"Astaga! Kau telat!" Sambut gerombolan pria dan wanita yang sedari tadi berkerumun di kedai kecil itu.Gary Miles berdiri di depan kedai kecil itu, dengan ekspresi luar biasa terkejut. Ia bahkan membeku di tempatnya berdiri."Gary tidak dapat menutup mulutnya setelah bertemu dengan mantan kekasih sekolahnya dulu. Awas air liurmu menetes Gary Miles.""Hahaha, lihat dia tercengang. Aku pun terkejut tadi melihat Helena. Aku tak menyangka akan bertemu dengannya sekarang.""Gary tampaknya ingin kembali ke masa lalu. Saat ia merasakan Helena untuk pertama kalinya."Ledakan tawa kembali terdengar yang membuat Gary Miles mencoba meredakan ejek-ejekkan teman-temannya itu. Helena berdiri terpaku di tempatnya saat mendengar gurauan yang terakhir. "Apa maksud kalian?" tanyanya. Helena sudah mencoba mati-matian mengabaikan apa pun perkataan teman-teman semasa sekolahnya, tentu saja karena ia tak ingin mencari masalah dengan siapa pun yang berasal dari keluarga kaya raya. Tapi perkataan mereka bar
Wanita dengan rambut merah itu langsung berjalan keluar menuju tempat Helena dan Gary berada. Athena seakan tak peduli terik sinar ultraviolet langsung menghujam kulit mulusnya. Helena masih terus memberontak dalam kungkungan Gary Miles. Ia tak menyangka pria itu berani sekali melakukan hal ini padanya di siang hari bolong. "Brengsek hentikan, Gary!" umpat Helena saat pria itu mulai memasukan tangannya ke balik baju yang digunakan wanita berambut hitam panjang itu. "Oh ayolah Helena, hal ini yang kau sukai kan? Aku banyak mendengar cerita kau semakin liar semenjak menghilang saat ujian sekolah. Kau mengaborsi bayi mu kan saat itu, seseorang melihatmu bolak balik ke rumah sakit." Helena tak bisa menanggapi perkataan Gary, karena sekarang telapak tangan pria itu sedang menyumpal mulut Helena agar ta berteriak. Wanita berambut hitam itu masih berusaha melepaskan diri dari kungkungan pria yang melecehkannya itu. Gary mulai bernapas berat di tengkuk Helena, saat terdengar suara kamera p
Shane sama sekali tak menyangka kalau akan melihat Helena sedang berlutut dan siap melayani seorang pria dengan mata kepalanya sendiri. Jika ini terjadi tiga tahun silam maka Shane tak akan sangat terkejut seperti ini.Pria dengan rambut abu gelap itu memang tahu kalau Helena begitu liar di masa lalu, tapi tiga hari melihat apa yang terjadi di kedai kecil dan beberapa kali menemukan keganjilan dalam tudingan orang-orang pada mantan istrinya itu membuat Shane merasa kalau selama ini semua orang salah menilai Helena.Mereka yang salah menilai? Atau aku yang salah menilai?Tapi sekarang melihat pemandangan tak senonoh di depannya, Shane mulai meragukan penilaiannya. Ia tercengang melihat Helena dan Gary Miles yang juga balas menatapnya.Gary Miles tak kalah terkejut dengan kedatangan Shane, tapi ia hanya melihat sekilas ke arah pria yang paling terkenal di sekolahnya itu. Dirinya masih terbawa nafsu dan tak mempedulikan kalau yang datang adalah Shane Digory. Nafsu Gary sudah di ubun-ubu
Tepat setelah Helena mengatakan permintaannya, Shane langsung memberikan jalan pada wanita itu, ia melihat sosok wanita cantik itu melewatinya dengan langkah secepat yang tubuh ringkih lagi gemetar itu bisa lakukan. Air mata juga mulai turun dan membasahi kedua pipi wanita itu. Semua itu seperti adegan lambat di hadapan Shane. Begitu membekas dan terpatri di benak Shane Digory. Shane masih membeku di tempatnya saat Helena sudah menghilang dan Gary Miles melontarkan sumpah serapahnya. Sebenarnya rutukan itu ingin ia tujukan pada Shane Digory yang merusak suasana intim antara ia dan Helena. Tapi, siapa keluarga Miles jika dibandingkan Digory. Andaikata diibaratkan Miles lebih seperti anak ayam, sedangkan Digory adalah elang pemangsa.“Sialan. Jalang Sialan!" umpat Gary masih sambil membersihkan wajahnya dari pasir. Gary kemudian mengikuti jejak langkah Helena, tentu saja ia tak ingin buruannya hilang begitu saja."Shane, permisi. Aku ingin mengejar kekasihku," izin Gary dengan sopan ke
“Nona Athena mengenal Helena?” Matilda tak habis pikir bagaimana sosialita cantik dan kaya raya di hadapannya bisa mengenal gadis miskin seperti Helena. Athena menaikkan alisnya. “Bisa kau lakukan apa yang kuinginkan? Atau aku perlu memerintah orang lain?” Gadis bersurai merah tembaga itu tampak tak suka ditanya balik oleh Matilda. “Ta-tapi kenapa Helena, Nona?” Matilda masih belum paham. ‘Apa untungnya bagi wanita ini untuk menyingkirkan Helena. Dan hidupku akan sangat susah jika Helena pergi, lagi pula ia gadis yang baik dan giat bekerja. Apa ia cemburu kalau Tuan Shane akan menyukai Helena?’ Pikiran Matilda tiba-tiba melayang saat Shane Digory menanyakan rumah Helena saat ia tidak masuk karena sakit beberapa waktu lalu. “Ah! Jika Nona merasa Tuan Shane akan tertarik dengan Helena, kurasa Nona salah besar. Ia hanya menyukai sup asparagus-.” “Apa katamu?” Athena memotong ucapan Matilda karena ia sangat terkejut dengan fakta yang baru saja pemilik kedai itu ucapkan. ‘Shane menyukai
Anak lelaki itu mengambil ponsel lain di kantongnya dan menghubungi seseorang. Ponsel yang tadi terhubung dengan ibunya masih belum terputus hanya saja tak ada suara, tapi Shane masih terus memanggil nama ibunya hingga ponselnya yang lagi satu juga terhubung. "Iya baru saja menelponku! Cepat cari lagi, aku khawatir, aku tak ingin ia melakukan hal itu lagi." Mata Shane tampak memerah saat berbicara dengan seseorang entah siapa diujung sana. Ia terlihat sangat panik dan gusar saat memerintah orang itu untuk segera mencari ibunya. "Aku melacak lokasinya masih di sekitar sana, gedung dua puluh satu!" Suara Shane nyaris tercekat saat ia mengatakan pertanyaan selanjutnya, "ia tidak mencoba bunuh diri lagi kan?" "Ibuku masih hidup kan?" Helena membeku di tempatnya mendengar itu. Kemudian kenangan Helena tentang hal itu seakan terganggu dengan suara tawa kecil. Namun sebelum ia sepenuhnya sadar, Helena ingat setelah hari ia mendapati Shane menelpon ibunya itu, Shane tak masuk sekolah selama
“Tangkap wanita ular ini! Dia memperdayai kita selama ini! Usir segera dari tempat ini, dari pulau ini sebelum ia membuat kerusakan lainnya,” cecar Matilda sambil menuding Helena dengan jari telunjuknya. Helena mengerutkan dahinya, masih tak mengerti. Di samping Matilda, kepala desa dan beberapa warga desa tampak melihat Helena dengan pandangan menghakimi. “Ada apa ini, Nyonya Matilda?”“Berhenti bersikap polos, Helena! Aku tahu kau menipu kami selama ini!” serang Matilda lagi.Primrose berlari ke depan rumahnya ketika mendengar ada keributan. “Mama ada apa ini?” tanyanya dengan wajah mungil menggemaskan tampak kebingungan.“Masuklah, Pim,” perintah Helena. Ia berharap Tatiana segera datang, tapi yang datang malah segerombolan warga desa di pulau Rhee. Kepala desa menggeleng-geleng melihat Helena. “Padahal kau memiliki anak sekecil ini Helena, kenapa kau berbuat buruk pada pulau kami?”“Aku? Berbuat buruk?”“Astaga ia masih berusaha bersikap polos dan tak tahu apapun. Apa perlu kam
Beberapa jam yang lalu, Shane Digory mengendarai mobil Lamborghini Huracan hitamnya sendirian tanpa sopir. Ia berkendara dalam diam, tak ada alunan musik atau suara penyiar radio di dalam mobil itu. Shane Digory memang suka keheningan terutama ketika berkendaraan jauh, hal itu membantunya lebih berkonsentrasi.Lampu merah menghentikan laju kendaraannya, daun maple yang berguguran di sisi kiri dan kanan jalan membuat kota yang Shane datangi sekarang tampak begitu indah. Pria bersurai abu gelap itu berkendara kurang lebih satu jam ke salt lake, kota kecil dan tenang tak sebesar Diggory Valley. Kota tempat ibunda Shane Digory dimakamkan. Shane Digory mengetatkan coat panjang dari brand terkenal yang menutupi tubuh jenjangnya ketika turun dari mobil. Angin dingin memainkan rambut abu gelapnya dengan perlahan, membuat penampilan pria itu semakin tampan. Ia memandang muram pada kuburan umum yang berada di depannya. Ibu Shane Digory, Maria tak dikuburkan di makam keluarga Digory yang mewah
“Tes… Tes… satu, dua, tiga, tes, tes. Pim di sini.” Pim ketuk-ketuk dulu microphone ini ya. Kedengaran tidak? Pim mau cerita, ini ada kaitannya sama mainan baru, Pim. Kemarin Shane kasih ini diam-diam ke Pim ini. “Kamera buat ngerekam. Jadi sekarang Pim akan buat Vlog tentang keseharian Pim!” Pim semangat banget bicara di depan kamera. Sebentar, coba Pim ketok-ketok dulu kamera ini. Sudah jalan belum ya? Oh oke sudah baik. Mari kita rekaman lagi. “Hai selamat datang di Pim Vlog.” Sebentar Pim mikir dulu mau bilang apa lagi. “Okeh, terus apa lagi ya? Oh ya! Di Pim Vlog akan menceritakan-.” Cerita apa ya? Pim mau cerita apa ya? Mama nikah sama Shane? Rumah baru? Kamar baru? Boneka baru yang banyak? Tinggal di kota besar terus kemarin lewat toko kue yang warnanya merah muda. Duh mana duluan ya yang Pim ceritakan? Coba minta usulan Mama ah! “Mama, Mama!” Pim berlari-lari kecil ke dapur. Pasti Mama lagi di dapur. Kata Mama mau buat makan malam sih tadi. “Kenapa, Sayang?” Mama nany
Helena menautkan keningnya. “Tapi masih banyak masakan yang harus aku buat lagi pula bukankah banyak waiters di depan?” Jam makan siang baru saja dimulai, pesanan silih berganti tak henti-henti masuk ke dalam dapur. Helena juga turut sibuk menyiapkan hidangan untuk para pelanggan. Jeremy menggeleng kencang. “Tolong, hanya kau yang bisa melakukannya.” Helena menoleh ke arah pegawai lain yang berada di dalam dapur. Wajah semua orang tampak tidak keberatan, bahkan salah satu chef senior berkata, “tolong bantu Tuan Jeremy saja Nyonya Helena. Disini biar aku yang mengatasi.” Helena menangguk dan mengikuti Jeremy keluar dapur. “Memangnya ada apa, Jeremy?” tanya wanita berambut panjang itu masih bingung. “Itu, Tuan Besar Shane Digory. Ia -seperti biasa- ingin dilayani olehmu,” jelas Jeremy dengan senyuman lebar. Helena langsung terlihat kesal. Ia mengira terjadi sesuatu yang begitu darurat. Tapi bagi Jeremy dan semua pegawai lain, kehadiran Shane Digory adalah sesuatu yang darurat d
“Nyonya Helena!” sambut Jeremy dengan nada riang sambil membuka pintu cafe. Ia memakai kemeja merah muda dan celana bahan berwarna coklat kopi yang senada dengan keseluruhan warna bangunan di belakangnya. “Aku sudah menunggumu dari tadi.” Helena masih terpaku di tempatnya dan tak memperdulikan kedatangan Jeremy. Lelaki itu akhirnya mengikuti arah pandang wanita itu. “Nama yang norak ya?” Jeremy kemudian menyemburkan tawanya setelah mengatakan hal itu, tak lama sampai ia sadar Helena menatapnya tajam. “Ah, maafkan aku Nyonya Hel, tolong jangan laporkan pada suamimu. Aku masih harus mengumpulkan uang untuk membiayai pernikahanku dengan Barbara.” Helena langsung tertawa pelan. “Kalau begitu cepatlah kalian menikah agar kau lebih sadar.” “Tapi kulihat Tuan Shane semakin tak waras karena menikah Lihat aku tak menyangka ia akan memilih nama senorak itu. Dan kurasa hanya itu kekurangan cafe ini, semua sangat sempurna, dari bangunan, suasana, rasa masakan, promosi, dan para pengunjung sa
Lelaki tampan itu akhirnya mengekori kembaran dengan ukuran mininya itu menunggu di meja makan. Helena kemudian menggulung rambutnya ke atas dan mulai memasak sekaligus merapikan keadaan dapur yang berantakan. Shane tak bisa melepaskan tatapannya pada sosok wanita itu. Helena terlihat sangat luar biasa saat ini. ‘Cara ia menjepitkan rambutnya begitu seksi.’. “Ckck. Kau harus ingat ini, Shane.” Primrose merapatkan tubuhnya pada pria tinggi besar itu. “Jangan pernah membuang-buang makanan. Terakhir kali aku melakukannya, Mama membuatku menulis tulisan ‘aku menyesal’ sebanyak tiga lembar halaman folio dan Mama tak banyak bicara selama tiga hari.” Shane langsung menghela napasnya dengan berat. “Jadi aku melakukan kesalah lagi?” Ketimbang hukuman menulis tiga lembar halam folio, Shane lebih sedih ucapan Primrose yang mengatakan kalau Helena makin irit bicara selama tiga hari. ‘Aku ingin mendengar wanita itu bercerita padaku.’ Helena menghentikan obrolan ayah dan anak itu saat menghi
“Shane,” panggil Helena. Seketika laki-laki itu menoleh dengan wajah sangat terkejut, bahkan sutil di tangannya ikut terjatuh. “Kau sudah bangun, Helena?” Shane terlihat gugup sambil berusaha menyembunyikan ponselnya yang ia taruh di atas meja counter dapur. “Apa aku terlalu ribut hingga kau terbangun?” Helena memiringkan kepalanya, tapi tubuh besar Shane sudah menutupi layar ponselnya. ‘Seorang wanita ya? Kenapa aku berpikir setelah Athena ia tak memiliki wanita lain? Tunggu, kenapa aku harus peduli? Apa karena ia mengungkapkan rasa sukanya denganku kemarin jadi aku berharap lebih?’ “Helena…,” panggil Shane mengembalikan kesadaran wanita itu dari lamunannya. “Tunggu saja di ruang baca. Apa kau butuh sesuatu di dapur? Aku akan mengantarkanmu.” Helena langsung tersadar penyebab dia buru-buru ke dapur karena ada bau gosong yang sekarang mulai perlahan menghilang karena alat penghisap asap yang berada di atas kompor. “Tidak, aku hanya mencium bau masakan tadi-.” “Kau sudah lapar?” Sh
“Hah!” Helena bergumam terkejut. “Apa maksudmu?” “Apa kau tidak tahu, aku sudah dipindah-tugaskan ke cabang Digory Valley cafe itu. Begitu juga Barbara.” Helena menelan salivanya. ‘Ini pasti semua ulah Shane. Selain memindahkan sekolah Pim ke sini, ia bahkan memindahkan penempatan kerja orang tua sahabat-sahabat Pim, hingga mereka juga ikut pindah sekolah ke Digory Valley bersama dengan Pim. Astaga, pria itu benar-benar berniat kami berada di sini. “Baiklah aku akan ke cafe Shiny yang berada di Digory Valley untuk bekerja besok.” Jeremy tertawa. “Maksudmu bekerja sebagai owner dan mengawasi kami kan?” “Hentikan candaanmu. Aku masih anak buahmu, Jeremy,” bantah Helena serius. Selang beberapa lama panggilan ponsel itu Helena akhiri. Jeremy masih tak serius menganggapnya akan kembali bekerja -benar-benar bekerja sebagai waiters. ‘Aku dan Shane Digory tak ada kaitannya. Sama seperti dahulu, pernikahan ini sama seperti dahulu, kan?’ Ketika malam hari, Helena mendapat panggilan dari
Helena masih tak bereaksi apa pun, ekspresinya terlihat dingin di mata Shane. “Kau tak percaya ya?” Shane tak menunggu jawaban Helena, ia langsung melanjutkan perkataannya. “Aku pun tak percaya, aku tak percaya telah jatuh cinta padamu sejak hari itu. Hari terakhir kita bertemu. Dan sejak hari itu aku selalu menunggumu, Helena.” Helena tertawa sinis dengan pelan. Aku mengambil apa yang kau berikan padaku, Shane. “Jangan buat kesalahan yg sama dua kali, Shane. Kita pernah berumah tangga dan itu gagal, atau lebih tepatnya hancur berantakan dengan sangat parah. Apa bedanya dengan sekarang?” “Saat itu aku bahkan tak berusaha sama sekali.” Shane membalas perkataan Helena dengan penuh tekad. “Sekarang berbeda Helena. Aku akan berusaha, aku akan merubah apa yang terjadi dulu.” Helena mengangkat alisnya. Luka yang ia dapat dari laki-laki di hadapannya sudah terlalu dalam. “Percuma jika hanya salah satu saja yang berusaha. Karena kurasa aku tak sanggup berusaha lagi bersamamu.” Shane sad
Helena awalnya berpikir kalau Shane sudah lama tak menempati bangunan ini, tapi tak ada setitik debu pun di setiap furniture yang ada. ‘Kukira ia tak tinggal disini, karena setahuku Athena tak suka bangunan tua bergaya klasik seperti rumah ini. Apa ia bisa membujuk Athena dan akhirnya tinggal berdua di sini?’ Helena melangkah menuju rak buku yang memenuhi dinding ruang tengah rumah itu. ‘Bahkan urutan buku yang ku susun tak berubah.’ Seulas senyum muncul di wajah wanita cantik itu. “Beberapa pembantu menyusun kembali urutan bukunya, tapi tak ada yang seperti kau lakukan hingga membuatku nyaman membacanya kembali,” celetuk Shane yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Helena. “Kau tinggal di rumah ini?” Helena tak dapat menutupi rasa penasarannya. Shane tersenyum. “Ya, terutama setelah tahun-tahun awal kita bercerai,” jawab Shane sambil perlahan berjalan mendekat ke arah Helena. “Aku berpikir kau akan kembali setelah pergi begitu saja tanpa berkata apa pun hari itu, hari dimana ki
Jasper tersenyum. “Betul, Tuan.” Shane tak pernah menceritakan apa pun isi hatinya pada orang lain. Tapi kali ini berbeda, lelaki itu tak tahu harus berbuat apa pada Helena. “Apa yang harus kulakukan, Jasper?” Jasper terkejut, majikannya itu tak pernah bingung dalam menentukan sikap tapi kali ini ia benar-benar terlihat putus asa. “Apa ini berkaitan dengan Nyonya Helena?” “Ya,” jawab Shane terdengar pelan. “Ketika tadi pagi saya menemuinya, Nyonya juga terlihat tak kalah terlukanya dengan Anda, Tuan Shane.” Shane langsung menegakkan punggungnya, karena terkejut sekaligus tertarik dengan informasi yang Jasper sampaikan. “Kenapa? Bukankah ia membenciku- ah ya tentu saja aku pantas dibenci olehnya. Ia tak mungkin memaafkanku atas apa yang telah aku lakukan padanya kan?” Jasper menoleh ke arah Tuannya. “Anda akan membiarkan hal ini berjalan seperti ini, Tuan?” Shane tersenyum menangkap maksud Jasper. “Tidak. Tentu saja tidak!” Tapi pundak Shane langsung turun kembali. “Tapi aku t