Suasana di sekitar mereka saat ini terasa sangat dingin membekukan sampai membuat siapa pun sulit bernapas dibuatnya.Dylan menoleh dengan tatapan dingin dengan sedikit keterkejutan yang tersirat di dalamnya, sedangkan Lydia menatapnya dengan santai. Dylan bisa melihat tatapan penuh rasa curiga yang tersirat dalam mata Lydia ketika tatapan mereka saling bertemu satu sama lain. Dada Dylan terasa sangat sakit dibuatnya lalu dia pun berkata, “Kamu curiga kalau aku yang menyuruh Aurel untuk melakukan semua ini?”Dylan memicingkan matanya dengan tajam. Lydia sama sekali tidak melontarkan sepatah kata pun. Dia hanya mencibir seakan menjawab semua pertanyaan Dylan tanpa harus mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Lucas yang berada di dekat mereka tampak gemetaran seakan dia sedang berusaha menahan situasi yang sangat dingin di sekitarnya. Apa ini?“Kenapa kamu muncul di sini kalau memang bukan kamu yang rencanain ini semua?” tanya Lydia yang membuat suasana dingin di sekitarnya tera
Aurel langsung gemetar ketakutan setelah mendengar perkataan Thomas. Thomas yang biasanya selalu bersikap sopan dan lembut tiba-tiba berubah menjadi ganas dan menyeramkan seakan siap untuk menerkamnya. Saat ini, semua kekaguman dan kegigihan yang ditunjukkan Aurel selama bertahun-tahun seakan tidak ada artinya lagi bagi Thomas. Raut wajah Aurel menyiratkan kalau dia sedang kesakitan, tapi tidak ada orang yang memedulikannya sama sekali.Lydia bisa mengetahui makna dari ekspresi wajah Aurel. Akhirnya dia pun berkata, “Perempuan itu nggak akan bisa memukulku.”Nixon dan Thomas langsung bernapas dengan lega setelah mendengar jawaban Lydia. Kemudian Nixon langsung mengalihkan pandangannya ke arah Dylan. Perangkat alarm itu tidak akan mungkin berbunyi kalau Lydia tidak sedang berada dalam mara bahaya. Jadi, apakah Aurel atau Dylan yang menjadi sumber bahaya bagi Lydia? “Kenapa Pak Dylan ada di sini?” tanya Nixon dengan tatapan rumit. Dylan langsung menatap ke arah Lydia dengan ekspresi
Lydia benar-benar tidak ingin tinggal di tempat ini lebih lama lagi. Jadi, dia memutuskan untuk kembali ke rumah untuk beristirahat. Malam sudah sangat larut ketika Lydia tiba di rumah. Keesokan paginya, hal pertama yang Lydia lihat di luar jendela ketika dia membuka mata adalah sebidang tanah yang dipenuhi dengan tumbuhan hijau yang sangat menyegarkan. Cahaya matahari terlihat mengintip dari sela-sela dedaunan dan langsung menyinari wajah Lydia. Sungguh pagi hari yang tenang dan indah. Lydia langsung melupakan semua kekesalannya akan semua kejadian tadi malam. Lydia bergegas bangun dari tempat tidurnya lalu membuka tablet untuk melihat kondisi pasar saat ini setelah sejenak menyegarkan dirinya di atas kasur. Nixon mengirimkannya pesan pada pukul 4 pagi. “Urusan Aurel sudah selesai. Kamu tidurlah yang nyenyak.”Nixon benar-benar cepat dalam mengurus masalah ini. Laki-laki itu tipe kakak yang akan sangat melindungi adik perempuannya. Jadi, Nixon pasti tidak akan sungkan untuk memba
Lydia tidak berkata apa-apa. Dia hanya terus menatap Kevin. Laki-laki ini sama sekali tidak terlihat sedang bercanda dengan kata-katanya. Suasana hening langsung menyeruak ke seluruh ruangan. Lydia juga merasa sedikit jatuh dengan apa yang dikatakan oleh Kevin. Keunggulan kecerdasan buatan yang mereka buat adalah kemampuan alat ini untuk mendeteksi penyakit yang diderita manusia secara dini. Ini adalah sebuah produk terobosan baru di dunia yang pastinya akan sangat bermanfaat. Mereka menggabungkan para perancang dari ketiga perusahaan ke dalam laboratorium gabungan milik Julist, Agustine dan Tansen Group. Hal ini mereka lakukan agar tidak mempersulit Kenny dalam mengerjakan proyek ini. Group Agustine tidak berencana untuk mengumumkan hak eksklusif akan teknologi chip ini kepada khalayak ramai saat ini. Karena mereka tahu hal itu hanya akan membuat kerja sama di antara ketiga perusahaan hancur. Pasar saham juga akan bergejolak dan akan ada banyak masalah yang tidak seharusnya muncul
Di belakang Lydia ada sekitar 5 orang yang mengikutinya. Semua orang itu mengenakan jas dan sepatu kulit yang membuat aura mereka terasa lebih dingin. Kemudian Shinta menekan tombol lift yang ada di depannya untuk naik ke lantai atas. Wajah Lydia tampak sangat serius dalam menghadapi masalah ini. Si resepsionis buru-buru memberi tahu sekretaris sekaligus sepupus dari Liana yang bernama Gina yang berada di lantai atas. Dia tampak acuh tak acuh ketika mendengar info dari resepsionis akan kedatangan Lydia. Sepertinya Gina merasa dirinya memiliki dukungan yang kuat dan jauh melebihi Lydia sampai dia bersikap tidak peduli seperti itu.Dia masih saja terus mengoles kutek di jarinya sambil berkata, “Dia langsung datang ketika mendengar perusahaan ini akan menghasilkan uang yang banyak. Dasar nggak tahu diri. Mau enaknya saja dia ....”Lydia bisa mendengar semua cemoohan yang diucapkan oleh Gina ketika dia tiba di lantai atas. Pengawal yang berada di belakang Lydia bergegas melangkah maju l
Lydia duduk di kursi utama ruang rapat sambil terus membuka lembaran dokumen yang diberikan oleh Shinta tanpa sekalipun mengangkat kepalanya untuk melirik ke arah Mila ataupun Liana. Akhirnya dia berkata dengan raut wajah yang terlihat dingin dan penuh penghinaan, “Kalian datang tepat waktu. Sekarang jelaskan padaku, apa yang kalian lakukan sampai bisa menjiplak kecerdasan buatan yang menjadi proyek gabungan antara Agustine Group dan Julist Group?”Mila tampak terkejut dengan perkataan Lydia. Namun, Liana berhasil mengendalikan diri lalu berkata, "Menjiplak? Produk ini adalah hasil kerja keras perusahaan kami. Kami sudah mengeluarkan banyak sekali uang untuk mendanai penelitian terhadap proyek ini. Sekarang kami sudah kebanjiran pesanan dari berbagai perusahaan dan nilai dari penjualan produk ini sudah mencapai dua triliun. Kak Lydia, kami tentu saja nggak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menghasilkan uang ....”Kompensasi yang harus mereka tanggung bisa sampai 3 kali lipat d
Raya berusaha untuk menghentikan perkataan Mila, tapi semua sudah terlambat. Suasana di dalam ruangan seketika berubah menjadi semakin dingin dan mencekam setelah Mila melontarkan kata-kata pedasnya.Semua orang tahu kalau Ibu kandung Lydia sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Namun, hal in adalah sebuah topik yang sangat sensitif yang tidak bisa diungkit oleh keluarga Agustine. Kemungkinan besar, Rizal akan langsung membunuh Mila di tempat kalau saja dia mendengar perkataan Mila yang mengungkit tentang mendiang istrinya. Bagaimana mungkin seseorang seperti Mila berani menyebut dan memaki ibu kandung Lydia di depan Lydia seperti ini? Liana langsung bisa menyadari ada hal buruk yang akan terjadi ketika melihat raut wajah Lydia yang berubah mengerikan. Tanpa sadar dia juga melirik ke arah Raya yang sekarang tiba-tiba saja terlihat tenang seakan amarahnya benar-benar sudah mereda dalam sekejap mata. Tatapan Lydia yang dingin dan ganas tiba-tiba saja terarah ke Mila lalu Lydia pun
Lydia bukanlah orang yang suka bermurah hati. Dia mungkin terlihat acuh tak acuh ketika orang memarahi dan memakinya, tapi tunggu saja apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia menuliskan semua yang terjadi di sebuah memo kecil dan akan kembali untuk membalaskan dendamnya. Lydia terus berjalan dengan sepatu hak tingginya dengan semua hinaan dan makian Liana dan Mila di belakangnya. Dia muak berada satu atap dengan kedua orang itu. Pengawal yang berada di belakangnya bergegas maju dan membukakan pintu untuk Lydia. Lydia melakukan segala hal dengan sikapnya yang arogan dan penuh intimidasi. Perilakunya ini membuat semua orang berpikir kalau Lydia memang terlahir untuk menjadi seseorang yang selalu berada di atas dan memandang rendah semua orang yang dijumpainya. Lydia akhirnya tiba kembali di kantor pusat Agustine Group.Orang-orang yang dikirim untuk melakukan reorganisasi di cabang Kota Jenus sudah mulai menjalankan seluruh prosesnya. Oleh karena itu, Lydia sudah mulai bisa mengab
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa