“Bu Zahra?” Zahra mendongak angkuh sambil berkata, “Nggak disangka Bu Lydia masih ingat aku. Katanya perjodohan bisnis antar keluarga akan terjadi jika keduanya serasi. Tadi itu pasanganmu? Meski raut wajahnya biasa saja, usianya juga sedikit tua. Sepertinya dia berasal dari keluarga kaya raya. Jika tidak mana mungkin bisa disandingkan dengan Bu Lydia yang begitu elegan dan mahal?”Zahra tidak begitu sering mengikuti berita sehingga tidak tahu hubungan Lidya dengan Liam. Santi berkata padanya bahwa jika terkena pembalasan dendam Lidya maka dia akan sulit terbebas. Saat Bella ingin mengatakan sesuatu, Lydia bergegas menahannya.“Jangan pikir aku nggak bisa melakukan sesuatu pada warga Koria. Jauh-jauh dari sini! Aku mual mendengarmu berbicara!” kata Lydia yang membuat Zahra malu.Dia mengeluarkan ponsel dan mengangkatnya sambil berkata, “Asalkan aku minta orang untuk cari tahu pemilik mobil tersebut maka akan tahu siapa sosok lelaki itu. Aku tahu mobil itu karena papaku juga ada. Hargan
Orang di sekeliling terkejut. Ternyata yang berbahaya tidak hanya Lydia, mereka juga akan kebagian jatah. Ini adalah acaranya keluarga Rosenthal, jika terjadi sesuatu maka keluarga Rosenthal juga akan turun tangan.Mendengar itu sang pelayan keluarga Rosenthal tampak tegang dan memberikan lirikan mata pada dua orang anak buahnya sambil berkata, “Bawa orangnya, orang yang di belakang harusnya nggak boleh sembarangan kabur.”Lydia dan Bella saling berpandangan sejenak dan mengikuti pelayan lelaki itu masuk. Mereka menyapa Ryadi terlebih dahulu sebelum mencari Thomas. Lelaki itu sedang dikelilingi para tamu yang mengajaknya bersulang. Melihat Lydia yang datang membuat Thomas seperti melihat malaikat penolong.“Pasanganku sudah datang, kalian yang nggak ada pasangan nggak boleh minum denganku!”Semua orang semakin kesal. Akan tetapi tidak ada yang berani bersuara ketika melihat Lydia. Mereka hanya memamerkan cengiran lebar sambil berseru.Perempuan dengan terusan panjang tersebut terlihat
Lydia mendongak dan tertawa ketika mendengar ucapan lelaki itu. Pemandangan tersebut membuat tatapan Dylan semakin menggelap. Dia meletakkan gelas alkohol dan berjalan mendekat tanpa ragu.“Dylan, jangan buat onar,” kata Lucas dengan panik.Musik di pentas kebetulan sudah berhenti. Artis yang ada di pentas membungkuk memberi hormat dan mengundang riuh tepuk tangan dari penonton. Tampak Zahra tersenyum penuh arti pada Lydia yang tidak jauh dari sana.Bella merasa ada yang salah dan mendekati Lydia sambil berbisik, “Zahra buat sesuatu lagi?”Lydia tersenyum acuh dan berkata, “Ada yang cari mati, jangan tahan dia.”Bella mengangkat alisnya karena tahu kalau Lydia ada caranya sendiri dan merasa lebih tenang.“Halo, semuanya. Aku Zahra dan hari ini bisa hadir di tempat ini merupakan sebuah keberuntungan. Pertama-tama aku ucapkan selamat ulang tahun untuk Thomas.” Riuh tepung tangan kembali terdengar. Setelah itu Zahra kembali berkata, “Aku ingin mengundang Bu Lydia untuk naik ke pentas berm
“Pak Dylan, apa yang mau kamu lakukan?” tanya Thomas dengan tidak senang. Bisa-bisanya ada orang yang merusak momen romantis tersebut. Dia tidak akan mengalah pada Dylan!Dylan sendiri mengabaikan ucapan Thomas dan mata hitam legamnya menatap Lydia dengan lekat. Jam Philta yang ada di tangan perempuan itu begitu berkilau. Namun saat ini Dylan terlihat benci sekali dengan jam tersebut. Detik ini juga dia ingin sekali membuang semua jam miliknya yang memiliki merek serupa.Lydia memutar pergelangan tangannya agar terlepas dari cengkeraman lelaki itu. Tatapannya terlihat dingin ketika menatap Dylan dan bertanya, “Ada apa, Pak?”Bibir lelaki itu menipis dan hendak berkata sesuatu, tetapi Lydia tidak memberikan dia kesempatan.“Nanti baru bicara, sekarang adalah acara ulang tahunnya Thomas, Pak Dylan jangan mencuri perhatian orang-orang.” Lydia tersenyum dan melanjutkan kegiatannya memasangkan jam tersebut di pergelangan tangan Thomas.“Thomas, selamat ulang tahun,” ujar Lydia sambil tersen
Lucas menyimpan senyumannya tadi dan dengan gugup berkata, “Eum … aku juga nggak menyangka.”Semua salah Monica karena perempuan itu yang membuatnya salah paham. Namun siapa yang bisa menebak kalau ternyata Lydia begitu kejam? Pemandangan hari ini sungguh sangat menjatuhkan harga diri Dylan.Bella dan Lydia mencari toilet dan menemukan sosok Zahra yang baru saja selesai mengganti pakaian. Perempuan itu terlihat sedikit menegang dan sedetik kemudian maju dan hendak berbicara. Namun mendadak pelayan keluarga Rosenthal masuk bersama dengan beberapa anak buah.Dia menunduk pada Lydia dan berkata, “Bu, maaf mengganggu. Saya urus sedikit urusan dan hanya akan menghabiskan beberapa menit saja.”Lydia dan Bella saling berpandangan kemudian mengangguk.“Silakan.”Lelaki itu memberikan tatapan mata pada dua orang anak buahnya yang tiba-tiba maju untuk menarik lengan Zahra. Kemudian mereka menarik perempuan itu ke arah luar.“Apa yang kalian lakukan?! Pak, ada yang salah paham?”Zahra tentu saja
Lydia dan Bella kembali ke ruangan acara. Semua orang terlihat tertawa dan saling berbincang seakan masalah tadi tidak ada. Setelah tahu identitas Lydia, tidak ada yang berani memaksanya minum dan menyinggung perempuan itu.Lydia merasa sedikit lelah dan berjalan ke arah balkon. Tempat itu sangat tenang dan indah, dari jendela bisa melihat danau dan aroma alam yang tenang. Ketika dia baru bisa merasakan ketenangan, terdengar suara langkah kaki yang mendekat.“Lydia, kenapa kamu ada di sini?” tanya Lucas.Raut wajah perempuan itu terlihat santai dan tampak sedikit kesal. Lydia mendelik pada lelaki itu dan berkata, “Memangnya aku perlu izinmu untuk berada di sini?”Lucas memberanikan diri untuk membantu sahabatnya itu dan berkata, “Bukan bermaksud seperti itu. Lydia, jam itu bukannya untuk Dylan? Dia menunggumu semalaman waktu hari ulang tahunnya, tapi kamu nggak datang.”Lelaki itu merasa Dylan sungguh sangat kasihan. Mendengar itu Lydia hanya terkekeh dan menatap lelaki itu dalam diam.
Dylan mengatakan hal ini untuk membuat hatinya sakit, kan? Dylan sangat kejam sekali!Akan tetapi hatinya sudah kebal dan kuat bagaikan baja. Kening Dylan berkerut dan baru saja hendak mengatakan sesuatu, sosok Thomas yang tidak jauh dari sana menyadari mereka berdua sedang berbincang dan segera menyusul.“Malaikat Lydia,” panggil Thomas yang membuat ujung bibir Lydia terangkat ke atas. Perasaannya yang tadi sedih karena Dylan mendadak menjadi jauh lebih ringan. Thomas datang dan langsung merangkul bahu Lydia. Dia melirik Dylan dengan sorot penuh persaingan dan permusuhan.“Mau main? Kita bertiga dan kurang kamu.”Jika sepuluh menit yang lalu ditanya oleh Thomas, perempuan itu masih tertarik untuk main mahjong. Akan tetapi sekarang dia tidak tertarik dan menjawab, “Aku capek, mau pulang.”“Aku antar,” ujar Thomas dengan cepat.“Hari ini nggak perlu, Om Liman yang jemput. Kamu bintang acara malam ini, nggak boleh pergi duluan.”“Aku nggak masalah, kamu lebih penting dari mereka,” kata T
Anak perusahaan dari Agustine Group sedang mengeluarkan produk aksesoris untuk lelaki dan sedang mencari duta dari perusahaan tersebut. Mendengar kabar tersebut membuat banyak perusahaan agensi yang ingin memperkenalkan artis mereka.Syarat untuk terpilih juga sangat ketat dan tidak boleh ada sedikit kekeliruan. Akan tetapi, jika berhasil dipilih maka akan menjadi sebuah pembuktian buat mereka.Lydia sedang melihat foto artis-artis dengan serius hingga matanya nyaris buram. Shinta yang berdiri di samping berpikir-pikir apakah mau menyampaikan berita yang baru dia dengar pada Lydia.“Bu, Santi sudah bebas karena dijamin oleh Hanggono Group. Dia juga menjadi wakil CEO di kantor. Sedangkan Zahra sudah kembali ke negaranya.”Lydia mengangkat alisnya dan tidak heran ketika mendengar informasi tersebut. Keluarga Rosenthal tidak sulit untuk melakukan hal itu. Selain itu, kesalahan Santi juga kecil sehingga Hanggono Group juga pasti bisa menyelesaikannya.Lydia menutup foto di tangannya dan b