Angka tersebut tidak kecil! Siapa yang sanggup membelinya?Siaran tersebut banyak peminatnya, tetapi tidak ada yang berani membeli. Nominal tersebut membuat siapa pun yang melihatnya akan membelalak terkejut. Sejak harga tersebut diumumkan, tidak ada orang yang berani membelinya. Yang dijual merupakan sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Harimau.Siapa yang akan beli pulau melalui siaran langsung? Sang pembawa acara hanya bertujuan membuat kegemparan dan kehebohan aja untuk menarik minat para penonton. Namun sesaat kemudian pulau tersebut berhasil terjual.Sebuah akun bernama “Bayi Kaya” membuat para penonton heboh! Akun milik Lydia kembali ramai dibicarakan. Sejak dia membeli seluruh produk siaran hingga pulau kecil ini membuat semua orang menganggap, bagi orang kaya uang itu hanya sebuah nilai saja.Lydia masih tidak tahu apa yang sudah dirinya lakukan hingga menjadi pembicaraan publik. Setelah selesai cuci muka, Tiger melompat menghampiri kakinya dan berkata, “Mama, aku beli satu h
Di sisi lain, bartender yang mendengar percakapan kedua perempuan itu tercenung. Ternyata di dunia ini hanya ada Lydia yang menganggap Dylan tidak berharga.Akan tetapi, dia melihat dua sosok lelaki yang berdiri di belakang kedua perempuan itu. Kenapa wajahnya terlihat seperti Dylan?Tangannya gemetar dan membuat gelas yang dia pegang jatuh dan pecah di lantai.“Pa-pak Dylan?” Tubuh Lydia dan Gabrielle seketika menegang kaku. Mereka berdua dengan kompak memilih untuk tidak menoleh. Kenapa perasaan Lydia mendadak menjadi berantakan? Dia bisa merasakan tajamnya tatapan dari arah belakang yang sedang tertuju pada dirinya.Namun sesaat kemudian dia sudah tenang dan merasa tidak ada yang perlu ditakutkan. Dia tidak salah bicara sedikit pun. Baginya sosok Dylan memang tidak berharga.Lydia mencoba bersikap santai dan menoleh ke belakang. Tidak ada orang di sana dan dia bergegas memutar kepalanya untuk melotot pada sang bartender. Dengan cepat bartender itu menjelaskan, “Beneran, saya nggak s
Keesokan paginya Lydia memilih terusan rok berpotongan sedikit mengembang yang membuatnya terlihat sangat cantik dan menawan. Saat tiba di kantor, Shinta memberikan dokumen laporan untuk perempuan itu.“Siang ada acara lelang. Yang memiliki harapan untuk menang lelang adalah tanah yang berada di lokasi strategis itu. Selain kita, ada Tansen Group juga.”Lydia mengangguk dan tidak terkejut sama sekali. Bagaimana mungkin Tansen Group akan melepaskan tanah yang menguntungkan tersebut?Dia membuka halaman pertama dan bertanya, “Ini harga maksimal kita?”Nominal tersebut tidak kecil. Shinta mengangguk dan berkata, “Benar.”Lydia sudah ada jawabannya dalam hati dan dia berencana untuk hadir dalam lelang tersebut.Di dalam ruang pelelangan yang begitu megah, terlihat ada banyak orang yang berlalu lalang. Mereka berkumpul dan berbincang, tetapi tidak ada yang bersedia membocorkannya karena terkait dengan kalah dan menang.Begitu masuk dalam ruangan, Tony sudah berdiri di dalam sana sambil bers
Kalau begitu maka kesempatan mereka untuk menang menjadi lebih besar.Lydia mempertahankan senyuman santun, tetapi perasaannya sedikit panik. Kemungkinan dia akan pulang dengan tangan kosong. Akan tetapi, Lydia juga tidak ada rencana untuk menyerah. Dia berniat untuk terus mempertahankan tanah tersebut.“900 triliun.”Ruangan tersebut hening mendadak. Pertarungan harga yang sesungguhnya baru saja dimulai. Aurel menatap Lydia dengan sorot menyala dan tanpa ragu sambil berseru, “960 triliun.”Harga terus meningkat dan mendekati harga maksimal Lydia. Meski Agustine Group sanggup mengeluarkan dana sebesar itu, dia tidak perlu membeli tanah tersebut hanya untuk keuntungan yang tidak banyak dalam waktu beberapa puluh tahun. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk pada Shinta dan berkata, “980 triliun.”Angka tersebut adalah harga terakhir dan tertinggi yang akan ditawarkan Agustine Group. Aurel terlihat menggoyangkan papannya. Detik itu juga Lydia mengerti kalau harga tertinggi mereka juga
Satu buah tanah saja sudah dianggap sebagai mahar pernikahan? Lydia tidak menyangka kalau uang sebanyak itu dikeluarkan hanya untuk dirinya. Mendadak perasaannya menjadi sulit dijelaskan. Lydia bukannya tidak sanggup menambahkan sepuluh milyar, tetapi peraturan perusahaan tidak bisa dipermainkan begitu saja dan tidak bisa diganggu gugat dengan seenak hati.Akan tetapi sikap lelaki itu membuat Lydia merasa tertekan. Tiba-tiba Aurel terkekeh dan berkata, “Nggak disangka ternyata kalian bisa main-main dalam bisnis. Jangan-jangan Thomas mau mempertaruhkan seluruh keluarga untuk mengambil hati perempuan?”Kalimat tersebut jelas sekali sudah kelewat batas. Kening Thomas berkerut dan raut wajahnya terlihat dingin. Dia tidak memedulikan Aurel dan hanya terkekeh sambil berkata, “Asalkan dia bahagia, semuanya setimpal.”Satu kalimat sederhana lelaki itu membuat ekspresi Aurel menggelap. Ucapan dan gerak gerik Thomas telah melukainya tanpa disadari. CEO perempuan yang tangguh itu mendadak tampak
setelah masalah ini selesai, Lydia akhirnya bisa menghela napas lega. Gabrielle mencarinya untuk berjalan-jalan dan langsung disetujui oleh perempuan itu.Keduanya berjalan dan berhenti di setiap toko hingga tiba di pameran mobil. Di bagian tengah terdapat sebuah mobil yang begitu menarik perhatian. Mobil Artero yang membuat Lydia berdecak kagum.Seharusnya ini mobil pertama di dalam negeri. Lydia tidak bisa menahan diri untuk terlihat jatuh cinta pada mobil tersebut.“Mobil secantik ini seharusnya ada di garasi mobilku.” Gabrielle mendecih karena sepertinya Lydia tengah melayang dan bermimpi.Kebetulan seorang karyawan berjalan mendekat. Melihat pakaian mereka berdua yang berbeda serta Lydia yang pernah menghebohkan dunia media sosial membuatnya langsung mengenali perempuan itu. Lydia menghabiskan uang 16 triliun serta 40 triliun dalam satu waktu membuatnya sangat terkesan.Kalau saja Lydia menjadi salah satu kliennya, dia tidak perlu bekerja selama satu tahun! Mata karyawan tersebut
Aurel sudah membuka suara dan sepertinya tidak baik jika menolak. Lydia tersenyum paksa sambil berkata, “Tentu saja, silakan.”Terlihat jelas bahwa Aurel menjadikannya sasaran, bukan? Akan tetapi kenapa? Dia tidak habis pikir dan tidak mengerti.Saat tiba di toko barang mewah, karyawan di sana mengenali Lydia lagi. Perempuan itu menjadi pemilik anggota khusus dan juga merupakan pembeli paling dihormati. Dengan cepat karyawan di toko itu menyambut Lydia.“Ada yang bisa dibantu, Bu Lydia?”“Ada dua tas terbaru yang baru dirilis dan di seluruh dunia hanya ada tiga. Kebetulan di toko kami ada satu, apakah Ibu mau melihatnya?”Tanpa menunggu respons dari Lydia, sudah ada orang yang membawanya keluar. Tas itu memang sangat cantik!“Bungkus!” sahut Aurel tanpa ragu.Semua orang terkejut dan tercenung. Mereka menatap Lydia tanpa sadar. Yang ditatap hanya memasang senyum penuh arti dan berkata, “Nggak dengar apa yang dikatakan Bu Aurel?”Mereka bergegas menjalankan instruksi dari Lydia untuk me
Setelah selesai bertanya, Lydia menopang dagunya dengan kedua tangan sambil menatap perempuan itu dengan memiringkan kepalanya. Sudah tiga detik terlewati, tetapi tidak ada jawaban. Diam artinya kebenaran yang tidak tersampaikan. Lydia tersenyum mengerti karena Aurel telah ketahuan. Tatapan yang tenang terdapat sedikit emosi di sana.“Aku hanya nggak suka dengan sifat Bu Lydia yang menjadikan orang lain ban serap. Apakah kamu merasa puas?”“Apa?” Kenapa kalimat tersebut sangat tidak enak di dengar?“Memangnya nggak seperti itu? Perasaan Thomas selalu kamu gantung. Kalau bukan ban serap, memangnya apa lagi?” tanya Aurel langsung.Gabrielle tidak terima dan berkata, “Sejak kapan kamu melihat kalau dia menggantung perasaan Thomas?”“Memangnya kamu tahu apa tentang hubungan antara kami?” balas Lydia.Aurel pucat pasi, tetapi dia tidak mau kalah dan membalas, “Karena hubungan kalian baik, Bu Lydia memangnya boleh mempermainkan perasaannya tanpa sedikit pun perasaan bersalah?”Ekspresi Lydi
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa