganya.Anak bernama Mike itu sangat patuh. Dia selalu memegang erat tangan Lydia, tidak pernah melepaskannya barang sedetik pun. Baru saja mau pergi, Lydia tiba-tiba melihat Markus dan Marlo datang. Keduanya tampak bersemangat dan bangga. Mereka berdua tampak terkejut ketika melihat Lydia. Setelah itu, mereka berjalan mendekat.“Bu Lydia,dengar-dengar hari ini Bu Lydia sibuk seharian di taman bermain?”Lydia mengangkat alisnya. Cih, cepat juga informasi mereka.Markus tersenyum penuh arti, tidak bisa menutupi kepercayaan dirinya, “Bu Lydia nggak perlu sibuk sana-sini. Kali ini Marlo mendapatkan kerja sama dengan Charter, hal ini juga merupakan suatu kehormatan bagi Agustine Group. Bu Lydia tetap saja nona besar Agustine Group.”Marlo yang berdiri di belakangnya tidak bisa menahan tawa
Bagaimana pria itu bisa masuk? Lydia tiba-tiba teringat kalau dia tidak menutup pintu!Charter melirik Lydia sebentar dengan sorot mata sedikit dingin, pada akhirnya tatapan pria itu tertuju pada anak kecil berambut pirang di belakang Lydia.“Sini,” kata pria itu dengan suara berat.Mike langsung berlari ke arah pria itu, lalu mengulurkan tangan dan memeluk kaki pria itu sambil tersenyum. Setelah itu, dia berkata, “Papa ....”Pada saat keduanya berdiri bersama, meski fitur wajah mereka terlihat agak mirip, Mike memiliki wajah orang luar negeri, tapi ayahnya terlihat seperti orang lokal.Hanya saja, hal itu tidak mengganggu Lydia untuk terkejut ketika melihat ketampanan ayah dan anak itu.Charter sudah terbiasa dengan taktik si kecil. Dia mengangkat Mike dengan satu tangan dan berkata, “Suruh orang pergi, habis itu kamu pergi sendiri. Kamu merasa sudah hebat?”Mike menendang kakinya dan meronta dengan sedih, “Aku lihat Kakak cantik. Aku mau tinggal bersamanya. Aku suka dia, aku nggak ma