“Sudahlah, Mom. Tidak perlu terlalu berlebihan. Tidak perlu takut juga. Hayden pasti tahu apa yang harus dia lakukan.
Jika memang Darline seperti yang mom katakan, dia pasti bisa menilai sendiri.
Menurutku, harusnya Mom berdiam di rumah, merajut kaus kaki dan sarung tangan bayi agar bisa dipersembahkan untuk cucu mom yang akan segera lahir.
Bukannya malah berpikiran buruk seperti ini dan merecoki rumah tangga putramu yang sudah 41 tahun melajang dan akhirnya menikah.
Usianya tidak muda lagi. Jangan mencampuri urusan rumah tangganya, Mom!”
Helaan napas terdengar dari bibir ibunya. Tapi lalu wajah itu mengeras penuh tekad.
“Tidak bisa! Aku harus tetap memastikannya sendiri. Jika tidak, aku tidak akan bisa tidur dengan nyenyak setiap malamnya.”
Heaven memijit pelipisnya merasa apa yang dilakukan ibunya kelewat batas.
Beruntung bukan dia yang diperlakukan seperti itu.
“Terserah padamu, Mom
Sepulang dari mall, ketika memasuki rumah, kedua mata Darline terpaku pada foto pengantin dirinya dan Hayden. Ingatannya kembali pada foto yang ada di ponsel Hailley. Foto gadis itu dengan kedua orang tuanya, Hayden dan Ashley. Jas yang dikenakan Hayden di foto yang ada di ponsel Hailley sama persis dengan jas yang ada di foto pengantinya ini. Secercah pikiran negatif menguasai Darline. Mungkinkah Hailley mengambil foto ini, lalu mengedit dna menggabungkannya dengan foto Ashley dan dirinya saat kecil? Jika benar seperti itu, maka Darline mengakui kemampuan mengedit Hailley sangat bagus. Foto itu terlihat tak bercacat cela seperti hasil ‘editan’. Sedang asyik berpikir, tiba-tiba suara Hailley menyapanya. Gadis itu sudah berdiri di sampingnya dan juga ikut menatap ke arah foto. “Seharusnya, wanita di samping daddy-ku adalah mommy-ku,” katanya ketus lalu berbalik badan sembari meninggalkan delikan sengit ke arah Darline. “Sudah kubilang sebelum ini kan, Hailley, aku dan papamu baru
Darline baru saja selesai menyiapkan makan malam. Sehabis berendam tadi, dia tidak menengok ponselnya sama sekali, jadi Darline tidak tahu ada panggilan tak terjawab dari Hayden.Baru juga selesai menyiapkan tiga menu sederhana untuk makan malam mereka, terdengar bell pintu berbunyi.Tergopoh-gopoh Darline membukakan pintunya.Sungguh Darline terkejut karena benar-benar tak menyangka bahwa yang datang adalah ibu mertuanya.“Mom? Kok tiba-tiba datang?”“Kenapa kamu? Nggak senang melihat saya datang berkunjung?”“Bu- bukan begitu, Mom. Aku hanya terkejut saja. Karena tiba-tiba. Tapi, Mom datang ke sini dengan siapa? Naik apa?”“Halaaah, kalau masalah ke sini dari airport ya ada Gael yang menjemput. Sudah, nggak usah terkejut lagi. Toh saya nggak minta kamu menjemput. Ngomong-ngomong, saya boleh masuk nggak nih? Atau saya harus di sini terus?”“Eh? Iya, iya, mari masuk Mom. Silakan.”Dengan dagu terangkat, Jenni Lewis melangkah masuk. Ini kali pertama dia menginjakkan kaki di kediaman Ha
Rindu yang tadinya bergelora kini padam terguyur rasa kecewa di hati. Darline tak mampu merangkai kata lainnya, kecuali menjawab, “Iya, Mas. Nggak apa.” Bibir berkata iya, tapi hati Darline menelan rasa kecewanya. Tapi apa mau dikata, pekerjaan tetaplah pekerjaan. Tidak mungkin dia menuntut suaminya untuk tinggal di rumah selama yang dia inginkan. Lalu suara Darline terdengar lagi, “Tapi ... Mom akan tidur di mana, Mas?” “Nah itu dia. Biasanya dia kalau berkunjung ke sini, selalu di hotel. Tapi ini tadi, kata Gael Mom bilang mau nginap di rumah kita. Ya, kasihkan saja kamar tamu untuk ibuku pakai. Untuk makan malam, kalau kalian mau makan di luar, pergi keluar saja. Akan kusiapkan driver.” “Aku capek, Mas. Makan di rumah aja.” “Ya, sudah. Pesan delivery aja, ya?” “Err, nggak perlu, Mas. Aku sudah masak.” Darline tidak berniat untuk menutupi kepergian ibunya bersama Hailley. Tapi lidahnya juga terasa kelu untuk memberitahukan hal itu. Rasanya dia seperti mengadu jika dia membe
Darline sedikit terbangun di tengah malam ketika dia merasakan dua lengan kokoh melingkari pinggangnya, lalu punggungnya merasakan kehangatan pelukan yang dia tahu pasti itu pelukan Hayden.Kehangatan seperti ini di malam demi malam yang sangat disukai Darline. Kehangatan yang mampu menghapus segala rasa lelah dan mengembalikan semangat juangnya untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.Darline tidak membuka matanya, tapi dia menarik lengan itu agar lebih erat memeluknya. Lalu terasa helaan napas Hayden di lehernya setelah sebelumnya pria itu merapikan rambutnya agar dia mendapatkan akses untuk ceruk leher Darline sebelah kiri.Ada aroma khas pasta gigi mereka di deru napas itu. Darline tersenyum bahagia meski tetap dengan mata terpejam.Lalu dia merasakan kecupan Hayden di pipinya. Setelah itu tubuh itu ikut diam dan hanya menyisakan kehangatan serta deru napas teratur bagi Darline.Hanya merasakan semua ini saja Darline bisa menemukan lagi kekuatannya untuk tetap bergelayut pada hat
Darline tergelak dalam tawanya, tapi tidak mengindahkan perkataan suaminya itu.Pada akhirnya, Hayden sarapan dengan terburu-buru saat menyadari waktunya tinggal sedikit untuk mengejar pertemuannya dengan Mr. Nakigawa.Begitu selesai, dia gegas mengenakan sepatu lalu berpamitan pada Darline.Kecupan lembut di bibir Darline menjadi salam perpisahan untuk pagi yang sibuk itu."Jangan ragu menelponku. Sesibuk apapun aku, telepon darimu tidak menggangguku, mengerti?"DArline mengangguk penuh syukur. Lalu bibirnya kembali disesap sebelum akhirnya Hayden benar-benar pergi ke pertemuan dengan Mr. Nakigawa.Begitu punggung Hayden menghilang di balik pintu, Darline berbalik tubuh dan menuju dapur. Ibu mertua dan Hailley ternyata sudah di sana.“Pagi, Mom. Pagi, Hailley.” Darline menyapa ringan, seakan tidak ada hal menyesakkan yang sempat dia alami. Level kebahagiaan hatinya sudah dicas sampai penuh dengan semua kehangatan dari Hayden tadi. Sayangnya, itu semua malah membuat ibu nya Hayden mer
Darline membiarkan ibu mertua bersama Hailley berjalan-jalan sesuka hatinya. Keluar sedari pagi masih belum pulang hingga sore menjelang.Darline sendiri menikmati harinya di rumah seorang diri. ART datang pukul 8.00 seperti yang Hayden katakan. Setelah rumah dibersihkan dan dibereskan, Darline pun menikmatinya dengan menjaga kebugaran tubuhnya selama masa kehamilan.Hayden yang terlihat masih seperti 30 tahunan, serta tubuh kencang yang terjaga menjadi inspirasi Darline untuk menjaga kebugaran tubuhnya.Dia akan mulai olahraga rutin. Tapi berhubung saat ini dia sedang hamil, Darline memutuskan untuk olahraga yang ringan selama kehamilan.Darline juga rajin membaca buku kehamilan tentang apa yang harus dan tidak boleh dia perbuat, apa yang baik dan bergizi untuk dimakan. Juga, bagaimana mempersiapkan tubuh untuk melahirkan secara normal, sekalipun usia kandungannya baru sekitar 3 bulan.Semua akan Darline lakukan demi buah hatinya ini. Dia sudah menunggu kehadiran buah hatinya ini cuk
Darline menatap tumpukan paper bag di hadapannya. Bukan dia tak mau membantu. Tapi ... selain cara mereka meminta tolong padanya yang jauh dari kata sopan, juga karena Hailley sangat tidak pantas memerintahkannya melakukan hal semacam ini. “Hailley, kamu punya tangan dan kaki lengkap, kan? Dan semuanya masih sehat dan berfungsi dengan baik. Ayo, barang-barangmu diatur sendiri. Tanggung jawab dan pekerjaanmu janganlah sampai dilimpahkan kepada orang lain. Kecuali, kalau memang kamu mengalami kendala.” Saat itu, terlihat percikan bara api kebencian di mata Hailley yang menatapnya seakan ingin membakar Darline dari ujung rambut hingga ujung kuku kakinya. Dan saking marahnya Hailley, gadis itu berucap dengan gigi yang saling mengatup. “Kau tak lihat aku kelelahan? Kami berkeliling mall selama enam jam. Memangnya kau nggak bisa bayangin seberapa capeknya itu?” Darline tak gentar. Dia menjawab lagi, “Tapi bukan aku yang menyuruhmu keliling mall sampai enam
“Astaga, Mas! Apa di rumah kurang?”Pertanyaan polos Darline membuat Hayden terkekeh. Setelah itu, mereka selesai bertelpon dengan Hayden meminta Darline lekas berganti pakaian.Dia sendiri langsung menekan nomor ibunya untuk memberitahu perihal jamuan makan malam yang akan dia hadiri bersama Darline.Tidak butuh waktu lama, panggilannya dijawab sang ibu.“Ya, Hayden? Ada apa menelpon di jam begini?” sambut ibunya dengan suara teramat lembut.“Ini, Mom, aku ada jamuan makan malam dan akan mengajak Darline. Mom menemani Hailley dulu di rumah, tidak apa-apa kan?”“Oh, iya, tentu. Bagus juga kamu mengajak Darline keluar. Seharian ini dia di rumah tidak mengerjakan apa-apa. Bahkan dia juga tidak masak makan malam.”Niat ibunya untuk mengadu, tidak mendapatkan perhatian dari Hayden.“Ya, nanti mom delivery saja. Atau mau aku yang pesankan?”“Ah, nggak usah. Biar Mom minta Hailley saja yang pesankan. Dia pintar menggunakan aplikasi online.”“Oh, oke, Mom. Begitu juga bagus.”Selesai menelpo
Di hari H, mereka serombongan melakukan perjalanan udara dan saat tiba di bandara Soekarno Hatta, Hayden dan Darline menjemput bersama.Perut Darline sudah terlihat buncit meski tubuhnya masih langsing seperti dulu.Melihat Heaven yang terlebih dahulu keluar dari exit door, Hayden melambaikan tangannya.Heaven memimpin rombongan menghampiri Hayden.Satu demi satu mereka berpelukan.Hanya saat tiba giliran Darline, Oma Jenny merasa canggung, tapi akhirnya dia memeluk lebih dulu.“Maafkan Mom yang dulu sempat menuduh kamu mandul, Sayang. Maafkan ya.” Oma Jenny berbisik di telinga Darline.Tentu saja dia malu jika Hayden mendengar permintaan maafnya.Ketika pelukan mereka terurai, Darline tersenyum pada ibu suaminya itu. “Nggak pa-pa, Mom. Itu juga kesalahan kami, lupa memberitahu Mom tentang kehamilan ini.”Mendengar itu, Hayden langsung menimbrung, “Iya, Mom. Aku yang lupa. Terlalu banyak pekerjaan.”“Ya, ya, sekarang istrimu sudah mengandung, kau harus kurangi kerjamu, jaga dia baik-b
Hailley pulang dengan hati hancur. Sehabis dari apartemen baru mommy-nya, dia nongkrong di dermaga dengan ditemani Mike.Driver dimintanya menjemput di sore hari dengan alasan dia memiliki pelajaran tambahan.Jadi, Hailley nongkrong hingga sore, ditemani Mike. Meski begitu, gadis itu tidak banyak curhat pada Mike.Mereka hanya duduk diam, merenung sendiri-sendiri. Angin kencang menerpa wajah Hailley membuat gadis itu kembali teringat kata-kata ibunya sebelum dia disuruh pulang sesegera mungkin.“Hailley, dengarkan Mommy. Mommy terpaksa melakukan ini semua! Mommy tidak punya uang lagi. Untuk kembali pada daddy-mu itu tidak mungkin. Kita sudah berakhir lama sekali. Itupun juga karena mommy yang salah sudah meninggalkan daddy-mu.Lalu ada pria ini, yang melamar mommy. Dia bisa menunjang hidup mommy. Hanya saja, dia hanya bersedia menerima seorang istri, tidak dengan anak-anaknya. Jadi, karena inilah, Mommy terpaksa memintamu tinggal bersama Daddy-mu.”“Ck! Sudah kuduga! Mommy tega! Kau m
Hailley semakin sakit hati.Kenapa ibunya menikah tapi tidak memberitahunya?Dan benarkah perkiraan oma-nya tadi?“Tidak! Aku harus mencaritahu!”Hailley menekan nomor Mike dan menghubunginya.Suara di ujung sana menjawab, “Hei, kenapa telpon malam-malam begini? Hpku perlu dicas.”“Aku hanya ingin menanyakan alamat apartemen tempat ibumu bekerja. Bisa berikan padaku?”“Maksudmu, tempat tinggal baru ibumu?”“Iya.”Hailley teramat sesak rasanya ektika menjawab pertanyaan Mike. Dia sendiri tak pernah menyangka akan menanyakan alamat ibunya pada orang lain.Di sisi lain, hati kecil Hailley masih tak percaya.Setelah Mike mengirimkannya alamat, Hailley memaksa diri untuk tidur, meski itu sulit sekali. Di benaknya sudah terukir rencananya untuk esok hari. ***Hailley memang berangkat ke sekolah dengan mobil dari Opa. Tiba di sekolah, dia turun dan menunggu di gerbang dalam, sampai mobil pergi, Hailley pun keluar lagi.Tapi tepukan di bahunya membuatnya terkejut. Saat dia men
Sudah berminggu-minggu berlalu dengan Hailley dibawa pulang Oma ke Singapura.Sekalipun terasa melegakan karena tidak ada lagi tekanan dari gadis itu, tetap saja rumah yang sempat dihuni 3 orang, lalu berkurang satu, terasa sepi.Sedikit banyak Darline juga merindukan Hailley. Andai Hailley tidak bermasalah, dia pasti dengan senang hati menjadi ibu sambungnya.“Hei, perutmu seperti tidak bulat.”Suara Hayden tiba-tiba membuyarkan lamunan Darline ketika malam itu mereka menonton TV bersama sambil berpelukan.“Eh, iya ya, Mas. Terasa seperti kram. Oh, ini baby nya lagi bergerak kali. Kayak ada yang mendorong dari dalam.”Hayden gegas bangun untuk melihat apa yang terjadi.Di bagian bawah perut Darline terlihat sesuatu yang kecil tercetak di permukaan perut.Benar kata Darline, baby sepertinya sedang mendorong dari dalam. “Sepertinya dia pegal, jadi sekarang sedang stretching,” canda Hayden sambil memeragakan stretching ala baby yang di bayangkannya sendiri. Darline sampai tertawa dibuat
“Halo, Mom, ada apa yang terjadi?” Hayden tidak merasa perlu berbasa basi lagi. Dia langsung menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui semuanya. “Oh, berarti kamu sudah tahu bahwa Mom membawa Hailley ke Singapura?” “Iya, Darline baru saja menelpon.” “Oh, bagus kalau begitu. Mom mengambil keputusan ini karena istri kamu itu tidak terlihat keinginannya untuk mengurus cucuku. Dia seringkali menindas Hailley!” “Menindas bagaimana, Mom? Setahuku justru Darline sudah sangat bersabar dalam menghadapi Hailley. Sikap Hailley sering kasar. Bukan saja pada Darline, tapi pada siapa saja. Tapi Darline dengan sabar mendidiknya. Dia memang tidak mengabulkan semua keingingan Hailley, tapi aku tahu Darline melakukan semua itu untuk kebaikan Hailley.” “Omong kosong, Hayden! Itu sih hanya akal-akalannya saja agar kau tidak mengira dia menindas Hailley. Mana mungkin dia bisa seperti itu karena Hailley kan bukan darah dagingnya. Maka dari itu, mom membawa Hailley pulang ke Singapura. Mom tidak rela ji
Brak!!!Hailley bangkit dari duduknya dengan mendorong kursi sekuat tenaga.Gadis itu tak jadi makan dan kembali ke kamarnya.Tiba di kamar, Hailley mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Hayden.[Daddy, aku nggak mau tinggal sama-sama istrimu lagi! Dia keterlaluan! Dia sering mengejekku! Dia itu nggak pantas jadi istri daddy. Lebih nggak pantas lagi jadi penggantinya mommy!Aku benci dia! Kalau daddy benaran sayang padaku, kalau daddy benaran ingin menjadi ayah yang baik untukku, daddy harus meninggalkannya! Aku nggak mau tinggal di sini lagi, selama dia masih di sini!!!]Setelah mengirim pesan, Hailley terduduk dengan wajah cemberut. Kedua matanya basah akan air mata dengan pinggiran matanya menjadi merah.Dia benar-benar marah dan membenci Darline.Diliriknya lagi ponsel di tangan. Kenapa daddy nggak balas-balas, sih?Hailley semakin kesal.Tepat saat dia melempar ponsel itu, balasan dari ayahnya masuk.[Maafkan istriku kalau dia sering mengejekmu. Tapi aku yakin Darline hanya
“Hailley! Kenapa kamu harus sekasar itu pada seseorang? Dia hanya bertanya!”Bukannya menyesali, tapi Hailley malah menjawab acuh, “Apaan sih, Dad? Ngapain dia tanya-tanya? Kenal juga nggak!”“Hailley, dia bertanya karena melihat wajahmu seperti kurang sehat.”Saat Darline menjelaskan, Hailley bertambah murka. Daddy yang menegur saja dia tak terima, apalagi saat Darline yang menegur. Tidak mungkin dia bisa terima.“Mana ada kurang sehat? Mukaku beginilah! Dia saja yang caper! Cari-cari perhatian! Cuih!”Tak enak pertanyaannya ditanggapi seperti itu, pelayan tadi pun berkata, “Maaf, Nona. Saya tidak sengaja.”“Tidak sengaja, tidak sengaja! Tugasmu itu hanya melayani customer, ngapain pake-”“HAILLEY!”Hayden benar-benar murka. Perilaku Hailley tidak bisa dia tolerir lagi. Sekalipun Hailley adalah putrinya, tapi dia tidak bisa menerima sikap kurang ajar seperti itu.Apalagi Hailley meremehkan pelayan.“Kalau kamu tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik kamu diam!”“Daddy! Aku ngga
“Kamu beneran nggak mau ikut Oma ke Singapura? Di sana kamu tinggal sama Oma, nemenin Oma lho, Hailley.”Oma Jenny tak mengira jika Hailley akan menolak ajakannya.Dia jadi bersedih.“Iya, Oma. Aku di sini aja dulu. Sudah daftar sekolah juga.”“Oh, ya sudah. Baiklah. Oma akan datang lagi bulan depan. Kamu baik-baik di sini ya?”“Iya, Oma.”“Kalau istri daddy-mu itu menindasmu, laporkan pada oma. Akan oma adukan pada daddy-mu,” bisik Oma Jenny saat sedang menyusun isi kopernya.Hailley mengangguk dengan hatinya membatin sengit, ‘Tentu saja, Oma. Aku nggak mungkin sebodoh itu membiarkan dia menindasku. Malahan aku yang akan menindasnya. Tapi di belakang Daddy tentunya!Karena mommy sudah beratus-ratus kali mengingatkanku untuk menjaga sikap di depan Daddy. Tapi mommy tak pernah memintaku bersikap baik pada istrinya daddy.So, kalau aku nggak bersikap baik pada Darline, aku nggak bisa disebut melanggar perintah mommy juga, kan?’Hailley tersenyum licik pada dirinya sendiri.Pada akhirnya,
“Astaga, Mas! Apa di rumah kurang?”Pertanyaan polos Darline membuat Hayden terkekeh. Setelah itu, mereka selesai bertelpon dengan Hayden meminta Darline lekas berganti pakaian.Dia sendiri langsung menekan nomor ibunya untuk memberitahu perihal jamuan makan malam yang akan dia hadiri bersama Darline.Tidak butuh waktu lama, panggilannya dijawab sang ibu.“Ya, Hayden? Ada apa menelpon di jam begini?” sambut ibunya dengan suara teramat lembut.“Ini, Mom, aku ada jamuan makan malam dan akan mengajak Darline. Mom menemani Hailley dulu di rumah, tidak apa-apa kan?”“Oh, iya, tentu. Bagus juga kamu mengajak Darline keluar. Seharian ini dia di rumah tidak mengerjakan apa-apa. Bahkan dia juga tidak masak makan malam.”Niat ibunya untuk mengadu, tidak mendapatkan perhatian dari Hayden.“Ya, nanti mom delivery saja. Atau mau aku yang pesankan?”“Ah, nggak usah. Biar Mom minta Hailley saja yang pesankan. Dia pintar menggunakan aplikasi online.”“Oh, oke, Mom. Begitu juga bagus.”Selesai menelpo