Melihat ketiga orang itu pergi menjauh dari jarak pandangnya, Shane langsung bangkit dari tempat duduk dan melangkahkan kakinya mengikuti mereka.Helena tertawa kecil saat Martin menceritakan kelucuan yang dilakukan anak-anak didiknya hari ini. "Tapi Pim hebat bisa cepat menghafal yang Pak Guru ajarkan," ucap Martin sambil mengusap puncak kepala Primrose."Pak Guru juga pintar mengajar," balas Helena membalikan pujian Martin.Martin menatap teduh pada Helena. Ia sudah lama memperhatikan orang tua muridnya itu, tapi Martin tak ingin mengganggu Helena yang tampak senang menyendiri. Perlahan Martin mendekati wanita itu, mencoba akrab dengan Primrose tentu saja ia menggunakan privilege nya sebagai pengajar di sekolah itu. “Mama, Pim dapat peralatan sekolah. Semua teman-teman Pim juga dikasih dari sekolah ! Gratis!” Pim memberikan bingkisan besar yang dipeluknya sedari tadi. “Gambarnya penyihir merah muda bulan.”Helena merasa bersyukur melihat bingkisan itu. ‘Ah maafkan mama sayang yang
Helena tak percaya dengan kebencian Shane yang terasa semakin tak masuk akal baginya. Pria itu mengusirnya dari pulau, seolah belum cukup dengan itu padahal Helena telah mengembalikan apa yang ia terima dari keluarga Digory, Shane sekarang tiba-tiba saja datang dan memukul orang-orang di sekitar Helena secara random. 'Apa ia begitu membenciku?'Di samping Helena, telinga Martin masih berdengung sehingga tak mendengar apa pun."Jadi-." Shane menggantung kalimatnya masih bingung dengan situasi sebenarnya. "Tapi kenapa kau berteriak?""Aku berteriak karena ada laba-laba!"Alis tebal Shane masih berkernyit. "Dan kenapa ia menyentuhmu?" tanyanya sambil menunjuk pria di samping Helena.Helena tak percaya ia harus menjelaskan hal ini secara detail. "Pak Martin mengusir laba-laba di kepalaku, dan aku berteriak karena laba-laba itu," jelas Helena dengan nada kesal. Ia sekarang sedang berusaha memapah Martin.Martin mengusap wajah sambil berusaha mengusir rasa tak nyaman di kepala. Begitu ia sad
Karena ucapan dan perlakuan Shane pada Primrose tadi, entah bagaimana bisa membuat perasaan Helena lebih ringan. Ia tak melihat kedatangan mantan suaminya itu sebagai suatu ancaman untuk memisahkan dirinya dan Primrose. 'Lagi pula ia masih mengira Pim bukanlah darah dagingnya sendiri.'Helena melihat darah yang mulai mengering dari robekan di bibir Shane. Wanita berambut panjang itu menghela napas, ia mulai menimbang-nimbang untuk mengobati mantan suaminya itu. ‘Ia sepertinya belum sadar bibirnya berdarah, untung tak begitu parah,’ batin Helena mengingat phobia darah yang diidap oleh mantan suaminya itu. 'Tunggu apa dia mendengar kata-kata penolakanku pada Tuan Martin; yang ingin rujuk dengan ayahnya Pim?'"Kenapa Anda ada di sini?" tanya Helena mulai menyelidik. Shane tersenyum tapi pikirannya kalut. Ia sama sekali belum memikirkan alasan yang kuat berada di sini. Shane tak mungkin mengatakan alasan sesungguhnya kalau ia baru saja makan es krim dengan Primrose, bahkan bukan hari ini
Suara celotehan Primrose dan sesekali sahutan dari Shane terdengar dari kamar Helena ketika ia sedang mengambil obat, kapas, dan alkohol untuk mengobati Shane.'Mereka benar-benar akrab sekali.'"Shane juga suka warna itu, ya bajunya warna itu saja," komentar pria berambut abu yang tampak janggal duduk di ruangan sempit apartemen kecil Helena. Penampilan Shane terlihat terlalu mewah dibanding barang-barang usang yang menghiasi flat kecil itu.Helena tersenyum samar ketika mendengar Shane menyebut namanya sendiri saat berbicara dengan Primrose. 'Persis seperti saat ia berbicara dengan ibunya.'Tiba-tiba suara berdenging memekakan telinga terdengar dari luar apartemen. Shane yang tak terbiasa langsung menutup telinganya."Suara apa itu?" Tanya Shane tapi langsung tenggelam dengan suara seseorang memotong besi metal. Lelaki itu mengerutkan keningnya karena keributan yang menyakitkan telinga itu. Setelah bising selama lima menit yang terasa sangat lama bagi Shane, suara itu menghilang."P
Di waktu yang sama Shane melihat pintu apartemen Helena dari jalan kecil tempatnya tadi memukul Martin. Pria tampan itu terpaku cukup lama pada pintu besi yang memudar itu. 'Kenapa perpisahan kali ini terasa jauh lebih menyakitkan ya?'Shane kemudian mengambil ponsel, sebelum beranjak dari tempatnya ia mengirimkan titik koordinat lokasi apartemen Helena. Setelah itu lelaki berparas rupawan itu berjalan balik menuju mobilnya yang terparkir di dekat kuburan umum.Di atas kendaraan Ferrari keluaran lawas, Shane menghubungi tangan kanannya, Jasper."Ya Tuan?" sahut Jasper di ujung panggilan sesaat setelah ia mengangkat telepon dari Shane."Apa kau sudah menerima lokasi yang aku kirimkan?""Ya, Tuan." jawab Jasper singkat."Beli semua gedung dan tanah yang berada di sekitar apartemen itu, termasuk juga gedung apartemennya, berapapun harganya kau harus membelinya.""Baik Tuan. Apa Anda ingin segera meratakan bangunan termasuk gedung apartemen itu? Jika iya, saya akan negosiasi untuk kompensa
Thomas Digory menaikkan sebelah alisnya karena pertanyaannya dibalas pertanyaan lain oleh Shane Digory. "Kau tahu pasti kan kenapa ini begitu penting, Shane? Kau penerus keluarga Digory yang sah menurut ayahku, Graham Digory. Dan bagi keluarga Digory, keturunan itu sangat lah penting."Theresia Windsor menarik napas dengan panik. "Ah bukankah Kate akan segera memberikan mu cucu juga Thomas? Bahkan cucu lelaki," ungkap wanita dengan rambut blonde itu berusaha mencairkan suasana. Theresia mengungkap jenis kelamin janin yang dikandung Kate Windsor sebelum acara gender reveal itu berlangsung. Sudah jelas sekali acara itu hanya settingan publik semata.Thomas Digory menatap tajam ke arah Theresia Windsor yang langsung membuatnya bungkam. "Aku bahkan tak tahu ayah dari Kate. Ia bukan darah dagingku. Tahu tempatmu dan diam saja, Theresia. Apa kau sama saja dengan wanita tak tahu diri itu, Maria."Shane terlihat semakin geram saat nama ibunya disebut oleh ayahnya dengan nada merendahkan. Tanga
Athena senang setengah mati dan berusaha menahan senyum di wajahnya. 'Aku akan menikah dengan Shane bulan depan!' Jika tak sedang berakting pura-pura sedih karena Thomas -ayah Shane Digory tak merestui hubungan mereka, Athena pasti sudah sibuk menyeleksi wedding organizer ternama di kota itu.Wanita cantik berambut merah itu masih sibuk menyusut air mata hingga hidungnya memerah. Sesekali ia menoleh ke arah Shane yang sedang menggenggam tangannya. Pria tampan dengan postur tubuh atletis itu terlihat sangat khawatir sehingga membuat perasaan Athena membuncah bahagia. 'Aku benar-benar mencintaimu Shane!'Athena Ariana adalah sosok yang banyak membuat para wanita iri. Parasnya yang dilengkapi dengan fitur wajah imut, rambut merah dan iris mata biru cerah membuatnya memiliki kecantikan yang klasik. Tak hanya cantik. Athena juga berbakat, ia adalah atlet penari balet nasional, dan terkenal sebagai 'national sister', semua orang menjadikannya adik perempuan yang disayangi dan dimanja.Tapi
"Digory Valley?" tanya Helena cenderung meragukan apa yang ia dengar. Kota metropolitan yang lebih dari lima tahun lalu ia tinggalkan. Terlalu banyak kenangan yang Helena ingin lupakan dari kota besar itu. "Bolehkan Ma?" tanya Primrose penuh harap. Ia mengerjapkan mata cantiknya berkali-kali, berusaha agar Helena menyanggupi permintaannya. "Tapi untuk apa? Dan kenapa mesti ke Digory Valley, apa yang mau kau cari di sana Pim?" Untuk sesaat Primrose ingin berkata; "mencari Shane" Tapi ia tahu hal itu sudah pasti tak disetujui oleh mamanya, karena itu gadis kecil itu malah berkata, "Pim mau melihat pameran penyihir merah muda bulan. Teman-teman Pim banyak yang cerita lihat pamerannya di Digrory Valley." Helena termangu sejenak, ia seakan bingung memutuskan antara mengabulkan atau menolak keinginan Primrose. Primrose tak pernah meminta apa pun pada Helena, karena tahu keadaan mereka bagaimana, tampaknya putri kecilnya itu jauh lebih dewasa daripada umurnya. Namun, sekarang saat Primros