Beranda / CEO / Malam Terlarang Bersama Paman / 42. SARAN DARI PEWARIS

Share

42. SARAN DARI PEWARIS

Penulis: mayuunice
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nada berusaha mengemudikan mobil secepat yang dia bisa. Jalanan memang tidak terlalu padat, hanya saja ramai lacar. Sepanjang perjalanan Nada merasa khawatir yang teramat dalam. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada anaknya?

“Ah, tenang, Nada!”

Tangan Nada gemetar memegang kemudi. Bahkan dia merasa kegerahan, walau AC dalam mobilnya sudah mencapai batas maksimal. Ditengah pikirannya yang kalut, Nada berusaha memberikan sugesti positif pada dirinya.

Hingga sampailah Nada di mall BI. Ratna memberitahu posisinya yang berada di restoran bergaya Italia, di lantai LG mall tersebut. Sesampainya di sana, Nada mengedarkan pandangannya dan melihat Ratna yang melambaikan tangan.

“Nada!” seru Ratna.

Dengan cepat Nada menghampiri Ratna yang menampilkan wajah khawatir.

“Gimana, Mbak? Sudah ketemu?” tanya Nada yang wajahnya tidak kalah gelisah dari Ratna.

Sialnya, Ratna malah menggeleng dan menekuk wajahnya. Mendapat jawaban seperti itu membuat Nada mendesah kasar dan mengacak rambutnya.

“Tapi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Malam Terlarang Bersama Paman   43. TERUSIK

    Setelah mengevaluasi semua keluhan dan kendala yang sedang terjadi di perusahaan. Adrian memanggil setiap jajaran petinggi dari kedua anak perusahaannya. Kemudian Adrian menginstruksikan untuk adanya reshuffle di beberapa lini. Terkhusus untuk management di hotel VKK dan juga Victory Airlines.Nyatanya sikap Adrian yang seperti itu mendapatkan penentangan, terutama dari Calvin, ketua dewan komisaris.“Kenapa kamu tidak mendiskusikan terlebih dahulu dengan saya, Adrian?” Nada bicara Calvin masih terdengar tenang. Pria itu baru saja menyeruput kopi hitam miliknya.Saat ini Adrian sedang berada di rumah Calvin. Setelah berita perombakan itu tersebar, pria tua itu meminta penjelasan pada Adrian.“Saya rasa ini masalah sudah mendesak. Lagi pula ini masih hak dan wewenang saya, Pak.” Ada tekad yang kuat dari ucapan yang baru saja keluar dari mulut Adrian.Calvin menarik sudut bibirnya sebelah, tatapannya menyipit pada Adrian.“Tapi kamu merombak seluruh manajemen di cabang hotel Victory kot

  • Malam Terlarang Bersama Paman   44. AKU BUKAN JALANG

    “Penjualan kamar hotel benar-benar meningkat drastis. Apalagi menjelang pemutaran film yang tinggal sebulan lagi,” ucap kepala bagian marketing perusahaan; Tamara, pada saat rapat eksekutif berlangsung. Adrian sedang membaca grafik penjualan kamar hotel yang meningkat beberapa bulan terakhir. Hampir seluruh cabang hotel Victory di berbagai daerah, mengalami peningkatan jumlah penjualan. “Bahkan sampai satu bulan ke depan hampir seluruh kamar sudah full booked. Sekali pun VKK yang kemarin sempat mendapati beberapa ulasan negatif,” imbuhnya lagi. Mata Adrian masih menatap pada layar yang menampilkan grafik yang meningkat dari pada sebelumnya. Telunjuk kanannya sedang mengetuk-ketuk pada meja. Adrian nampaknya sedang memikirkan sesuatu. “Pengaruh wanita itu lumayan kuat,” batin Adrian, yang sedang memikirkan Sindy. Adrian tidak menampik, bahwa program kerja sama antara Victory dengan pihak film yang dibintagi oleh Sindy berjalan sangat baik. Padahal filmnya saja belum tayang, tapi b

  • Malam Terlarang Bersama Paman   45. SESUAP NASI

    Dengan emosi yang memuncak, Adrian mengunjungi kantor berita tempat Kiki bekerja. Pasalnya laki-laki itu tidak mengangkat panggilannya, sehingga membuat Adrian mengambil keputusan seperti itu.“Saya mau bertemu dengan Kiki Syaputra! Di mana dia?” bentak Adrian pada resepsionis dari kantor berita tempat Kiki bekerja.Sang resepsionis nampak terkejut dengan kedatangan Adrian, yang tiba-tiba membentaknya.“Ma-maaf, Pak, bisa jelaskan Anda siapa dan dari mana?” tanya sang resepsionis.Adrian mendengus, dia membuang muka dan mendelik kesal.“Wah, ternyata ada petinggi perusahaan yang repot-repot datang ke mari,” celetuk seorang pria, yang Adrian kenal suaranya.Sedetik kemudian Adrian menoleh ke sumber suara. Benar saja, dia mendapati Kiki yang sedang tersenyum menyeringai ke arahnya.“Sialan!” Adrian berjalan dengan cepat mendekat ke arah Kiki.“Woah! Keep calm, Bos!” Kiki mengangkat kedua tangannya, hendak menenangankan Adrian yang sepertinya hendak menerkamnya, “kita bisa bicarakan baik

  • Malam Terlarang Bersama Paman   46. INGIN MATI

    “Katakan kalau berita itu salah, Nada!” sentak Eva lagi. Wajah wanita tua itu benar-benar merah sekarang. Napasnya pun tersengal-sengal menahan amarah, yang terus bergejolak di dalam dirinya. Nada tak bisa berkata apa pun. Mulutnya seolah terkunci. Dia hanya bisa mematung, menatap sang nenek dengan tatapan nanar.“Nada!” berang Eva yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang cucu. Seketika Nada langsung ambruk, dia bersimpuh di hadapan sang nenek.“Maafkan aku, Nek,” lirihnya. Air mata kini sudah tidak dapat terbendung lagi.Tubuh Eva gemetar, melihat sang cucu yang tak berdaya. Seolah tindakannya ini adalah sebuah jawaban dari pertanyaan yang baru saja diajukan Eva. “Nenek maafkan aku.” Lagi, yang keluar dari mulut Nada hanyalah sebuah permintaan maaf.“Jadi, kamu memang pernah melakukan hubungan terlarang dengan paman angkatmu, Nada?!” sentak Eva yang membutuhkan penjelasan. Nada hanya semakin menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sudah banjir dengan air mata. “Jawab, Gris

  • Malam Terlarang Bersama Paman   47. SEMUA ITU NYATA

    Adrian langsung menoleh ke belakang, menatap pada Nada. Wanita itu sudah kembali menangis. Kedua tangannya kini meremas pakaiannya sendiri. Nada benar-benar kacau sekarang.“Apa? Mati?” Adrian melangkah mendekat ke arah Nada, “kamu kalau berbicara jangan sembarangan, Nada! Tidak ada yang boleh mati sekarang!” geram Adrian.“Aku lelah, Om. Aku lelah dengan hidupku, yang seolah semesta tidak pernah memihakku sama sekali. Sejak aku remaja sampai sekarang, dunia seolah terus menghukumku!” raung Nada.Emosi Nada benar-benar tidak stabil sekarang. Mentalnya kembali terguncang.“Kata siapa, Nada? Itu hanya prasangkamu saja. Dunia sama sekali tidak jahat padamu!”Nada langsung menaikkan pandangannya, lalu menatap Adrian dengan tatapan penuh amarah.“Prasangkaku? Sudah jelas dunia memang jahat padaku, Om! Aku tidak pernah diberikan waktu untuk bisa bahagia. Padahal aku sudah berusaha melupakan apa yang terjadi di antara kita delapan tahun lalu. Aku mencoba untuk melupakan dan tidak mengingat s

  • Malam Terlarang Bersama Paman   48. KEBAKARAN JENGGOT

    Lidah Nada kelu sekarang. Dia tak sanggup berkata apa pun. Melihat wajah anaknya yang nampak emosi, membuat hati Nada meradang. Dia benar-benar merasa sangat bersalah sekarang.“Mama, please,” mohon Deven yang sedari tadi menunggu jawaban sang ibu. Dengan hati yang terasa berat, Nada mengangguk. Dia masih tidak berani menatap wajah anaknya. Sedangkan—setelah mendapatkan jawaban dari sang ibu—Deven langsung melihat ke arah Adrian yang sedang berdiri menatap ke arahnya. Untuk beberapa detik mereka saling bertatapan. Adrian masih tidak menyangka dengan kenyataan yang sekarang dia sedang hadapi. Anak yang kini ada dalam pantulan objek yang dilihatnya ternyata adalah darah dagingnya. Adrian bingung sekarang, dia tidak tahu harus bersikap apa.“Kenapa Mama bohong padaku, Ma?” tanya Deven lagi, kini pandangannya ia arahkan kembali pada sang ibu.“Maafkan Mama, Dev. Kamu masih kecil, kamu akan sulit memahaminya,” terang Nada sambil menangis. Deven menggeleng, “Mama jahat! Mama selalu bila

  • Malam Terlarang Bersama Paman   49. PEMILIK AKUN

    Sudah hampir satu minggu Deven tak mau berbicara dengan Nada. Bahkan hanya sebuah sapaan saja, Deven tidak mau menimpal. Seberapa besar Nada membujuk, anak itu tetap merajuk. “Mama tahu kalau Mama salah. Mama tahu, kesalahan Mama tidak semudah itu untuk dimaafkan. Tapi, Deven harus tahu dan mengerti posisi Mama,” ucap Nada yang kini sedang bersimpuh di hadapan sang anak, yang sedang duduk di tepian kasur. Deven hanya menatap sang ibu dengan tatapan yang datar. Selama tujuh tahun dia bersama dengan sang ibu, baru kali ini Deven merasakan kecewa yang teramat dalam. “Aku tidak mengerti, kalau Mama tidak memberitahuku!”Melihat sang ibu yang sudah kelelahan, akhirnya hati kecil anak itu terkeruk. Deven pun membuka mulutnya. Walau kecewa, tapi Deven tetap merasa kasihan melihat wajah ibunya yang sayu.“Apa kamu akan mengerti jika Mama menceritakannya?” Deven mengedikan bahunya, “I dunno. Tapi aku berharap Mama menceritakan hal itu, sekali pun aku tidak mengerti.”“Baiklah, Mama akan ce

  • Malam Terlarang Bersama Paman   50. CURIGA

    Tidak banyak yang bisa dilakukan Adrian sekarang. Dia hanya bisa melihat Nada dari kejauhan. Bahkan tadi pagi saja, saat Adrian melihat Nada didatangi oleh jurnalis, dia tak sanggup untuk membantunya. Adrian masih belum memiliki keberanian untuk menemui Nada, apalagi dengan Deven. Adrian merasa dirinya sangat hina dan tidak pantas untuk sekedar bertatapan dengan mereka berdua. “Mas Andre, Mbak Clara, maafkan aku,” isak Adrian, yang kini sedang berada di pusara kedua orang tua Nada.Setelah merenung dan berdiam diri selama beberapa hari. Adrian merasa dirinya sangat-sangat tidak bertanggung jawab; baik pada Nada dan juga kedua orang tuanya yang sudah tiada. “Padahal aku sudah berjanji untuk menjaga putri kalian satu-satunya. Tapi, aku malah ….”Adrian tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Dadanya sesak dan tenggorokannya tercekat sekarang. Membayangkan betapa bajingannya dia, yang sudah melukai kehormatan keponakannya sendiri. Bahkan sampai memiliki anak dari hubungan terlarang, yang s

Bab terbaru

  • Malam Terlarang Bersama Paman   99. JANJI

    Sebelum masuk ke dalam ruang persalinan, Adrian diharuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu dia segera masuk dan mendapati istrinya sedang merintih kesakitan.“Sayang!” seru Adrian segera menghampiri sang istri.Peluh sudah membasahi wajah Nada. Bahkan rambutnya pun terlihat basah oleh keringat yang sudah membanjiri tubuhnya. Adrian langsung menggenggam tangan Nada, yang sebelumnya ditemani oleh seorang perwat.Matanya menatap Nada yang nampak sedang berjuang menahan rasa sakit. Hatinya merasa tak tega, melihat istrinya begitu berjuang dengan susah payah untuk melahirkan nyawa baru yang akan menjadi warna tersendiri dalam kehidupan mereka.“Sayang, kamu bisa. Aku ada di sini,” bisik Adrian.Mendapatkan motivasi seperti itu, Nada merasa senang. Namun, dia tidak bisa menunjukkan dengan ekspresi wajahnya.“Ibu, sedikit lagi. Ini kepalanya sudah keluar,” kata sang dokter.Adrian melihat ke arah sang dokter yang membimbing persalinan istrinya.“Ayok, Bu. Sepertinya keda

  • Malam Terlarang Bersama Paman   98. PERSALINAN

    Nada sudah diizinkan untuk pulang. Kondisi kehamilannya sangat amat baik, janinnya pun terlihat sehat dan sudah diketahui jenis kelaminnya. Hanya saja Nada masih merahasiakan hal ini pada suaminya.“Sudah semua, Mbak?” tanya Nada.“Sudah.” Ratna baru saja mengunci pintu apartemen yang menjadi tempat singgah mereka selama di negara ini.“Baik, ayo kita berangkat. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Deven,” kata Nada.Ratna mengangguk, lalu tersenyum. Hari ini mereka akan pulang ke Indonesia. Sayangnya Adrian tidak bisa menjemputnya, karena ada agenda bisnis yang tidak bisa dia hindari.Selama beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka pulang dan disambut hangat oleh Deven dan Eva yang sudah menunggu mereka. Terlihat nenek dari Nada itu sudah menanti kedatangan cucunya.“Kamu sehat, Nada?” tanya Eva, yang masih terlihat segar, walau kondisinya harus selalu duduk di kursi roda. Usianya yang sudah senja, membuat kesehatannya menurun.“Sehat, Nek. Nenek bagiamana?” tanya Nada sambil m

  • Malam Terlarang Bersama Paman   97. GAGAL MENJADI SUAMI

    Sekarang mereka sedang berada disebuah restoran mewah. Mereka hendak makan malam bersama, menikmati makanan khas dari negeri gingseng. Namun, belum juga makanan tiba, Nada sudah izin untuk ke toilet.“Mamamu kenapa, Dev? Apa dia sakit?” tanya Adrian.Deven menggeleng, “Tidak tahu, Pa. Padahal biasanya tidak apa-apa.”Adrian menyipitkan matanya, tiba-tiba saja dia merasa sedikit ada yang janggal dengan istrinya. Sampai akhirnya Nada kembali dari toilet, dan Adrian tak lepas memandang Mitha. Bahkan saat makanan tiba dan mereka makan malam pun, Adrian terus memandang Nada.“Sudah selesai?” tanya Adrian, saat makana di hadapan mereka sudah habis.Nada dan Deven mengangguk. Adrian pun mengangkat tangannya, tak lama kemudian seorang pelayan perempuan mendatangi Adrian. Dia pun meminta tagihan atas makannya.“Silakan, Pak,” kata pelayan itu dengan bahasa Korea.Adrian menerima sebuah bill holder berwarna hitam. Namun, ada yang aneh dari barang itu, karena terlihat ada yang mengganjal. Hanya

  • Malam Terlarang Bersama Paman   96. HOLIDAY

    “Mama! Sepatu boots aku di mana?” teriak Deven pada sang ibunda.“Sudah Mama masukkan ke dalam koper, Sayang. Kamu pakai sepatu cats aja, ya,” timpal Nada, yang sedang menarik kopernya keluar dari kamarnya.Adrian terlihat mengekor Nada dari belakang, “Ini jaket tebal dan syal tidak sekalian masuk ke koper, Ma?” tanya Adrian, yang menenteng sebuah tas kecil yang berisi barang yang dikatakannya.“Tidak usah. Sampai Korea pasti kita butuh pakaian hangat. Di sana sedang musim dingin,” jawab Nada.Ya, keluarga bahagia ini hendak menuju negeri gingseng. Semenjak menikah, mereka belum sempat berbulan madu. Karena Adrian masih disibukkan dengan urusan pekerjaan.Di akhir tahun ini, Adrian memang sudah merencanakan untuk berlibur ke negara Korea Selatan bersama dengan orang yang dicintainya.“Nada, sudah tidak ada yang tertinggal, bukan?” Eva muncul dengan kursi rodanya. Mengingatkan pada Nada tentang barang yang dia bawa.Nada menoleh dan langsung tersenyum pada neneknya, “Tidak ada, Nek sem

  • Malam Terlarang Bersama Paman   95. ADIK UNTUK DEVEN

    Wajah Adrian dan Nada kini merah seperti kepiting rebus. Bagaimana bisa, mereka sedang bermesraan dan ketahuan oleh anak yang masih di bawah umur.“Ah … itu,” ucap Nada gelagapan. Dia melirik ke arah Adrian, memberikan isyarat untuk menjelaskan apa yang barusan kita lakukan tadi.“Mama jangan malu begitu. Ini bukan pertama kali aku melihat kalian seperti itu, kok,” aku Deven.Anak itu berjalan menghampiri ayah dan ibunya, yang sebentar lagi akan menikah secara sah.Mendengar pengakuan Deven, tentu membuat mata Nada membulat maksimal. Rasa malu kini mulai menjalar di sekujur tubuhnya.“Bukan pertama kali? Berarti sebelumnya pernah?” tanya Nada.Deven mengangguk, lalu masing-masing tangannya memegang tangan Nada dan Adrian.“Aku senang kalian bisa menikah. Aku senang, karena nanti aku punya papa asli!” ucapnya dengan wajah yang berbinar. Menatap Nada dan Adrian secara bergantian.“Akhirnya Mama tidak sendiri lagi nanti. Mama dan Papa akan sama-sama membesarkan aku. Walau kemarin aku sem

  • Malam Terlarang Bersama Paman   94. WEDDING DRESS

    Nada membelalakan mata, tatkala Adrian berkata demikian di depan publik. Dia ingat, kalau Adrian memang berniat untuk menikahinya. Namun, Nada tidak berekspektasi akan secepat ini. Apalagi ditambah cara dia melamar Nada di depan banyak orang. Tentu saja respon para audiens terlihat senang. Mata mereka nampak berbinar, lampu flash pada kamera juga tak henti-hentinya menyala. Tangan mereka sibuk dengan papan ketik pada keyboard-nya masing-masing. “Bagaimana, Nada?” tanya Adrian, yang menunggu jawaban dari wanita yang saat ini ada di hadapannya, “mau kah kamu menikah denganku?” Sekali lagi, Adrian memperjelas ucapannya. Khawatir Nada lupa dengan apa yang dikatakannya. Karena hampir lima menit Nada melongo, menatap Adrian. Seketika Nada mengerejap, lalu dia melirik ke arah audiens. Nampaknya mereka sama penasaran seperti Adrian. Bibir Nada mendadak terasa kering, dia pun menjilatnya. Irama detak jantungnya pun sudah mulai cepat. Seperti musik dengan irama cepat dan menggambarkan musik

  • Malam Terlarang Bersama Paman   93. REBRANDING

    Calvin dibawa ke rumah sakit. Kondisinya tidak sadarkan diri. Di sana keluarga Calvin juga ikut menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Kemudian dokter keluar dari ruang periksa, dan segera mendatangi pihak keluarga. Ada raut kesedihan dan perasaan berat yang terlihat dari wajah sang dokter.“Dok, bagaimana dengan keadaan Papa saya?” tanya seorang wanita, dia Yuvia—anak bungsu dari Calvin.Dokter itu terdengar menghela napas dalam. Wajah Yuvi nampak gusar melihat respon sang dokter. “Dok?” Yuvi kembali memanggil sang dokter. “Mohon maaf yang sebesar-besarnya. Pak Calvin Winata mengalami serangan jantung, dan nyawanya tidak bisa kami tolong,” ucap sang dokter.Siapa pun yang mendengar kalimat yang baru saja diucapkan dokter, pasti akan langsung terhenyak. Pasalnya tadi Calvin terlihat biasa saja, walau sedikit lesu. Namun, kali ini siapa sangka, rencana Tuhan tidak ada yang tahu. “Tidak mungkin, Dok!” seru Yuvi, dengan mata yang sudah mulai berkaca. Wanita itu kemudian dirangku

  • Malam Terlarang Bersama Paman   92. KONFERENSI PERS

    Nada dan Adrian sontak menoleh. Kemudian mereka melihat sosok perempuan dengan mengenakan setelan jas berwarna peach. Adrian yang tahu siapa wanita itu, langsung bangkit dari kursi. “Bu Sarah,” ucap Adrian.Wanita itu adalah Sarah, salah satu anggota dewan komisaris perusahaan Victory. Entah ada niat apa dia sampai datang jauh-jauh kemarin.“Halo, Adrian. Sudah lama kita tidak bertemu,” sapa Sarah. Adrian hanya mengangguk, memberikan salam penghormatan. Nada, yang tadi sempat dipanggil, seraya menghampiri Sarah.“Ya, Bu? Ada apa Ibu repot-repot sampai datang ke mari?” tanya Nada.“Aku tidak merasa direpotkan, Nada. Aku datang kemarin karena ini membicarakan sesuatu perihal perusahaan. Bisakah kita bicara sebentar? Bersama Adrian pun tidak masalah,” terangnya. Akhirnya mereka menyanggupi permintaan Sarah. Karena masih harus menunggu Eva, yang sedang diinterogasi oleh pihak berwajib. Mereka pun hanya berbincang di dalam mobil milik Sarah. “Keadaan perushaan sedang collaps. Saham ki

  • Malam Terlarang Bersama Paman   91. SEDIKIT LAGI, NADA

    Berita hari ini seolah serentak menyiarkan kabar tentang Victory Airlines dan Victory Hotel. Pihak berwajib sudah mendapatkan bukti tentang keberadaan obat terlarang di pesawat kargo milik Victory Airlines dan juga arah distribusi barang tersebut. Dari puluhan cabang Victory hotel, barang terlarang itu hanya ditemukan di VKK. Namun begitu, nama Victory benar-benar menjadi buruk di mata publik.“Ini semua fitnah!” seru Calvin, yang dengan secara tiba-tiba diangkut paksa oleh tim dari Bareskrim Polri.“Tidak mungkin Victory Hotel dan Airlines mendistribusikan obat terlarang seperti ini!” raungnya.Jelas sekali, Calvin tidak ingin diamankan oleh pihak yang berwajib.“Siapa yang memerintah kalian, hah? Bawa aku pada Pak Fredy!” Calvin nampaknya menolak untuk bersikap kooperatif pada pihak berwajib. “Sudah jelas di surat penangkapan, kami langsung ditugaskan oleh Pak Kapolri!” tegas seorang polisi bernama Bisma. Ya, perintah penangkapan Calvin memang langsung dikeluarkan oleh petinggi p

DMCA.com Protection Status