Home / Romansa / Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik / BAB 9 Pesta Solialita Kelas Atas Kota Lithen

Share

BAB 9 Pesta Solialita Kelas Atas Kota Lithen

last update Huling Na-update: 2025-04-13 21:47:01

Dua Hari Kemudian – Sore Hari di Villa Regan

Regan duduk di Daybed samping kolam renang,, menatap layar ponselnya yang gelap. Tangannya sudah puluhan kali mengecheck ponselnya untuk memeriksa pesan yang tak kunjung datang. Ya, pesan dari gadis itu.

Ia menggigit bibir bawahnya pelan, lalu membuka ponsrlnya dan tidak ada apa-apa, dengan kesal Regan menutupnya lagi.

Flashback – Tiga Hari Lalu, di hotel.

"Apa kamu puas denganku?" tanya Regan dengan suara yang bisa membuat wanita mana pun meremang.

Isabella tidak langsung menjawab. Ia masih terbaring di tempat tidur, selimut putih membungkus tubuhnya sampai bahu. Matanya menatap langit-langit sejenak, lalu beralih pada Regan yang duduk di tepi ranjang, menggulung lengan bajunya perlahan.

Isabella mengangguk pelan. “Kau tahu jawabannya,” gumamnya.

Regan tersenyum simpul, lalu meraih ponselnya dari atas meja dan menyerahkannya pada Isabella.

“Simpan nomorku. Kalau kamu butuh seseorang, aku ada. Jadi jangan cari orang lain”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 10 Bertemu Lagi

    "Semuanya, aku ingin memperkenalkan seseorang. Dia adalah adikku, Isabella Sinclair. Dia tidak pernah bertemu dengan orang luar, dia sangat patuh. Ini kali pertamanya datang ke pesta seperti ini, tolong jangan ada yang mengganggunya ya" ucap Hiilda kepada semua orang. "Nona kedua Sinclair? Aku baru tahu" "Benar, kalian benar-benar menyembunyikannya dengan sangat baik" "Gadis yang sangat cantik" ucap orang-orang setelah melihat Isabella. Banyak para tuan Muda kota Lithen yang berusaha mengajak Isabella berbicara. "Semuanya minggir" terdengar suara pria yang mendominasi. Melihat siapa pria itu, pria-pria yang ada di sekeliling Isabella menyingkir dengan cepat. “Nona kedua Sinclair,” sapa Sean dengan suara yang berat, namun dibuat seolah-olah ramah. “Akhirnya kita bertemu.” Isabella menoleh pelan, menatap pria itu dari atas hingga ke bawah. Isabella kemudian hanya mengangguk pelan. 'Apa gadis ini selalu kalem seperti ini?' ucap Sean dalam hatinya sambil mengangkat gelas w

    Huling Na-update : 2025-04-14
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 11 Mau Sekali Lagi?

    Isabella tertegun sesaat, mengenali sosok yang duduk santai di kursi beludru itu. Pria ini lagi?. Namun, keterkejutan itu tidak lantas membuatnya gentar. Alih-alih mundur, sebuah seringai tipis bermain di bibirnya. "Memang," jawab Isabella dengan nada tenang. "Sudah lama sekali" Ia melangkah maju, anggun namun penuh perhitungan, mendekati kursi tempat Regan duduk. Cahaya lampu yang terang kini menerangi ekspresi wajahnya yang dingin dan penuh intrik, jauh berbeda dari kepolosan yang ia tunjukkan di pesta tadi. "Jadi, katakan padaku," ucap Isabella, sambil mengambil gelas di meja kecil di samping Regan. "Apa tujuanmu melakukan semua ini? Membawaku kesini di tengah pesta sosialita kelas atas" "Sepertinya kamu tidak menikmati pesta itu" Ujar Regan. Isabella tersenyum balik, lalu meletakkan gelas winenya ke meja dengan anggun. Ia berdiri perlahan, melangkah mendekati Regan, lalu menunduk sedikit dan menyentuh dagunya dengan jemari halus. "Memang tidak," bisiknya, menatap dalam

    Huling Na-update : 2025-04-15
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 12 Hampir Ketahuan

    Di dalam penthouse, Isabella berdiri memandangi jendela besar, menatap kerlip lampu kota yang menyerupai bintang-bintang yang jatuh ke bumi. Dari belakang, Regan mendekat dan menyelimuti bahunya dengan satin hangat. “Mau lanjut lagi?” bisiknya lembut. Isabella menggeleng pelan. “Tidak. Aku harus kembali. Sudah terlalu lama meninggalkan pesta.” Regan menatapnya dengan ekspresi kecewa. “Kenapa terburu-buru?” “Aku punya batasan. Aturan keluarga kami sangat ketat. Aku harus tiba di rumah dalam waktu satu jam,” jawab Isabella datar. Regan menyipitkan mata. “Aturan ketat? Tapi nyatanya, Nona Kedua Sinclair bisa tidur dengan pria?” Isabella berbalik cepat, menatapnya tajam. “Apa salahnya? Diriku adalah milikku sendiri,” katanya sambil mendorong Regan menjauh. Saat ia berbalik hendak pergi, Regan dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya. “Tunggu dulu. Kenapa kamu tidak pernah bertanya siapa aku? Sedikit pun tidak penasaran? Kita sudah dua kali tidur bersama.” Sebenarnya Isabella

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 13 Hukuman Hilda

    Tanpa berkata apa-apa, Isabella masuk ke dalam mobil. Regan pun segera menyusul ke kursi pengemudi, menekan pedal gas perlahan dan mobil itu meluncur keluar dari parkiran bawah tanah menuju jalanan malam kota. Setengah jam kemudian, keduanya sampai di depan rumah keluarga Sinclair. Isabella segera meraij handle pintu untuk keluar, namun gerakannya dengan cepat dihentikan oleh Regan dengan cepat. Regan menahan tangan Isabella yang hendak membuka pintu "Tunggu sebentar" ujarnya. Isabella menoleh, sedikit bingung " Apa lagi?" "Kamu tidak mau bilang terima kasih dulu?" Tanya Regan sambil menatapnya. "Baiklah terimakasih. Aku harus masuk sekarang. Tadi Hilda tidak menemukanku, mungkin dia akan menelpon orang rumah" Ijawab Isabella dengan nada terburu-buru, berusaha membuka pintu lagi, namun sekali lagi, Regan menahan tangannya. "Tentang ponsel, kamu kan sudah dewasa. Kenapa mereka masih menyita ponselmu?" Tanya Regan penasaran. Isabella memilih diam dan tak menjawab pertany

    Huling Na-update : 2025-04-17
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 14

    "Theo, ayo ke ruang kerja. Lihat keadaan adikmu," kata Nyonya Sinclair sambil melangkah pergi. Isabella tetap berdiri di tempat, memperhatikan dua sosok itu menghilang di balik lorong. Jeritan Hilda dari ruang kerja terdengar jelas ke seluruh penjuru rumah. Tapi kali ini, Isabella tak lagi menunjukkan ketakutan. Bibirnya justru membentuk senyum tipis, penuh kepuasan. “Merdu sekali... teruslah berteriak, Hilda. Ini baru permulaannya saja,” gumamnya. “Selama ini, setiap kau berbuat salah, Theodore selalu jadi tamengmu dan aku yang dikorbankan.” Tiba-tiba, ia merasakan getaran halus dari ponsel di saku bajunya. Tanpa banyak bicara, Isabella masuk ke kamarnya dan mengambil ponsel pemberian Regan dan mendapat pesan darinya Regan: “Kamu masih bangun?” Isabella menatap pesan singkat itu sejenak sebelum mulai mengetik balasan. Isabella: “Masih. Ada apa?” Beberapa detik kemudian, ponselnya kembali bergetar. Regan: “CCTV-nya sudah kuubah sesuai dengan yang kamu minta.” Isabella

    Huling Na-update : 2025-04-18
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 15

    Di ruang kerja keluarga Sinclair... Hilda masih meringkuk di sudut ruangan. Tangisannya tak kunjung reda, tubuhnya bergetar, dan matanya merah membengkak. Nyonya Sinclair berdiri tak jauh dari putrinya. Di belakangnya, Theo berdiri kaku, rahangnya mengeras, mencoba menyembunyikan amarah yang membara. "Dion, Hilda sudah tau salah. Berhenti mencambuknya" Teriak Nyonya Sinclair. Suara cambuk berhenti seketika. Seorang pria paruh baya dengan wajah keras dan mata tajam berdiri beberapa langkah dari Hilda. Di tangannya masih tergenggam cambuk kulit yang kini menggantung lemas di sisi tubuhnya. Nafas Tuan Sinclair masih berat, dadanya naik-turun, menahan amarah yang belum sepenuhnya padam. “Anak ini perlu pelajaran” serunya pada Nyonya Sinclair. “Kau selalu membelanya, dan lihat apa akibatnya? Dia tidak pernah benar-benar belajar bertanggung jawab!” "Tidak ada hal buruk yang menimpa Isabella, dan dirimu sudah memberi pelajaran kepada Hilda. Sekarang sudah cukup Dion" Hilda men

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 16 Vas Pecah

    Keesokan harinya, Isabella kembali menghabiskan waktunya di kamar, larut dalam lukisan yang belum rampung. Jemarinya yang memegang kuas bergerak pelan, membaurkan warna dengan penuh perasaan. Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka dengan keras. Hilda masuk dengan wajah murka, menggenggam cambuk di tangannya. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia langsung mencambuk Isabella. "Aku ingin kau jujur, Isabella," seru Hilda. Isabella menahan rasa sakit sambil menatap Hilda dengan tajam. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan rekaman CCTV itu? Karena sepanjang pesta, aku berada di ruangan itu dan tak sekalipun melihat kehadiranmu." Jelas Hilda. “Kemarin kau dipukuli, dan sekarang begitu bersemangat membawa cambuk dan menyerangku. Sudah pulih rupanya?” tanya Isabella dengan nada sinis, senyum mengejek terukir di wajahnya. “Kau masih berani tanya?, itu bukan urusanmu!” bentak Hilda tajam. “Kau pasti yang merekayasa rekaman CCTV itu! Sebelum Papa pulang, aku akan menghabisimu!” Begitu tubuhnya mulai

    Huling Na-update : 2025-04-25
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 1 - Merusak Pernikahan

    "Mamaaaaaa... papaaaaa, jangan tinggalin Isabella!" Suara jeritan gadis kecil menggema di sepanjang jalanan perbatasan kota Tenra dan Kota Lithen. Matanya membelalak, tubuhnya membeku di tempat, dan ice cream ditangannya seketika jatuh ke tanah, mencair perlahan. Jari-jarinya terangkat seolah ingin meraih sesuatu yang tak bisa disentuh. Tubuh Isabella kecil dengan paksa, ditarik ketika dia ingin bergegas mendekat. Tapi mata Isabella, tak bisa berpaling dari pemandangan mengerikan di depannya—mobil yang hancur, dan pecahan kaca mobil dimana-mana. Belum lagi kondisi kedua orang tuanya yang sangat menghawatirkan. Sebuah truk besar telah menghantam mobil sedan mereka yang menepi di pinggir jalan. Hanya beberapa menit lalu, orang tuanya masih tersenyum, menunggu Isabella yang sedang membeli es krim. Namun sekarang, senyuman itu telah sirna selamanya. "Nak, ayo menjauh dari sini!" suara seorang laki-laki dewasa tiba-tiba terdengar, tapi Isabella tetap berjuang untuk mendekati mobil

    Huling Na-update : 2025-02-24

Pinakabagong kabanata

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 16 Vas Pecah

    Keesokan harinya, Isabella kembali menghabiskan waktunya di kamar, larut dalam lukisan yang belum rampung. Jemarinya yang memegang kuas bergerak pelan, membaurkan warna dengan penuh perasaan. Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka dengan keras. Hilda masuk dengan wajah murka, menggenggam cambuk di tangannya. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia langsung mencambuk Isabella. "Aku ingin kau jujur, Isabella," seru Hilda. Isabella menahan rasa sakit sambil menatap Hilda dengan tajam. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan rekaman CCTV itu? Karena sepanjang pesta, aku berada di ruangan itu dan tak sekalipun melihat kehadiranmu." Jelas Hilda. “Kemarin kau dipukuli, dan sekarang begitu bersemangat membawa cambuk dan menyerangku. Sudah pulih rupanya?” tanya Isabella dengan nada sinis, senyum mengejek terukir di wajahnya. “Kau masih berani tanya?, itu bukan urusanmu!” bentak Hilda tajam. “Kau pasti yang merekayasa rekaman CCTV itu! Sebelum Papa pulang, aku akan menghabisimu!” Begitu tubuhnya mulai

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 15

    Di ruang kerja keluarga Sinclair... Hilda masih meringkuk di sudut ruangan. Tangisannya tak kunjung reda, tubuhnya bergetar, dan matanya merah membengkak. Nyonya Sinclair berdiri tak jauh dari putrinya. Di belakangnya, Theo berdiri kaku, rahangnya mengeras, mencoba menyembunyikan amarah yang membara. "Dion, Hilda sudah tau salah. Berhenti mencambuknya" Teriak Nyonya Sinclair. Suara cambuk berhenti seketika. Seorang pria paruh baya dengan wajah keras dan mata tajam berdiri beberapa langkah dari Hilda. Di tangannya masih tergenggam cambuk kulit yang kini menggantung lemas di sisi tubuhnya. Nafas Tuan Sinclair masih berat, dadanya naik-turun, menahan amarah yang belum sepenuhnya padam. “Anak ini perlu pelajaran” serunya pada Nyonya Sinclair. “Kau selalu membelanya, dan lihat apa akibatnya? Dia tidak pernah benar-benar belajar bertanggung jawab!” "Tidak ada hal buruk yang menimpa Isabella, dan dirimu sudah memberi pelajaran kepada Hilda. Sekarang sudah cukup Dion" Hilda men

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 14

    "Theo, ayo ke ruang kerja. Lihat keadaan adikmu," kata Nyonya Sinclair sambil melangkah pergi. Isabella tetap berdiri di tempat, memperhatikan dua sosok itu menghilang di balik lorong. Jeritan Hilda dari ruang kerja terdengar jelas ke seluruh penjuru rumah. Tapi kali ini, Isabella tak lagi menunjukkan ketakutan. Bibirnya justru membentuk senyum tipis, penuh kepuasan. “Merdu sekali... teruslah berteriak, Hilda. Ini baru permulaannya saja,” gumamnya. “Selama ini, setiap kau berbuat salah, Theodore selalu jadi tamengmu dan aku yang dikorbankan.” Tiba-tiba, ia merasakan getaran halus dari ponsel di saku bajunya. Tanpa banyak bicara, Isabella masuk ke kamarnya dan mengambil ponsel pemberian Regan dan mendapat pesan darinya Regan: “Kamu masih bangun?” Isabella menatap pesan singkat itu sejenak sebelum mulai mengetik balasan. Isabella: “Masih. Ada apa?” Beberapa detik kemudian, ponselnya kembali bergetar. Regan: “CCTV-nya sudah kuubah sesuai dengan yang kamu minta.” Isabella

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 13 Hukuman Hilda

    Tanpa berkata apa-apa, Isabella masuk ke dalam mobil. Regan pun segera menyusul ke kursi pengemudi, menekan pedal gas perlahan dan mobil itu meluncur keluar dari parkiran bawah tanah menuju jalanan malam kota. Setengah jam kemudian, keduanya sampai di depan rumah keluarga Sinclair. Isabella segera meraij handle pintu untuk keluar, namun gerakannya dengan cepat dihentikan oleh Regan dengan cepat. Regan menahan tangan Isabella yang hendak membuka pintu "Tunggu sebentar" ujarnya. Isabella menoleh, sedikit bingung " Apa lagi?" "Kamu tidak mau bilang terima kasih dulu?" Tanya Regan sambil menatapnya. "Baiklah terimakasih. Aku harus masuk sekarang. Tadi Hilda tidak menemukanku, mungkin dia akan menelpon orang rumah" Ijawab Isabella dengan nada terburu-buru, berusaha membuka pintu lagi, namun sekali lagi, Regan menahan tangannya. "Tentang ponsel, kamu kan sudah dewasa. Kenapa mereka masih menyita ponselmu?" Tanya Regan penasaran. Isabella memilih diam dan tak menjawab pertany

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 12 Hampir Ketahuan

    Di dalam penthouse, Isabella berdiri memandangi jendela besar, menatap kerlip lampu kota yang menyerupai bintang-bintang yang jatuh ke bumi. Dari belakang, Regan mendekat dan menyelimuti bahunya dengan satin hangat. “Mau lanjut lagi?” bisiknya lembut. Isabella menggeleng pelan. “Tidak. Aku harus kembali. Sudah terlalu lama meninggalkan pesta.” Regan menatapnya dengan ekspresi kecewa. “Kenapa terburu-buru?” “Aku punya batasan. Aturan keluarga kami sangat ketat. Aku harus tiba di rumah dalam waktu satu jam,” jawab Isabella datar. Regan menyipitkan mata. “Aturan ketat? Tapi nyatanya, Nona Kedua Sinclair bisa tidur dengan pria?” Isabella berbalik cepat, menatapnya tajam. “Apa salahnya? Diriku adalah milikku sendiri,” katanya sambil mendorong Regan menjauh. Saat ia berbalik hendak pergi, Regan dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya. “Tunggu dulu. Kenapa kamu tidak pernah bertanya siapa aku? Sedikit pun tidak penasaran? Kita sudah dua kali tidur bersama.” Sebenarnya Isabella

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 11 Mau Sekali Lagi?

    Isabella tertegun sesaat, mengenali sosok yang duduk santai di kursi beludru itu. Pria ini lagi?. Namun, keterkejutan itu tidak lantas membuatnya gentar. Alih-alih mundur, sebuah seringai tipis bermain di bibirnya. "Memang," jawab Isabella dengan nada tenang. "Sudah lama sekali" Ia melangkah maju, anggun namun penuh perhitungan, mendekati kursi tempat Regan duduk. Cahaya lampu yang terang kini menerangi ekspresi wajahnya yang dingin dan penuh intrik, jauh berbeda dari kepolosan yang ia tunjukkan di pesta tadi. "Jadi, katakan padaku," ucap Isabella, sambil mengambil gelas di meja kecil di samping Regan. "Apa tujuanmu melakukan semua ini? Membawaku kesini di tengah pesta sosialita kelas atas" "Sepertinya kamu tidak menikmati pesta itu" Ujar Regan. Isabella tersenyum balik, lalu meletakkan gelas winenya ke meja dengan anggun. Ia berdiri perlahan, melangkah mendekati Regan, lalu menunduk sedikit dan menyentuh dagunya dengan jemari halus. "Memang tidak," bisiknya, menatap dalam

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 10 Bertemu Lagi

    "Semuanya, aku ingin memperkenalkan seseorang. Dia adalah adikku, Isabella Sinclair. Dia tidak pernah bertemu dengan orang luar, dia sangat patuh. Ini kali pertamanya datang ke pesta seperti ini, tolong jangan ada yang mengganggunya ya" ucap Hiilda kepada semua orang. "Nona kedua Sinclair? Aku baru tahu" "Benar, kalian benar-benar menyembunyikannya dengan sangat baik" "Gadis yang sangat cantik" ucap orang-orang setelah melihat Isabella. Banyak para tuan Muda kota Lithen yang berusaha mengajak Isabella berbicara. "Semuanya minggir" terdengar suara pria yang mendominasi. Melihat siapa pria itu, pria-pria yang ada di sekeliling Isabella menyingkir dengan cepat. “Nona kedua Sinclair,” sapa Sean dengan suara yang berat, namun dibuat seolah-olah ramah. “Akhirnya kita bertemu.” Isabella menoleh pelan, menatap pria itu dari atas hingga ke bawah. Isabella kemudian hanya mengangguk pelan. 'Apa gadis ini selalu kalem seperti ini?' ucap Sean dalam hatinya sambil mengangkat gelas w

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 9 Pesta Solialita Kelas Atas Kota Lithen

    Dua Hari Kemudian – Sore Hari di Villa Regan Regan duduk di Daybed samping kolam renang,, menatap layar ponselnya yang gelap. Tangannya sudah puluhan kali mengecheck ponselnya untuk memeriksa pesan yang tak kunjung datang. Ya, pesan dari gadis itu. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, lalu membuka ponsrlnya dan tidak ada apa-apa, dengan kesal Regan menutupnya lagi. Flashback – Tiga Hari Lalu, di hotel. "Apa kamu puas denganku?" tanya Regan dengan suara yang bisa membuat wanita mana pun meremang. Isabella tidak langsung menjawab. Ia masih terbaring di tempat tidur, selimut putih membungkus tubuhnya sampai bahu. Matanya menatap langit-langit sejenak, lalu beralih pada Regan yang duduk di tepi ranjang, menggulung lengan bajunya perlahan. Isabella mengangguk pelan. “Kau tahu jawabannya,” gumamnya. Regan tersenyum simpul, lalu meraih ponselnya dari atas meja dan menyerahkannya pada Isabella. “Simpan nomorku. Kalau kamu butuh seseorang, aku ada. Jadi jangan cari orang lain”

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 8 Carikan Dia Pria

    Theodore mengusap darah di sudut bibirnya. Matanya menatap tajam ke arah Isabella, yang kini berdiri tegak tanpa rasa bersalah sedikit pun. Ia tahu, gadis ini dengan sengaja menmpar pipinya sediri untuk membuatnya dalam masalah."Pa!" bentak Thedore sambil menahan amarah. "Aku bisa jelaskan-"Tuan Sinclair mengangkat tangan, menghentikan ucapan putranya. "Tidak perlu! Sudah cukup jelas apa yang aku lihat""Tapi pa, Isabella-""Diam, Theodore. satu kata lagi aku akan mengambil semua fasilitasmu" bentak Tuan Sinclair. Kemudian matanya menoleh ke arah Isabella lagi, dan berkata "Bella, ikut paman ke ruang kerja". Kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruang tamu.Di ruang kerja."Bella, sepertinya aku terlalu memberimu kebebasan ya" Ujar Tuan Sinclair sambil tertawa kecil. Isabella berdiri tegak di hadapan pria paruh baya itu, ekspresinya masih tenang sampai Tuan Sinclair melanjutkan kata-katanya."Nenekmu masuk ICU." Ucap Tuan Sinclair. "Apa?" Mata Isabella membesar "Kenapa b

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status