Home / CEO / Malam Terlarang Bersama Paman / 2. SETELAH MALAM ITU

Share

2. SETELAH MALAM ITU

Author: mayuunice
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah permainan panas berakhir, Adrian tertidur begitu saja–meninggalkan Nada termenung. Beberapa saat, ia menangis. Bahkan, saat pergi dari ruang kerja Adrian, ia masih bercururan air mata. Dipanggilnya taxi dan megurung diri di kamar.

Padahal, Nada sangat menyayangi dan menghormati Adrian. Saat sedang kesal atau kecewa, pamannya itu akan menjadi tempat pelarian Nada.

Adrianlah yang terus menjaga dan menguatkan Nada selama ini.

“Kenapa Om? Kenapa Om melakukan hal itu pada Nada?” lirihnya.

***

“Shit.” Adrian mengaduh, ketika kepalanya terasa sangat berat.

Perlahan, dia memindai sekelilingnya.

Pria berumur 33 tahun itu bangkit dari sofa. Ia memikirkan kenapa dirinya bisa terbangun di ruang kerjanya?

Semalam, Adrian sedang mengobrol bersama Sindy sembari minum berdua karena sudah hampir tiga bulan tak bertemu.

Hanya saja, tak ada yang dia ingat selepas wanita itu meminta izin untuk pulang karena mendapatkan panggilan dari manajernya.

Adrian pun memutuskan pulang dan meraih ponselnya. Namun, matanya seketika membulat ketika mendapati Eva yang ternyata menghubunginya hingga puluhan kali!

“Gawat.”

Adrian langsung bangkit dan segera pulang menuju rumahnya. Sekitar tiga puluh menit, ia pun tiba di kediaman sang ibu angkat.

Terlihat Eva sedang melakukan sarapan pagi dan menatapnya dingin. “Semalam kamu ke mana, Adrian?” tanyanya.

Adrian menjilat bibirnya yang terasa kering. Kemudian dia berdiri tegap di hadapan Eva.

“Maaf, Ma, sepertinya aku kelelahan dan aku tertidur di ruanganku,” jawab Adrian cepat.

Eva mendesah, “Apa benar? Bukannya kamu bersama dengan wanita itu?”

Mata Adrian terpejam dalam, bahkan dia merapatkan bibirnya. Wanita yang dimaksud Eva pastilah Sindy.

“Kami hanya berbincang melepas rindu sebentar. Setelahnya, aku ketiduran.”

Kini Eva meletakkan sendok dan garpunya. “Sudah Mama katakan kalau kamu dilarang untuk meninggalkan acara. Pak Calvin terlihat sedikit kesal, saat kamu tidak menemuinya di akhir acara.

“Wanita itu memang membawa pengaruh buruk untukmu,” cibir Eva tak suka.

Memang sejak dulu, Eva tidak merestui hubungan Adrian dan Sindy.

Alasannya karena Sindy adalah seorang publik figur, sedangkan Eva menginginkan semua anaknya memiliki istri dari non kalangan pengusaha atau publik figur.

Seperti Clara—istri Andre— yang saat itu berprofesi sebagai guru.

“Ma!”

Eva langsung merentangkan tangannya ke arah Adrian, “Stop! Mama tak ingin mendengar pembelaanmu. Cepat bersiap karena ini hari pertamamu menjabat sebagai pimpinan Victory Grup!” perintahnya.

Tidak ingin membantah ucapan sang ibu angkat yang sudah sangat berjasa pada Adrian, pria itu pun pergi. Dia segera bersiap untuk kembali ke tempat kerjanya dengan penampilan yang lebih layak.

Hari pertama menjabat sebagai CEO berjalan dengan lancar. Walau dia merasa sedikit kaget dengan aktivitas barunya ini. Adrian bahkan baru tiba di apartemennya saat menjelang malam.

Baru saja duduk, panggilan dari Ratna—seorang ART di rumah utama–mengagetkannya.

Meski lelah, Adrian pun memilih segera pulang.

“Serius, Mbak, Nada tidak makan sejak pagi?” tanyanya begitu tiba di sana.

“Iya, Mas. Saya sama Nyonya sudah coba bujuk Nada untuk makan, tapi dia selalu bungkam. Bahkan, makan pagi dan siang yang saya taruh di kamarnya tidak disentuh sama sekali. Saya takut dia kenapa-kenapa, apalagi dia punya penyakit asam lambung, kan,” kata Ratna khawatir.

Adrian mendesah, lalu dia segera menuju kamar Nada.

Diketuklah daun pintu kamar gadis itu dan Adrian segera masuk ke dalam. Terlihat Nada sedang meringkuk di balik selimut.

“Nada, ini Om Ad—”

Belum juga Adrian melanjutkan ucapannya, Nada langsung bangkit. Dengan cepat, dia meraih lampu yang terletak di atas meja. Sedetik kemudian, dia melemparkan lampu tersebut pada Adrian.

“Pergi kamu dari sini! Aku tidak mau bertemu denganmu. Pergi!” teriak Nada menjadi.

Adrian mematung di tempat, terlebih ketika melihat kondisi keponakannya. Baru kali ini, Adrian melihat sikap Nada yang seperti itu. Dengan cepat, Adrian langsung menghampiri dan memeluk keponakannya itu.

“Aku bilang pergi! Aku tidak ingin diganggu oleh siapa pun!” raungnya. Lagi-lagi, Nada langsung mendorong sang paman. Matanya sembab dan merah karena sejak malam terjaga dan menangis tanpa henti.

Sementara itu, Eva pun datang setelah mendengar teriakan Nada.

“Nada, kamu kenapa? Kemarin, kamu masih baik-baik saja. Apa ada yang salah?” tanya Eva dengan wajah yang khawatir.

“Aaaakk! Pergi!” jerit Nada yang langsung membanting apa pun yang ada di dekatnya.

Kondisi gadis itu benar-benar kacau sekarang.

“Nada, apa ada seseorang yang mengganggumu? Apa sesuatu yang buruk terjadi padamu?” tanya Eva lagi.

“Diam! Kalian berisik! Tinggalkan aku sendiri di sini!” raung Nada yang sudah tidak bisa dikontrol lagi.

“Ma, sudah, Ma.” Adrian langsung menarik ibunya menjauh dari Nada, “biar Adrian yang mengurus Nada.”

“Nyonya, Mas Adrian, sebaiknya kita ikuti kemauan Nada. Biarkan dia sendiri di sini,” sela Ratna.

“Tapi—”

“Ayo, Mas, tolong kita keluar dan tinggalkan Nada sendiri di sini. Kalau tidak, dia bisa melakukan hal yang lebih ekstrim dari ini.”

Seolah sudah tahu dengan sikap Nada, Ratna meminta kepada mereka untuk menuruti kemauan Nada.

Akhirnya baik Eva mau pun Adrian, mereka mengikuti permintaan dari Ratna.

“Pasti sesuatu terjadi padanya, Ratna. Sikapnya sama seperti enam tahun lalu, saat kejadian itu,” ucap Eva panik.

Ratna mengangguk, dia pun mengingat dengan jelas kejadian malam itu. Bahkan saat itu kondisinya lebih parah dari ini.

“Sebentar, maksud kalian apa?” sela Adrian tak paham.

Eva mendesah, dia merasa sangat lemas melihat kondisi cucunya. Namun, di saat seperti ini tidak ada yang bisa dilakukan oleh mereka.

“Saat itu kamu tidak ada, Adrian. Kamu masih bekerja di luar negeri,” ucap Eva, “enam tahun lalu, Nada hampir diperkosa oleh gurunya sendiri.”

“APA?!” pekik Adrian yang tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Hampir, Mas. Untungnya, saat itu ada Nicko, pacar Nada yang menyelamatkannya. Tapi, mental Nada terguncang, sampai harus home schooling. Dia baru mau kembali bersosialisasi saat kuliah.”

Mendengar fakta itu membuat Adrian merasakan amarahnya memuncak. Kenapa dirinya tidak tahu tentang insiden separah ini? Ternyata dibalik wajah ceria Nada, gadis itu memiliki luka tersendiri di dalam dirinya.

“Terus sekarang? Apa insiden serupa terjadi kembali padanya?”

Ratna menggeleng, “Setelah keadaannya tenang, mungkin kita bisa menanyakan perlahan pada Nada.”

“Ya. Kita harus tenang. Aku juga sudah menelpon psikiater terbaik untuk menanganinya,” timpal Eva serius.

Sementara itu, hati Adrian tak tenang. Mengapa gadis kecil kesayangannya itu bisa menyimpan luka seberat itu dan tak pernah bercerita padanya?

BERSAMBUNG ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Neysha Esha
awal yg seruuu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Terlarang Bersama Paman   3. TRAUMA

    Sementara itu, Nada masih menangis di dalam kamar. Bayangan kejadian semalam bersama dengan pamannya terus berputar di benak gadis berusia 22 tahun itu. Nada merasa dirinya hina sekarang karena sudah melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan layaknya keluarga—walau faktanya Adrian hanyalah keluarga angkat.“Menjijikan!” ringis Nada yang memukul dirinya sendiri.Untungnya, psikiater yang menangani Nada datang. Meski awalnya memberontak, tetapi ia berhasil ditenangkan.Hari demi hari berlalu.Perlahan, gadis itu pun bisa memulihkan diri.Hanya dalam waktu satu bulan, ia sudah bisa kembali mengontrol emosinya. Namun, Nada masih enggan bercerita pada siapa pun tentang insiden itu.“Nenek, aku ingin melanjutkan kuliah di luar negeri,” ucapnya mendadak di waktu makan malam mereka.Eva terkesiap mendengar ucapan dari cucunya itu, “Nenek tidak salah dengar, kan?” Dia mencoba mengkonfirmasi.Nada segera mengangguk.Wajar jika Neneknya berkata seperti itu. Karena sebelumnya Nada menolak den

    Last Updated : 2024-10-29
  • Malam Terlarang Bersama Paman   4. RENCANA NADA

    Tubuh Nada bergetar hebat, tatkala sepasang mata cokelatnya mendapati sosok Adrian. Bayangan kejadian malam itu kembali memaksa berputar di benaknya.“Lupakan, Nada,” mohonnya pada diri sendiri.Tangan Nada kini sedang memukul kepalanya, berusaha menghentikan setiap momen mengerikan yang yang terjadi malam itu.Dua bulan ini Nada berpikir dalam keheningan. Dia paham betul, kalau pamannya saat itu sedang dalam kondisi mabuk. Apalagi melihat sikap pamannya sekarang, yang seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Nada sedikit yakin kalau pamannya itu memang menganggap kejadian itu hanya bunga tidurnya.Namun, tetap saja, hati Nada berdenyut ketika harus mengakui, bahwa faktanya sang pamanlah yang merenggut hal paling berharga dalam hidup Nada.“Nada.”Suara itu, suara laki-laki yang barusan memanggilnya, membuat jiwa Nada kembali terguncang. Dia langsung menutup kedua telinganya rapat-rapat.Sedangkan di luar, Adrian berdiam diri tepat di pintu kamar sang keponakannya.Mendengar per

    Last Updated : 2024-10-29
  • Malam Terlarang Bersama Paman   5. MENGHINDAR

    “Mbak, boleh tolong pijat tengkuk leherku sebentar?” pinta Nada pada asisten rumah tangganya.“Boleh, Nada.”Dengan sigap Ratna menghampiri Nada dan segera memijit pelan tengkuknya. Kini mereka sudah sampai di Amerika dan sedang berada di apartemennya.“Mau Mbak belikan obat? Sepertinya kamu masuk angin, Nada.”Dengan cepat gadis itu menggeleng, “Tidak usah, Mbak. Dipijat sebentar sama dibalur dengan minyak hangat pasti sembuh,” jawabnya.Ratna mengangguk, walau dalam hati dia merasa sedikit ada yang aneh dari Nada.Sejak di pesawat Nada memang sering bolak-balik ke toilet. Ratna perhatikan gadis itu sepertinya sedang tidak merasa nyaman dengan perutnya. Namun, jauh dari sebelum itu, beberapa kali Ratna pernah mendengar kalau Nada sering sekali muntah di kamar mandinya.“Nad, kamu tidak melakukan hal aneh dengan Nicko, kan?”Tiba-tiba saja Ratna bertanya hal demikian. Instingnya sebagai perempuan begitu kuat.Nada menoleh sedikit ke arah belakang.“Hal aneh apa maksud, Mbak?”Dengan j

    Last Updated : 2024-10-29
  • Malam Terlarang Bersama Paman   6. TIDAK USAH BERJANJI

    “Mbak, tolong jangan katakan apa pun, kalau Om Adrian bertanya tentangku,” pinta Nada yang terlihat sangat panik.Ratna baru saja mendapati panggilan dari anak angkat Eva. Dia pun segera mengangkat panggilan tersebut, sambil mata sembabnya terus memperhatikan Nada.“Halo, Mas,” sapa Ratna pada Adrian.“Mbak Ratna, apa benar Nada dan Mbak sedang di luar negeri?” tanya Adrian tanpa berbasa-basi.“Iya, Mas. Kenapa Mas Adrian bisa tahu?” Kini Ratna kembali melempar pertanyaan.Sedangkan Nada yang sedang berada di hadapan Ratna, menunjukkan ekspresi wajah yang harap-harap cemas.“Mama yang memberi tahuku. Kalau boleh tahu, Nada berkuliah di mana?” tanya pria itu lagi.Ratna tak segera menjawab, dia semakin menatap intens pada Nada. Seolah tahu dengan gestur dari Ratna, Nada pun menggeleng.“Maaf, Mas, tapi Nada meminta saya untuk tidak memberi tahu siapa pun. Sepertinya Nada tidak ingin diganggu, dia ingin fokus kuliah,” jawab Ratna beralibi.Entah Adrian akan percaya atau tidak dengan jaw

    Last Updated : 2024-10-29
  • Malam Terlarang Bersama Paman   7. MAMA, ARE YOU OK?

    Hati cucu mana yang tidak khawatir, ketika mendengar berita kalau neneknya sakit sampai harus dirawat di ruang ICU? Nada merasa seperti dihantam dua kali oleh kenyataan. Kini tangannya benar-benar bergetar hebat. Perasaannya sudah tak karuhan. Antara merasa takut dengan masa lalunya, dan takut dengan keadaan neneknya. “Mama?” panggil Deven pelan. Anak itu merasa khawatir melihat wajah ibunya yang pucat pasi. Namun, Nada langsung menggeleng dan meletakkan telunjuk di bibirnya. Seketika Deven langsung diam. “Ne-nek kenapa, Om?” tanya Nada tergagap. “Tadi dini hari, Nenek pingsan di kamarnya. Setelah dicek ternyata tensi darahnya tinggi. Sekarang beliau sedang di ICU, karena sudah dua jam belum tersadar,” terang Adrian dengan suara terdengar panik. “Apa sudah dicek oleh dokter?” Nada berusaha untuk setenang mungkin. “Sudah, tapi hasil lab belum keluar,” jawab Adrian. Badan Nada terasa panas dingin. Neneknya kini sudah berumur delapan puluh tahun. Pastilah sudah terjadi penurunan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Malam Terlarang Bersama Paman   8. PULANG

    Pertanyaan yang diajukan oleh Deven, sungguh di luar nalar. Bahkan Nada sampai mematung—hampir satu menit lamanya. “Deven,” panggil Nada sambil mengelus puncak kepala putranya, “bukannya Mama sudah bilang perihal itu? Papamu sudah di Surga, Nak,” terang Nada yang tentu saja mengucapkan sebuah kebohongan.Sakit sebenarnya, ketika dia harus berbohong pada anaknya sendiri. Namun, bagaimana lagi, Nada sudah bertekad untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang ayah biologis Deven. Apalagi pada anaknya sendiri. “Iya, Ma, i know. Tapi bukannya Indonesia juga surga? Aku baca di internet, kalau Indonesia itu serpihan surga. Berarti Papaku ada di sana, kan?” Mata Nada sontak membulat. Lagi, Nada dibuat tak habis pikir dengan jawaban dari putranya itu. Sepertinya memang sedikit sia-sia Nada berbohong.“Konteksnya berbeda, Sayang. Sudah, bagaimana kalau kita makan malam saja? Tadi Mama lihat Tante Ratna sedang memasak pasta kesukaan Deven.”Mendadak raut wajah Deven berubah. Anak itu merasa tid

    Last Updated : 2024-10-29
  • Malam Terlarang Bersama Paman   9. DIA ANAKKU

    Tangan Nada gemetar sekarang, melihat sosok pamannya yang baru saja keluar dari kamar. Perawakan Adrian terlihat berbeda dari enam tahun lalu. Badannya tegap, garis wajahnya terlihat sangat tegas. Membuat dirinya terlihat lebih tampan dari kali terakhir Nada melihatnya. Bahkan auranya sekarang sudah berubah menjadi dominan dan karismatik. Secepat itukah fisik Adrian berubah?“Selamat malam, Om,” ucap Nicko memecah ketegangan yang bisa dia rasakan. Tangan laki-laki itu kini langsung meraih tangan Nada. Mengusap punggung tangan dengan ibu jarinya. “Malam. Kamu mau pulang, Nick?” tanya Adrian dengan suaranya yang berat dan tegas .“Iya, Om. Saya mohon izin pamit pulang,” jawabnya dengan sopan. Namun, Nada malah semakin mencengkeram pegangan tangan Nicko. Mulutnya itu masih bungkam, dan bahkan belum menjawab sapaan dari paman angkatnya. Nicko pun segera membalikkan badan. “Kembali saja ke kamarmu, Nada. Tidak usah mengantarku keluar,” ucap Nicko. Tatapan gelisah kini terpancar di

    Last Updated : 2024-10-29
  • Malam Terlarang Bersama Paman   10. TEMPAT TERLARANG

    Agenda sarapan pagi bersama pun gagal. Setelah pengakuan Nada yang membuat tubuh Eva tak kuasa untuk bangkit. Wanita berumur delapan puluh tahun itu, akhirnya dibawa menuju kamar tidur.“Nada, bisa kita bicara sebentar?” tanya Adrian dengan suara tegasnya.Betapa khawatirnya perasaan Adrian, ketika melihat kondisi ibu angkatnya yang harus kembali drop, akibat pengakuan Nada.“Bukannya Om harus segera menuju kantor? Ini sudah pukul sepuluh pagi,” celetuk Nada sambil melihat ke arah jam dinding.“Aku masih punya banyak waktu,” jawab Adrian cepat.“Oh, apa Om sekarang selalu bermalas-malasan dalam memimpin Victory?” sela Nada mencibir.Sontak Adrian mengerutkan kening, “Maksudmu apa, Nada?” tanyanya.Nada menarik napas pelan, lalu dengan tangan yang meremas kedua sisi tubuhnya dia berbicara, “Ini sudah jam masuk kantor. Walau pun Om memiliki banyak waktu, tapi tetap saja Om harus datang ke kantor tepat waktu.”Intonasi Nada dalam berbicara terdengar menekan. Dia berusaha untuk membangun

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Paman   99. JANJI

    Sebelum masuk ke dalam ruang persalinan, Adrian diharuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu dia segera masuk dan mendapati istrinya sedang merintih kesakitan.“Sayang!” seru Adrian segera menghampiri sang istri.Peluh sudah membasahi wajah Nada. Bahkan rambutnya pun terlihat basah oleh keringat yang sudah membanjiri tubuhnya. Adrian langsung menggenggam tangan Nada, yang sebelumnya ditemani oleh seorang perwat.Matanya menatap Nada yang nampak sedang berjuang menahan rasa sakit. Hatinya merasa tak tega, melihat istrinya begitu berjuang dengan susah payah untuk melahirkan nyawa baru yang akan menjadi warna tersendiri dalam kehidupan mereka.“Sayang, kamu bisa. Aku ada di sini,” bisik Adrian.Mendapatkan motivasi seperti itu, Nada merasa senang. Namun, dia tidak bisa menunjukkan dengan ekspresi wajahnya.“Ibu, sedikit lagi. Ini kepalanya sudah keluar,” kata sang dokter.Adrian melihat ke arah sang dokter yang membimbing persalinan istrinya.“Ayok, Bu. Sepertinya keda

  • Malam Terlarang Bersama Paman   98. PERSALINAN

    Nada sudah diizinkan untuk pulang. Kondisi kehamilannya sangat amat baik, janinnya pun terlihat sehat dan sudah diketahui jenis kelaminnya. Hanya saja Nada masih merahasiakan hal ini pada suaminya.“Sudah semua, Mbak?” tanya Nada.“Sudah.” Ratna baru saja mengunci pintu apartemen yang menjadi tempat singgah mereka selama di negara ini.“Baik, ayo kita berangkat. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Deven,” kata Nada.Ratna mengangguk, lalu tersenyum. Hari ini mereka akan pulang ke Indonesia. Sayangnya Adrian tidak bisa menjemputnya, karena ada agenda bisnis yang tidak bisa dia hindari.Selama beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka pulang dan disambut hangat oleh Deven dan Eva yang sudah menunggu mereka. Terlihat nenek dari Nada itu sudah menanti kedatangan cucunya.“Kamu sehat, Nada?” tanya Eva, yang masih terlihat segar, walau kondisinya harus selalu duduk di kursi roda. Usianya yang sudah senja, membuat kesehatannya menurun.“Sehat, Nek. Nenek bagiamana?” tanya Nada sambil m

  • Malam Terlarang Bersama Paman   97. GAGAL MENJADI SUAMI

    Sekarang mereka sedang berada disebuah restoran mewah. Mereka hendak makan malam bersama, menikmati makanan khas dari negeri gingseng. Namun, belum juga makanan tiba, Nada sudah izin untuk ke toilet.“Mamamu kenapa, Dev? Apa dia sakit?” tanya Adrian.Deven menggeleng, “Tidak tahu, Pa. Padahal biasanya tidak apa-apa.”Adrian menyipitkan matanya, tiba-tiba saja dia merasa sedikit ada yang janggal dengan istrinya. Sampai akhirnya Nada kembali dari toilet, dan Adrian tak lepas memandang Mitha. Bahkan saat makanan tiba dan mereka makan malam pun, Adrian terus memandang Nada.“Sudah selesai?” tanya Adrian, saat makana di hadapan mereka sudah habis.Nada dan Deven mengangguk. Adrian pun mengangkat tangannya, tak lama kemudian seorang pelayan perempuan mendatangi Adrian. Dia pun meminta tagihan atas makannya.“Silakan, Pak,” kata pelayan itu dengan bahasa Korea.Adrian menerima sebuah bill holder berwarna hitam. Namun, ada yang aneh dari barang itu, karena terlihat ada yang mengganjal. Hanya

  • Malam Terlarang Bersama Paman   96. HOLIDAY

    “Mama! Sepatu boots aku di mana?” teriak Deven pada sang ibunda.“Sudah Mama masukkan ke dalam koper, Sayang. Kamu pakai sepatu cats aja, ya,” timpal Nada, yang sedang menarik kopernya keluar dari kamarnya.Adrian terlihat mengekor Nada dari belakang, “Ini jaket tebal dan syal tidak sekalian masuk ke koper, Ma?” tanya Adrian, yang menenteng sebuah tas kecil yang berisi barang yang dikatakannya.“Tidak usah. Sampai Korea pasti kita butuh pakaian hangat. Di sana sedang musim dingin,” jawab Nada.Ya, keluarga bahagia ini hendak menuju negeri gingseng. Semenjak menikah, mereka belum sempat berbulan madu. Karena Adrian masih disibukkan dengan urusan pekerjaan.Di akhir tahun ini, Adrian memang sudah merencanakan untuk berlibur ke negara Korea Selatan bersama dengan orang yang dicintainya.“Nada, sudah tidak ada yang tertinggal, bukan?” Eva muncul dengan kursi rodanya. Mengingatkan pada Nada tentang barang yang dia bawa.Nada menoleh dan langsung tersenyum pada neneknya, “Tidak ada, Nek sem

  • Malam Terlarang Bersama Paman   95. ADIK UNTUK DEVEN

    Wajah Adrian dan Nada kini merah seperti kepiting rebus. Bagaimana bisa, mereka sedang bermesraan dan ketahuan oleh anak yang masih di bawah umur.“Ah … itu,” ucap Nada gelagapan. Dia melirik ke arah Adrian, memberikan isyarat untuk menjelaskan apa yang barusan kita lakukan tadi.“Mama jangan malu begitu. Ini bukan pertama kali aku melihat kalian seperti itu, kok,” aku Deven.Anak itu berjalan menghampiri ayah dan ibunya, yang sebentar lagi akan menikah secara sah.Mendengar pengakuan Deven, tentu membuat mata Nada membulat maksimal. Rasa malu kini mulai menjalar di sekujur tubuhnya.“Bukan pertama kali? Berarti sebelumnya pernah?” tanya Nada.Deven mengangguk, lalu masing-masing tangannya memegang tangan Nada dan Adrian.“Aku senang kalian bisa menikah. Aku senang, karena nanti aku punya papa asli!” ucapnya dengan wajah yang berbinar. Menatap Nada dan Adrian secara bergantian.“Akhirnya Mama tidak sendiri lagi nanti. Mama dan Papa akan sama-sama membesarkan aku. Walau kemarin aku sem

  • Malam Terlarang Bersama Paman   94. WEDDING DRESS

    Nada membelalakan mata, tatkala Adrian berkata demikian di depan publik. Dia ingat, kalau Adrian memang berniat untuk menikahinya. Namun, Nada tidak berekspektasi akan secepat ini. Apalagi ditambah cara dia melamar Nada di depan banyak orang. Tentu saja respon para audiens terlihat senang. Mata mereka nampak berbinar, lampu flash pada kamera juga tak henti-hentinya menyala. Tangan mereka sibuk dengan papan ketik pada keyboard-nya masing-masing. “Bagaimana, Nada?” tanya Adrian, yang menunggu jawaban dari wanita yang saat ini ada di hadapannya, “mau kah kamu menikah denganku?” Sekali lagi, Adrian memperjelas ucapannya. Khawatir Nada lupa dengan apa yang dikatakannya. Karena hampir lima menit Nada melongo, menatap Adrian. Seketika Nada mengerejap, lalu dia melirik ke arah audiens. Nampaknya mereka sama penasaran seperti Adrian. Bibir Nada mendadak terasa kering, dia pun menjilatnya. Irama detak jantungnya pun sudah mulai cepat. Seperti musik dengan irama cepat dan menggambarkan musik

  • Malam Terlarang Bersama Paman   93. REBRANDING

    Calvin dibawa ke rumah sakit. Kondisinya tidak sadarkan diri. Di sana keluarga Calvin juga ikut menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Kemudian dokter keluar dari ruang periksa, dan segera mendatangi pihak keluarga. Ada raut kesedihan dan perasaan berat yang terlihat dari wajah sang dokter.“Dok, bagaimana dengan keadaan Papa saya?” tanya seorang wanita, dia Yuvia—anak bungsu dari Calvin.Dokter itu terdengar menghela napas dalam. Wajah Yuvi nampak gusar melihat respon sang dokter. “Dok?” Yuvi kembali memanggil sang dokter. “Mohon maaf yang sebesar-besarnya. Pak Calvin Winata mengalami serangan jantung, dan nyawanya tidak bisa kami tolong,” ucap sang dokter.Siapa pun yang mendengar kalimat yang baru saja diucapkan dokter, pasti akan langsung terhenyak. Pasalnya tadi Calvin terlihat biasa saja, walau sedikit lesu. Namun, kali ini siapa sangka, rencana Tuhan tidak ada yang tahu. “Tidak mungkin, Dok!” seru Yuvi, dengan mata yang sudah mulai berkaca. Wanita itu kemudian dirangku

  • Malam Terlarang Bersama Paman   92. KONFERENSI PERS

    Nada dan Adrian sontak menoleh. Kemudian mereka melihat sosok perempuan dengan mengenakan setelan jas berwarna peach. Adrian yang tahu siapa wanita itu, langsung bangkit dari kursi. “Bu Sarah,” ucap Adrian.Wanita itu adalah Sarah, salah satu anggota dewan komisaris perusahaan Victory. Entah ada niat apa dia sampai datang jauh-jauh kemarin.“Halo, Adrian. Sudah lama kita tidak bertemu,” sapa Sarah. Adrian hanya mengangguk, memberikan salam penghormatan. Nada, yang tadi sempat dipanggil, seraya menghampiri Sarah.“Ya, Bu? Ada apa Ibu repot-repot sampai datang ke mari?” tanya Nada.“Aku tidak merasa direpotkan, Nada. Aku datang kemarin karena ini membicarakan sesuatu perihal perusahaan. Bisakah kita bicara sebentar? Bersama Adrian pun tidak masalah,” terangnya. Akhirnya mereka menyanggupi permintaan Sarah. Karena masih harus menunggu Eva, yang sedang diinterogasi oleh pihak berwajib. Mereka pun hanya berbincang di dalam mobil milik Sarah. “Keadaan perushaan sedang collaps. Saham ki

  • Malam Terlarang Bersama Paman   91. SEDIKIT LAGI, NADA

    Berita hari ini seolah serentak menyiarkan kabar tentang Victory Airlines dan Victory Hotel. Pihak berwajib sudah mendapatkan bukti tentang keberadaan obat terlarang di pesawat kargo milik Victory Airlines dan juga arah distribusi barang tersebut. Dari puluhan cabang Victory hotel, barang terlarang itu hanya ditemukan di VKK. Namun begitu, nama Victory benar-benar menjadi buruk di mata publik.“Ini semua fitnah!” seru Calvin, yang dengan secara tiba-tiba diangkut paksa oleh tim dari Bareskrim Polri.“Tidak mungkin Victory Hotel dan Airlines mendistribusikan obat terlarang seperti ini!” raungnya.Jelas sekali, Calvin tidak ingin diamankan oleh pihak yang berwajib.“Siapa yang memerintah kalian, hah? Bawa aku pada Pak Fredy!” Calvin nampaknya menolak untuk bersikap kooperatif pada pihak berwajib. “Sudah jelas di surat penangkapan, kami langsung ditugaskan oleh Pak Kapolri!” tegas seorang polisi bernama Bisma. Ya, perintah penangkapan Calvin memang langsung dikeluarkan oleh petinggi p

DMCA.com Protection Status