“PIM!” teriak Helena dan Shane berbarengan. Tepat saat itu Jeremy dan Barbara balik ke cafe dengan napas yang memburu. “Kata kakakku pemilik cafe ini datang, apa kau melihatnya Helena?” tanya Jeremy dengan panik. Barbara melihat kecanggungan yang aneh di meja nomor sembilan. “Hah?” Helena bergumam dengan bingung. Shane langsung menyambar pertanyaan Jeremy. “Tidak ada yang datang selain aku.” Jeremy baru akan bernapas lega, Shane sudah memberikannya perintah lagi. “Ambilkan semangkuk sup asparagus di dapur dan letakan di sini.” Jeremy melihat Helena, seakan ingin memberikan perintah pada anak buahnya itu, tapi kembali Shane menghentikan tindakannya. “Kamu, kamu yang ambilkan,” perintah Shane sambil menunjuk manajer cafe itu. Dominasi pria tampan yang sedang duduk di meja nomor sembilan itu begitu kuat, hingga membuat Jeremy langsung mengangguk bingung dan otomatis melaksanakan perintah Shane. “Aku akan mengawasi apa yang ditontonnya,” ujar Helena ketika perhatian Shane kembal
Shane balik lagi ke meja nomor sembilan setelah mengangkat telepon dari tunangannya. Ia tidak mendapati Helena lagi di meja itu. ‘Apa yang ia ingin katakan tadi?’ Ada perasaan sesal di hati Shane ketika mengangkat telepon dari Athena dan meninggalkan Helena di mejanya sendirian. Tapi jika ia tidak segera mengangkat panggilan dari Athena, pria itu merasa sedang mencurangi tunangannya itu, bagaimanapun Shane sudah mengikat komitmen dengan Athena, sedangkan dengan Helena semua sudah berakhir. Lelaki bersurai abu gelap itu kemudian bertanya pada Barbara karena mencari mantan istrinya. Helena ternyata sedang bermain dengan Primrose di dapur. “Apa yang ingin kau katakan tadi, Helena?” tanya Shane begitu masuk dapur. Helena mengerutkan dahinya. ‘Apa ia tidak membaca, selain staf dilarang masuk dapur? Walau notabene ia lah pemilik cafe ini’ Wanita cantik berambut hitam itu merapikan apronnya, seakan memberi jeda pada dirinya untuk menghadapi mantan suaminya. “Apa aku akan diundang ke pe
Shane berada di perjalanan menuju rumah sakit Digory. Sepanjang perjalanan ia masih memikirkan mantan istrinya itu. ‘Helena dan anaknya memang bukan tanggung jawabku, tapi entah kenapa aku benar-benar ingin memastikan kebahagian mereka. Dan kurasa hal itu tak menyalahi komitmenku pada Athena.’Entah sejak kapan rasa benci pada Helena menguap di dada lelaki paling berkuasa seantero Digory Valley itu, mungkin ketika Helena tak sesuai dengan pemikirannya selama ini. Saat Helena bercerai dan tak membawa apapun dari harta Digory, hal itu mematahkan penilaian Shane kalau mantan istrinya adalah wanita mata duitan. Dan ketika orang di sekitar Shane menuduh kalau Helena berselingkuh dengan banyak pria hal itu malah berubah menjadi tudingan tanpa fakta dan dasar yang jelas. Karena hal itu lah yang membuat Shane memiliki pemikiran berbeda tentang mantan istrinya. Selain karena, jika Shane mengingat lagi kenangan mereka saat masih terjalin hubungan pernikahan pun, Helena memperlakukan pria tampan
Brian Scoot sudah lama naksir dengan tunangan Shane Digory, Athena Ariana. Tapi semasa sekolah ia tak pernah benar-benar menyatakan cinta pada gadis cantik berambut merah itu, karena Brian yakin ia akan ditolak mentah-mentah. Perhatian Athena hanya untuk Shane Digory seorang. Walau begitu Brian Scoot tetap berada di sekitar Athena, ia juga banyak mendekati wanita lain sebagai selingan untuk melupakan Athena, tapi hanya teman sekolahnya itu lah hati dokter itu tertambat. Brian Scoot bahkan rela melakukan apapun hanya untuk Athena, termasuk membohongi sahabatnya, Shane Digory. "Tuhan mengabulkan permintaanku yang ingin childfree," ucap Athena semasa mereka sekolah. "Maksudmu?" tanya Brian Scoot sambil menyesap rokoknya. Athena menyodorkan hasil rekam medisnya. "Aku mandul. Untunglah hidupku tak direpotkan oleh anak-anak. Tapi diantara sekian banyak permintaanku harusnya Tuhan mengabulkan agar aku menjadi kekasih Shane Digory." Brian Scoot hanya geleng-geleng kepala pada siswi sekol
Ruang kepala HRD yang merupakan ruangan tempat Jane bekerja itu dipenuhi dengan atmosfer berat, dua wanita pegawai senior di rumah sakit Digory itu tampak tegang berhadapan dengan Shane. Brenda, perawat senior dengan tubuh gemuk dan rambut panjang yang digelung rapi itu menatap Jane sekilas sebelum melanjutkan perkataannya.Shane langsung memberikan perhatian penuh pada Brenda, mengalihkan pandangannya pada komputer database yang ada di sampingnya sebagai reaksi atas pernyataan perawat senior itu.Brenda yang mendapati mata dengan iris coklat hazelnut menatap lurus padanya langsung tersipu malu dengan jantung berdegup kencang, bagaimanapun pria yang merupakan kepala yayasan rumah sakit Digory itu sangat tampan."Saya mengenal Nona Helena Kyle dan siapa yang dijenguknya lima tahun silam. Karena saya lah yang ditugaskan untuk mengurus pasien yang selalu dikunjungi Nona Helena." Brenda menjalin jari-jari tangan di pangkuannya saat Shane menatap tajam ketika ia membeberkan informasi itu.S
'Apakah pasien itu adalah anak Helena sebelum Pim? Bukankah itu hanya gosip tidak jelas dari sekolah yang mengatakan kalau ia sudah memiliki anak, bahkan berita itu berasal dari si brengsek pembohong besar Gary Miles.' Brenda mengangguk mantap menjawab pertanyaan Shane. Terlihat pria yang sedari tadi bertanya itu mulai frustasi, bagaimana bisa dugaannya meleset jauh dan gosip di sekolah justru menemukan faktanya. “Apa pasien itu anak dari Helena? Apa anak perempuan itu keluar rumah sakit bersamaan dengan Helena? Kau tahu dimana anak itu tinggal sekarang?" Pertanyaan beruntun ditembakkan oleh Shane karena ia begitu penasaran dengan mantan istrinya itu. ‘Helena hanya tinggal berdua saja dengan Pim dan aku tak melihat anak lain selain Pim.’ Alis Brenda bertaut, sedikit bingung dengan antusiasme Tuan Shane Digory dengan pasien yang pernah dirawatnya. "Pasien itu bukan anak Nona Helena, Tuan Digory. Dia adalah adik kandung Nona Helena. Pasien itu bernama Rose Kyle.” Shane semakin terke
"Kau mendengarkanku, Sayang?" Athena menatap wajah Shane dengan alis bertaut."Hmm? Apa yang kau katakan?" Shane seakan baru kembali ke bumi setelah tunangannya memanggilnya dari tadi. Sepasang kekasih itu sedang berada di toko bunga terbesar yang merupakan mitra kerja mall Digory. Athena menginginkan pernikahan dengan dekorasi bunga asli. Lagipula bunga palsu terlihat sangat tak berkelas di matanya. Wanita cantik berambut merah tembaga itu tak percaya pada vendor pernikahannya untuk memilih bunga asli. Athena selalu menyalahkan bunga pilihan vendornya itu."Mereka memiliki selera yang murahan terhadap bunga." Athena kembali melihat wajah calon suaminya yang hanya diam seakan tak peduli."Sayang…," panggil Athena lagi. "Kau sedang memikirkan hal apa? Ini pernikahan kita. Aku ingin kau juga aktif memberi masukkan. Apa aku tak berharga disampingmu? Apa kau tak tertarik lagi dengan pernikahan ini? Apa kau tak ingin bersamaku lagi, Shane?"Shane mengembuskan napas panjang. "Ath. Hentikan,
Shane langsung melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah Athena.Wanita berambut merah itu masih sibuk memilih-milih bunga ketika tunangannya itu seakan berlari ke arahnya."Ath, beberapa waktu lalu sebelum acara Kate kau bilang ke makam ibuku dan menaruh buket bunga di sana. Apa nama bunga itu?" Shane bertanya dengan ekspresi rumit sambil menatap tajam pada tunangannya.Athena tertawa canggung karena terkejut akibat pertanyaan tiba-tiba itu. Bagaimanapun ia sudah berbohong pada kekasihnya, wanita itu bahkan tak tahu bunga apa yang ada di pemakaman yang dimaksud Shane.“A-aku lupa apa nama bunga itu. Itu bunga yang cantik dan sangat anggun seperti ibumu, Sayang.” Athena menjawab dengan gugup.Alis tebal Shane masih bertaut menanggapi jawaban Athena. Wanita berambut merah itu tahu kalau kekasihnya masih belum puas dengan jawabannya.“Bunganya mana ya? Banyak sekali bunga di toko ini. Aku membeli buket itu di toko kecil Salt Lake. Mereka hanya memiliki sedikit bunga di sana, aku membeli