Nenek dan kakek menoleh bersamaan lalu mengganguk mengiyakan, Maya berseru senang sambil menyungingkan senyum manisnya.
"kamu sudah makan?"
"belom"Maya nyengir membalas omongan nenek, lalu nenek menyuruh Maya makan bersama karna sedari tadi nenek dan kakek juga menunggu Maya pulang untuk makan bersama sama, Maya mengekori langkah nenek dan kakek menuju dapur, saat sampai didapur mereka bertiga duduk di tanah beralaskan tikar,Maya membantu nenek mengambil makanan dan piring serta minuman ,mereka duduk berhadapan
"ih,kakek kok makanya dikit banget, kakek tuh butuh stamina harus makan yang banyak."Maya menaruh setengah nasinya ke kakek
"jangan May, kamu habis kuliah ,kerja capek pasti laper harus makan yang banyak "
Maya menggeleng menjauhkan piringnya dari sendok kakek yang penuh banyak nasi ingin mengembalikan milik Maya.
"Nenek juga, nenek juga harus makan banyak,kakek nenek kenapa sih ko makanya dikit-dikit?."
"Kan kamu yang kerja,harusnya kamu yang makan banyak"
"Nenek sama kakek dulu juga kerja buat ngasih makan aku,masak giliran aku kerja nenek kakek gamakan?."
Maya bersendekap dada menatap nenek kakek horor ,ia paling tak suka jika nenek kakeknya mengalah.
Kakek dan nenek hanya mengganguk menuruti kata Maya, Maya menyungingkan senyum Lalu melanjutkan makan sesekali ia tertawa akan tingkah nenek yang bercanda dengan kakek ia tak suka kemewahan, Maya adalah gadis sederhana, hal sekecil apapun ia selalu mensyukurinya karna menurut Maya hidup itu mudah asal dinikmati, disyukuri, dan dibuat happy, kata kata itu yang selalu menuntunya melangkah ,meski rintangan terus menghampiri bertubi tubi.Setelah makan, Maya pamit masuk kamar lalu mandi dan sholat, setelahnya maya mengulangi pelajaran kuliahnya dan mengerjakan beberapa soal
Disela sela pekerjaanya maya berpikir bagaimana caranya agar namanya tak ikut masuk dalam ketenaran Reno, jujur saja maya takut jikalau sudah menikah dia akan kecipratan tenar dimata publik, ia masih memikirkan kuliahnya ia masih ingin tenang dihari hari kuliah cukup ia dihina miskin dan cupu olh teman kampusnya jangan sampai ada kata "murahan"Maya benar benar tak ingin dibully begitu.karna ia tak bersalah ia tak pernah menggoda Reno kenal saja baru tadi.
Maya berpikir keras dan tinggg otaknya keluar cahaya. ia tahu bagaimana menangani ini,Maya hanya cukup datang kekantor Reno(tempat penyekapan maya) dan minta agar pernikahanya tidak dipublish ia akan memohon bahkan merayu Reno kalau bisa.cuih body Maya saja tidak sexy bagimana cara merayunya?.
Setelah mendapat ide yang brillian Maya kembali menyelesaikan soal soal mata kuliahnya
Empat puluh lima menit Maya berkutat dengan soal soal tersebut Maya kewalahan dinomor lima belas ia memutuskan mencari jawaban lewat buku yang dibelinya tadi, Maya berdiri mencari dimana letak buku setebal 1.500 halaman miliknya, hingga ia tersadar ia menjatuhkan bukunya saat dibekap anak buah Reno."Tak apalah, kan nanti ketika sudah menikah aku bisa beli banyak buku materi ujian."
Maya menghentikan aktivitas mencarinya lalu membereskan perlengkapanya dan menyiapkan buku untuk pelajaran esok,ia lalu merebahkan tubuhnya dikasur ,menatap langit langit kamarnya yang nampak genteng dengan lubang lubang kecil ketika hujan maka bocor.
"Tuhan jika memang ini takdirmu akan kulakukan, aku senang dengan rejekimu tapi aku ragu melakukanya.jadi istri itu sulit aku takut gagal melakukanya."
Perlahan Maya menutup matanya membiarkan dirinya tenggelam ke alam mimpi, jujur mwaya juga takut, jadi istri itu tak mudah apalagi ia belum mengenal suaminya ,apalagi menikah itu bukan perkara mudah menikah itu tentang dua orang yg rela menemani hingga akhir hayat,dua orang yang rela membahagiakan salah satunya, dua orang yang saling menjaga,dua orang yang rela menemani senang maupun sedih dan dua orang yang saling mencintai .karna menikah itu hukum dari agama,menikah itu tentang masa depan dan menikah itu tentang mempersatukan, menjadikan keduanya lebih baik dan menikah itu suatu keterikatan batin tuhan dan pasangan.Maya benar benar tak ingin salah langkah namun jika ini kehendak ilahi maka ia tak boleh menolak.
✿✿"Nek,kek Maya pamit kuliah, nenek sama kakek dirumah aja gausah khawatirin maya, nanti maya pulangnya rada telat. mau mampir kekantor calon husband.""Husband?."
Maya tertawa kecil lalu menjelaskan omonganya.
"husband itu suami nek"Nenek mengganguk, Maya menyalimi tangan kakek dan nenek lalu melangkah keluar arena rumahnya,ia menuju depan jalan raya menghentikan angkot, setelah dapat angkot Maya baru tersadar ternyata teman didepanya adalah Lita teman kampusnya. Wajar saja Maya tak tahu jika itu Lita, Lita saja pakai masker
"liwta?"
Lita tertawa lalu membuka maskernya
"kenapa pakai masker, sakit?."
"enggak,nanti ada tes nilai tambahan pasti Dira juga ikut dan pasti dia nyuruh aku salahin jawabanya,kamu kan tau Dira kayak gmna"
"kalo gangenalin kamu ,pasti aku korbanya"
Maya berucap sambil tertawa
"lah nilai kamu kan cukup,bahkan lebih dari cukup ngapain ngikut nilai tambahan?."
"iya soalnya aku mau ambil cuti, aku butuh uang banyak makanya aku ambil cuti biar bisa kerja full"Ucap Maya bohong,tentu saja ia tak ingin pernikahanya terbongkar bahkan teman dekatnya sekalipun,ia akan menutup rapat rapat sampai lulus nanti.
"tapi kamu kan gapernah minta cuti ,toh nilai kamu juga lebih dari cukup ngapain ngikut tes segala?."
"yagapa, soalnya aku butuh banget uang kan bentar lagi ujian pasti butuh banyak dana."
"iya juga sih."
"iya ,udah gausah takut nanti pas keruang tesnya bareng aku aja, kujamin Dira gabakal ngenalin kamu."
Lita mangut mangut paham, sedangkan maya menahan tawa, lucu saja akan tingkah Lita yang terlalu trauma dengan perlakuan Dira, yah Dira memang tukang bully apalagi dihadapan Lita, Lita terlalu lemah untuk menangapi Dira makanya sering jadi korban sedangkan Maya memang pernah jadi korban ,sekali Maya berontak Dira tak lagi berani membully Maya mungkin hanya sekedar menghina"miskin" atau "cupu"itupun tak pernah ditanggapi Maya toh memang omongan dira benar Maya memang miskin jadi apa yang harus dipermasalahkan?.
"kamu langsung aja kekelas kamu Lit,aku mau keruangan pak Irawan ada urusan bentar"
Lita mengganguk, Lita dan Maya sudah turun dari angkot dan memasuki arena kampus Lita berjalan menuju kelasnya,sedangkan Maya berjalan menuju ruang pak Irawan.
Setelah menyelesaikan surat cutinya Maya kembali kekelas,memulai aktivitas belajarnya.
✿✿Maya duduk disalah satu bangku kelas tes, ia bersebelah dengan Lita seperti janji nya tadi, dan tentu sebelah meja Maya adalah meja Dira.Klotak klotak
Ketukan sepatu dosen membuyarkan hening, melengangkan suasana belum lagi dosenya killer, dosen masuk sambil membawa kertas menumpuk ditanganya lalu membagikanya pada masi yang ikut tes nilai tambahan,satu persatu masi(mahasiswa) mendapatkan soal tes ,saat dosen selesai membagikan hanya tinggal satu kertas yang tersisa.18 Menit semua mahasiswa berkutat dengan soal soal,disela sela ketenangan Maya ,Maya digangu Dira beberapa bola kertas mendarat di wajahnya,maya menoleh menatap pelaku
"kertas lo? "Dira mengulurkan tanganya sambil mengerakkan jarinya,Maya menatap Dira sebentar lalu memberikan kertas tesnya ia tahu Dira akan menconteknya
"Good"Dira menerima kertas tadi dan hendak menyalin jawabapan Maya namun ia urungkan ,bukanya jawapan yg didapat namun coretan kertas, Dira menatap maya geram sedangkan maya nyengir ia tahu ini akan terjadi makanya ia menyalin jawaban dikertas lain.
Maya lalu memangil dosen dan minta kertas soal tes baru,Maya selalu berpendirian setidaknya jika tak punya kuasa maka gunakan otak,sekarang Dira sudah tak berkutik dan tak menggangu maya lagi ia sudah kalap.
✿✿
Maya menatap gedung didepanya sebelum kesini ia sempat mampir ke tempat kerjanya untuk minta cuti ,tentu saja diangguki olh bos, mawya tak pernah buat kesalahan.
Maya tersadar lalu masuk ke gedung yang tinggi tersebut tempat dimana reno bekerja, Maya menatap penuh kagum kepada orang orang yang bekerja digedung ini. mereka semua berpakain rapi sangat berbeda dengan Maya yang cenderung memakai pakaian sederhana dan biasa biasa saja.
Maya menaiki lift ia sedikit kesulitan, lift yang ia naiki berbeda dari yang di tivi tivi,Maya takut salah pencet saat hendak keluar lift dan ingin menaiki tangga langkah Maya berhenti didepanya sudah ada lelaki tinggi tampan menghampirinya dan berdiri disampingnya lalu memencet tombol angka beserta tombol lainya, Maya diam memaku ia terjebak dilift bersama sang pria namun ia beruntung setidaknya nanti saat sudah sampai ditujuan pria itu maya sudah tak capek capek lagi menaiki tangga ia hanya tinggal menaiki beberapa tangga dan sampai diatas gedung tempat dimana reno bekerja, yah memang Reno yg memiliki gedung ini dan industrinya.Pintu lift terbuka, Maya sempat terkejut karna lift yang ditumpanginya mengarah ke atas gedung, Maya berseru senang lalu melangkah keluar lift dan menuju ruangan Reno, Maya sedikit heran juga lelaki yang tadi bersamanya dilift juga sama hendak menuju ruangan Reno,"palingan juga karyawanya"Gumam Maya pelan lalu masuk ke ruangan yang bis
Setelah makan maya diantar pulang oleh Doni, alasannya mudah Reno sibuk dan Jeo sedang berada dirumah sakit menjenguk neneknya, sebenarnya terselubung dihati Reno enggan namun bagaimana pekerjaan menyulitkanya."Nanti malam saya jemput, kamu hanya tinggal bersiap siap tak usah gugup juga keluarga kami sangat menjunjung tata krama dan kehormatan."Maya Mengganguk ia tak menatap Doni, ia menatap jendela luar masih sore, tak terasa dua hari lagi ia akan menikah dan kehidupannya berubah, dua hari lagi akan jadi istri calon presiden sekaligus pemilik perusahaan tambang terbesar seasia dan dua hari lagi ia akan mengalami lika liku rumah tangga.Dua puluh menit perjalanan menuju rumah Maya, sampailah mereka kerumah yg bisa dikatakan sederhana namun sangat bersih dan tertata rapi diperjalanan tadi Maya dan Doni tak diam Doni mencoba mencairkan suasana dgn leluconya dan tentu Maya tertarik dan tertawa akan lelucon Doni, Maya merasa nyaman didekat calon kakak iparny
Maya melahap makananya pelan-pelan, makan sesopan mungkin yah meski kadang ia curi-curi pandang pada ayah mertuanya bukan tanpa alasan, ntah kebetulan atau memang ditakdirkan ayah mertuanya adalah idolanya seorang pebisnis sukses yang belakangan ini ia jumpai dimimpi ternyata lewat mimpi ia bisa bertemu dengan beliau langsung bahkan dengan keterikatan menantu dan mertua."sebaik apapun kau bertingkah tetap saja aksimu pasti kelihatan, pelacur kecil."Maya menatap wanita didepanya wanita yang ia tatap tadi, yang memberikan kata-kata pedas pada Maya, yang tak lain adalah calon mama mertuanya.***Maya pulang dengan perasaan hampa, makan malam yang menyedihkan berakhir dengan tangisan, ia menenggelamkan wajahnya pada bantal kusam yang mampu menghapus make up tipis yang dioleskanya, tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan malam ini selain mengecewakan.Hampir 2 jam Maya menangis ia terlelap karna lelah, lelah batin dan pik
Karna kemarin aku ngantuk jadi buatnya rada ambigu, sekarang mau buat yang 11 12 bahasanya seperti eps 1. *** TingggMaya keluar dari cafe hendak pulang tak lupa ia berpamitan pada Alin dan bosnya, setelah kejadian tadi memang ada rasa canggung tak seperti biasanya namun Maya masih tetap bersikap profesional berpamitan seperti dulu tak ada perubahan. Hari-hari yang melelahkan bagi Maya dari pukul 04.00 sampai dengan 23.00 tubuhnya tak akan pernah berhenti bekerja kecuali ia sendiri yang akan menghentikanya namun Maya enggan, teringat sebentar lagi ia akan bertambah usia semakin tua dan begitupun umur kedua orang tuaya, kakek dan nenek.mMaya tak ingin malas-malasan, tujuan hidupnya didunia ini hanya satu membahagiakan kakek dan neneknya yang semakin hari semakin bertambah keriput, walau tanpa sepengetahuan Maya kakek neneknya sudah teramat bahagia walau hidup dengan keadaan ekonomi yang mengenaskan, mereka berdawuh"lebih baik hidup dalam keadaan ter
Paginya Maya terbangun dengan keadaan bingung, terakhir kali ia ingat ia sedang di mobil lalu ia tidur dan setelahnya tidak ingat apapun, ntahlah mungkin ia bisa tanya nenek nantinya, ngapain juga diambil pusing.Maya mandi dan bersiap-siap ia menuju meja makan untuk menikmati sarapan bersama orang tersayangnya.kakek dan nenek, pagi yang selallu membuatnya semangat adalah senyuman mereka. "selamat pagi, kakek, nenek"Maya tersenyum menyapa mereka berdua didapur yang sempit, Maya memandang makanan didepanya nampak sangat asing karna baru pertama ia melihat makanan seperti itu,lantas ia bertanya pada nenek. "hmm, apa ini nek?"nenek yang melihat Maya bertanya padanya sambil menunjuk benda dihadapanya lantas menjawab. "kemarin calon mu, memberikan itu masih berbalut kerdus, karna tak ada yang makan tadi malam jadi pagi ini nenek menggorengnya atasanya jadi berhamburan dan adonanya jadi sedikit gosong karna terlalu tipis"Maya menahan tawanya setelah mendengar penjel
Setelah mencoba-coba berbagai baju pengantin, Maya sedikit terpikat pada satu baju yang menurutnya cocok untuknya Reno pun tak ambil pusing ia membeli baju itu untuk besok dan beli dua baju pengantin lagi untuk cadangan, firasat Reno mengatakan bahwa besok akan terjadi sesuatu yang buruk, ia berharap semoga saja itu tidak terjadi. Selepas membeli baju pengantin mereka menuju restaurant terdekat tak terasa mereka menghabiskan hampir empat jam hanya untuk memilih baju, mengukur dan membooking, memang benar baju mewah memerlukan waktu yang lama pula mengurusnya. "maaf jika aku lama dan membuatmu terlambat bekerja, kau boleh pergi aku bisa pulang sendiri.jangan khawatir"Maya mencoba membujuk Reno untuk kembali bekerja, meski ini hari libur, Reno sebagai CEO memang jarang libur bahkan dikantornya ia adalah orang yang paling berpengaruh dalam berbisnis mungkin sedetik saja Reno tinggal maka mereka akan kewalahan, mungkin. "jangan mengkhawatirkan saya, libur juga ka
"kamu yakin, akan menikah?, jika tidak nenek akan membawamu kabur dari sini.rumah teman nenek lumayan jauh tabungan kita bisa digunakan untuk ongkos kabur"nenek bicara tiba-tiba ketika Maya baru masuk ke kamar mereka."aku yakin nek, nenek kenapa?tidak biasanya begini"Memang apa yang diucapkan Maya benar, bertahun tahun hidup bersama neneknya baru kali ini nenek bicara tiba-tiba dan keluar dari logat nenek yang pendiam dan anggun, membuatnya sedikit kebingungan akan tingkah neneknya."nenek punya firasat buruk tentang pernikahanmu"nenek bicara terus terang hatinya sedang gelisah ntah karna apa."nenek tidak usah khawatir soal pernikahanku, lihat disini aku hanya menunggu sedangkan calonnya sedang mempersiapkan semuanya, menurut Maya ini adalah kesempatan dari tuhan untuk merubah nasib Maya, dan mungkin juga Reno adalah jodohku.nenek tak usah khawatir"Maya duduk disamping neneknya nampak sekali neneknya tak suka berada di
Reno pulang pukul dua belas malam ia berpamitan lebih dulu pada Johan, melihat Johan yang tak biasanya sedih seperti itu sedikit mengkhawatrikan Reno, ia menyuruh teman pemilik clubnya untuk menyediakan tempat istirahat untuh Johan, bukanya Reno terlalu agresif dalam berteman namun kejadian tujuh tahun lalu dimana Johan mabuk berat hampir tertabrak kereta membuatnya sedikit trauma.Karna telah lama tidak meminum wine Reno sedikit pusing, padahal dulu ia adalah peminum handal jika bukan karna Johan mungkin ia masih bisa tidur sekarang.Reno turun kebawah menuju dapur mungkin dengan minum ia bisa sedikit mengurangi rasa pusing dikepalanyaSaat sampai didapur Reno tidak melihat siapapun, suara bising mulai terdengar saat ia sedang membuka kulkas mungkin para pekerja sedang mendekor pada bagian dekat dari dapurnya.Reno menuangkan air putih pada gelas lalu segera meminumnya setelahnya ia mengambil teko kecil mengambil air untuk dibawa kekamarnya.
Anton memandang istrinya yang baru pulang tengah membersihkan make up tanpa menyapanya langsung masuk seperti ia tak dianggap membuat dadanya nyeri memahan marah yang mungkin tak bisa dibendung lagi, Anton bingung harus berbuat apa ia tak bisa semarah itu pada Jelin walau egonya berontak untuk lekas dikeluarkan, Anton tak ingin ada perceraian atau perdebatan setelah beberapa jam hanya melamun sambil menahan sakit Anton tau harus melakukan apa"apa kau masih marah padaku?"Anton memandang istrinya lekat yang sama sekali tak mengalihkan pandanganya pada cermin, masih sibuk membersihkan wajahnya entah ia mendengar atau tidak"apa lelaki itu sungguh mencuri perhatianmu dan baru pukul sebelas malam kau pulang dari kencan di restauran mewah bergaya italia itu?, siapa lelaki itu?"Jelin terdiam meletakan spons make up nya lalu memandang Anton datar, rasa takut menyelimuti namun ia berusaha tegar ada marah didadanya yang entah kenapa bisa ada"kau membuntutiku?"
Dimalam yang penuh amarah, hujan deras beserta petir yang menggelegar menambah kesan horor disini, Reno lagi-lagi harus berhadapan dengan sosok Abel yang selalu saja hadirnya membuat bencana, pukul sepuluh malam ia dikabarkan bahwa pelaku dari tabrak lari adalah Abel yang masih berusia enam belas tahun belum cukup untuk bisa ditindak pidana lama membuat Reno geram memikirkanya.Keduanya saling tatap diruangan remang itu, beberapa polisi lalu lalang mencari berkas untuk dikomfirmasi lebih lanjut, sengaja memang Reno langsung datang meski polisi telah melarang mengatakan besok saja malam ini adalah sesi tanya dari Abel, inilah yang Reno tunggu apakah itu benar Abel dan kenapa Abel tega gadis ini sungguh membuat banyak masalah dihidupnya setelah tenang telah pergi ia malah kembali menambah kesibukan dihidup Reno, sebenarnya ia tak punya waktu beberapa pekerjaan menumpuk dan kemarahan dokter Ester terlampiaskan padanya dan VelyIa pun tak bisa meminta bantuan orang lain ap
Semua terjadi sepertis sulap yang bahkan angin pun tak tau tipuanya bergerak sangat cepat dan membuat kejutan, beberapa orang yang melihatnya berdecak kagum seperti menyadari hal yang tak mungkin terjadi namun nyata mereka yang lebih paham dunia hanya menatap datar namun ikut bertepuk tangan selalu mengangap tipuan walau memang benar itu tipuan namun tak akan ada yang paham trik sebenarnya, seperti inilah sosok Marissa sekarang harus menelan pahitnya tipuan dari tuhan ia mengira ini hadiah ternyata karma yang datang tiba-tiba membuatnya hampir terpelonjak kaget mendengarnya tak ada yang bisa menolongnya saat ini kecuali dirinya sendiri, ia menelan pahitnya perbuatanya sendiri.Marissa bingung, takut dan gelisah seluruh keringat telah membasahi tubuhnya, air mata pun tak bisa lagi dihentikan bahkan Vely yang biasanya menenanangkan dalam sekali ucapanpun ikut kalap, bingung harus menenangkan dengan cara apa sungguh tak biasanya Marissa datang dengan keadaan kacau seperti ini an
Pagi ini kabar mengejutkan datang dari mata-mata Doni di Barcelona, tidur yang tak nyenyak dibangunkan dengan cara yang ganas, Lina terganggu dengan suara berisik mendengar suara telpon yang menjengkelkan itu saat berusaha memangil Doni ia malah salah langkah dan membuat Doni yang tadinya tertidur dikursi sekarang telungkup dilantai Lina terkejut melihat itu lekas ia membantu Doni yang terjatuhKepala Doni sangat pusing karna langsung menatap lantai, ia bangun dengan sedikit bingung tentu dibantu oleh Lina yang telah sadar sepenuhnya waktu masih menunjukan jam lima pagi keduanya sama-sama heran menatap handphone yang tak berhenti berdering itu tanpa basa-basi Doni menerimanya dengan setengah sadar nyawanya belum terkumpul sempurna"halo"Doni memastikan apakah benar disana ada orang atau tidak ia takut hanya lelucon telepon yang mengejutkan dipagi buta ini"gawat tuan, nona Jelin koma"Doni sedikit mencerna ucapan itu hingga akhirnya kesadaranya terkumpul, k
Setelah pesta berakhir Marissa lekas pergi ia pamit akan menginap kerumah temanya sebut saja Vely namanya awalnya Reno menolak namun Marissa mengatakan bahwa ini genting maka ia mrenguzinkan dengan satu syarat harus ia yang mengantarnya, Marissa hanya menganguk setelah mengambil beberapa persiapan merekapun berangkat ditengah malam yang sunyi ini, mereka diam lebih tepatnya saling memikirkan atas apa yang terjadi hari iniMobil melaju diatas kecepatan rata-rata Reno hafal rutenya karna rumah itu tak terlalu jauh, mereka saling diam tak ada niatan membuka percakapan hanya menatap jalanan yang kian sunyi karna beberapa saja yang melewati ditengah malam purnama ini sambil diriiringi lantunan musik suci keduanya terhanyut dalam pemikiran mendebatkan apa saja yang menjadi perdebatan diotaknya."Maya apa kau punya saudara kembar?"Maya melotot heran kenapa Reno tiba-tiba membicarakan hal ini, sungguh tak logis seseorang pasti telah membicarakan tentang dirinya Marisaa sedikit
Hari ini adalah pertuanngan Doni dan Lina tentu saja tanpa didampingi Jelin tercinta mereka sibuk mempersiapkan pestanya hanya via telfon yang jadi alat komunikasi, Barcelona–Indonesia bukanlah negara yang dekat kita berada digaris yang tepat namun Spanyol berada diatas yang dingin, sebenarnya Doni pun heran kenapa orangtuanya tak segera pulang setelah berkunjung ke makam Mey namun apapun itu yang penting mereka baik-baik saja meski tak nampak bersama"kuharap semua baik-baik saja saat aku tak ada disana, jaga adikmu dia suka lepas diri, jaga istrimu pula, kupastikan aku akan pulang sebelum pernikahanmu banyak hal yang harusku urus disini"Jelin diseberang sana bertelepon entah sedang melakukan apa yang paling menonjol ia sedang sendiri tahu dari nada bicaranya yang lemah"aku tak tau apa yang terjadi disana namun kuharap mama baik-baik saja, pulanglah jika itu butuh jangan memaksa untuk tinggal dinegri orang hanya karna Mey"Jelin menyadari sesuatu segera ia memut
Malam yang ditunggu-tunggu sesuai yang dibicarakan lelaki itu benar-benar mengirimi Jelin kotak make up lengkap beserta gaun berwarna hitam yang sangat pas dengan seleranya, tak terlalu kuno dan tak terlalu modis cocok untuknya yang telah tua namun berwajah muda, Jelin menyambut malam ini dengan senang hati sejenak melupakan masalahnya entah mengapa ia senang hari ini, lelaki itu entah mengapa selalu terbayang dibenak Jelin membuatnya tersenyum walau hanya mengingatnya sekilasJelin memandang tubuhnya dicermin tersenyum penuh pujian, ia benar-brnar secantik itu masih tak menyangka ia bisa make up serapi ini mungkin karna mood juga mempengaruhinya, jika kalian tanya dimana Jelin tinggal sekarang?, ada dibarcelona tepatnya rumah Mey dan Roy, Roy memang sengaja pura-pura baik didepan Jelin agar ia tak curiga toh hanya dua orang Roy tak mempermasalahkanya namun apapun itu ia berharap Jelin cepat pergi dari sini."kau secantik ini akan kemana?"Anton datang mengagetkan Jelin
Sarapan yang canggung dipagi hari, mereka makan tanpa nafsu beberapa kali saling adu pandang hingga akhirnya debat dengan pikiran, Doni telah lama berangkat kerja sepagi itu, alasanya hanya dua malas bertemu dengan Marissa dan ingin cepat-cepat menemui Lina kekasihnya, mereka masih merencanakan pernikahan dan dalam status pacaran namun mereka sepakat akan tunangan dua hari lagi, waktu yang sangat cepat untuk urusan pasangan baru.Marissa selepas kejadian itu rasanya canggung, terkadang senang dan takut menyelimuti ketika didekat Reno maka dari itu pagi ini Marissa ingin mengamati apakah Reno benar-benar sakit atau tidak ia takut Reno hanya berpura-pura melihat reaksinya pada Doni yang biasa seperti bukan orang sakit, membuatnya curiga, jangan-jangan Reno menjebaknya Marissa tau Reno sungguh membencinya."kenapa kau duduk terlalu jauh May, kesinilah kau bicara bahwa tak akan pergi dariku"Reno menepuk kursi disebelahnya sedari tadi ia heran mengapa Maya duduk terlalu jau
Serra terbangun menatap ruangan yang gelap yang remang, lampu sangat redup namum menyala ia menetralkan matanya yang buram, lalu memegang kepalanya yang ingin pecah itu masih lebih baik daripada sejam yang lalu saat ia gila minum, saat Serra berbalik ia terkejut menatap lelaki yang menemaninya minum tadi, Serra menjernikan pengelihatanya matanya tak salah itu lelaki cupu yang menemani ia minum, seketika itu Serra tersadar dan lekas duduk bangun dari tidurnya menatap dirinya yang hanya memakai selimut tanpa dalamanMembuatnya melotot lalu memeriksa tubuhnya, bejat lelaki ini makainya saat ia tak sadar, Serra menatap lelaki itu yang sangat pulas dalam tidurnya, nafasnya begitu hangat saat Serra mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, sangat tampan ia adalah lelaki yang paling tampan yang pernah Serra temui, Serra bangun lalu duduk diatas perut lelaki itu, Serra begitu terksesima melihat abs yang menunjol bersama urat-urat ototnya yang jantan dan sexyEntah mengapa Se