Rindu yang tadinya bergelora kini padam terguyur rasa kecewa di hati. Darline tak mampu merangkai kata lainnya, kecuali menjawab, “Iya, Mas. Nggak apa.” Bibir berkata iya, tapi hati Darline menelan rasa kecewanya. Tapi apa mau dikata, pekerjaan tetaplah pekerjaan. Tidak mungkin dia menuntut suaminya untuk tinggal di rumah selama yang dia inginkan. Lalu suara Darline terdengar lagi, “Tapi ... Mom akan tidur di mana, Mas?” “Nah itu dia. Biasanya dia kalau berkunjung ke sini, selalu di hotel. Tapi ini tadi, kata Gael Mom bilang mau nginap di rumah kita. Ya, kasihkan saja kamar tamu untuk ibuku pakai. Untuk makan malam, kalau kalian mau makan di luar, pergi keluar saja. Akan kusiapkan driver.” “Aku capek, Mas. Makan di rumah aja.” “Ya, sudah. Pesan delivery aja, ya?” “Err, nggak perlu, Mas. Aku sudah masak.” Darline tidak berniat untuk menutupi kepergian ibunya bersama Hailley. Tapi lidahnya juga terasa kelu untuk memberitahukan hal itu. Rasanya dia seperti mengadu jika dia membe
Darline sedikit terbangun di tengah malam ketika dia merasakan dua lengan kokoh melingkari pinggangnya, lalu punggungnya merasakan kehangatan pelukan yang dia tahu pasti itu pelukan Hayden.Kehangatan seperti ini di malam demi malam yang sangat disukai Darline. Kehangatan yang mampu menghapus segala rasa lelah dan mengembalikan semangat juangnya untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.Darline tidak membuka matanya, tapi dia menarik lengan itu agar lebih erat memeluknya. Lalu terasa helaan napas Hayden di lehernya setelah sebelumnya pria itu merapikan rambutnya agar dia mendapatkan akses untuk ceruk leher Darline sebelah kiri.Ada aroma khas pasta gigi mereka di deru napas itu. Darline tersenyum bahagia meski tetap dengan mata terpejam.Lalu dia merasakan kecupan Hayden di pipinya. Setelah itu tubuh itu ikut diam dan hanya menyisakan kehangatan serta deru napas teratur bagi Darline.Bersamaan dengan itu, Darline pun kembali terhanyut pada tidurnya.Pagi hari, Darline bangun dengan s
Hayden sarapan dengan terburu-buru saat menyadari waktunya tinggal sedikit untuk mengejar pertemuannya dengan Mr. Nakigawa.Begitu selesai, dia gegas mengenakan sepatu lalu berpamitan pada Darline.Kecupan lembut di bibir Darline menjadi salam perpisahan untuk pagi yang sibuk itu."Jangan ragu menelponku. Sesibuk apapun aku, telepon darimu tidak menggangguku, mengerti?"DArline mengangguk penuh syukur. Lalu bibirnya kembali disesap sebelum akhirnya Hayden benar-benar pergi ke pertemuan dengan Mr. Nakigawa.Begitu punggun Hayden menghilang di balik pintu, Darline berbalik tubuh dan menuju dapur. Ibu mertua dan Hailley ternyata sudah di sana.“Pagi, Mom. Pagi, Hailley.” Darline menyapa ringan, seakan tidak ada hal menyesakkan yang sempat dia alami.Itu membuat ibu nya Hayden merasa kurang puas.“Apa saja kerjamu sebagai istri yang diam di rumah? Sekalipun ini masih pagi, seharusnya kau sudah menyiapkan sarapan untuk penghuni rumah? Jangan bilang kau membiarkan putraku pergi kerja dengan
Darline membiarkan ibu mertua bersama Hailley berjalan-jalan sesuka hatinya. Keluar sedari pagi masih belum pulang hingga sore menjelang.Darline sendiri menikmati harinya di rumah seorang diri. ART datang pukul 8.00 seperti yang Hayden katakan. Setelah rumah dibersihkan dan dibereskan, Darline pun menikmatinya dengan menjaga kebugaran tubuhnya selama masa kehamilan.Hayden yang terlihat masih seperti 30 tahunan, serta tubuh kencang yang terjaga menjadi inspirasi Darline untuk menjaga kebugaran tubuhnya.Dia akan mulai olahraga rutin. Tapi berhubung saat ini dia sedang hamil, Darline memutuskan untuk olahraga yang ringan selama kehamilan.Darline juga rajin membaca buku kehamilan tentang apa yang harus dan tidak boleh dia perbuat, apa yang baik dan bergizi untuk dimakan. Juga, bagaimana mempersiapkan tubuh untuk melahirkan secara normal, sekalipun usia kandungannya baru sekitar 3 bulan.Semua akan Darline lakukan demi buah hatinya ini. Dia sudah menunggu kehadiran buah hatinya ini cuk
Darline menatap tumpukan paper bag di hadapannya. Bukan dia tak mau membantu. Tapi ... selain cara mereka meminta tolong padanya yang jauh dari kata sopan, juga karena Hailley sangat tidak pantas memerintahkannya melakukan hal semacam ini. “Hailley, kamu punya tangan dan kaki lengkap, kan? Dan semuanya masih sehat dan berfungsi dengan baik. Ayo, barang-barangmu diatur sendiri. Tanggung jawab dan pekerjaanmu janganlah sampai dilimpahkan kepada orang lain. Kecuali, kalau memang kamu mengalami kendala.” Saat itu, terlihat percikan bara api kebencian di mata Hailley yang menatapnya seakan ingin membakar Darline dari ujung rambut hingga ujung kuku kakinya. Dan saking marahnya Hailley, gadis itu berucap dengan gigi yang saling mengatup. “Kau tak lihat aku kelelahan? Kami berkeliling mall selama enam jam. Memangnya kau nggak bisa bayangin seberapa capeknya itu?” Darline tak gentar. Dia menjawab lagi, “Tapi bukan aku yang menyuruhmu keliling mall sampai enam
“Astaga, Mas! Apa di rumah kurang?”Pertanyaan polos Darline membuat Hayden terkekeh. Setelah itu, mereka selesai bertelpon dengan Hayden meminta Darline lekas berganti pakaian.Dia sendiri langsung menekan nomor ibunya untuk memberitahu perihal jamuan makan malam yang akan dia hadiri bersama Darline.Tidak butuh waktu lama, panggilannya dijawab sang ibu.“Ya, Hayden? Ada apa menelpon di jam begini?” sambut ibunya dengan suara teramat lembut.“Ini, Mom, aku ada jamuan makan malam dan akan mengajak Darline. Mom menemani Hailley dulu di rumah, tidak apa-apa kan?”“Oh, iya, tentu. Bagus juga kamu mengajak Darline keluar. Seharian ini dia di rumah tidak mengerjakan apa-apa. Bahkan dia juga tidak masak makan malam.”Niat ibunya untuk mengadu, tidak mendapatkan perhatian dari Hayden.“Ya, nanti mom delivery saja. Atau mau aku yang pesankan?”“Ah, nggak usah. Biar Mom minta Hailley saja yang pesankan. Dia pintar menggunakan aplikasi online.”“Oh, oke, Mom. Begitu juga bagus.”Selesai menelpo
“Kamu beneran nggak mau ikut Oma ke Singapura? Di sana kamu tinggal sama Oma, nemenin Oma lho, Hailley.”Oma Jenny tak mengira jika Hailley akan menolak ajakannya.Dia jadi bersedih.“Iya, Oma. Aku di sini aja dulu. Sudah daftar sekolah juga.”“Oh, ya sudah. Baiklah. Oma akan datang lagi bulan depan. Kamu baik-baik di sini ya?”“Iya, Oma.”“Kalau istri daddy-mu itu menindasmu, laporkan pada oma. Akan oma adukan pada daddy-mu,” bisik Oma Jenny saat sedang menyusun isi kopernya.Hailley mengangguk dengan hatinya membatin sengit, ‘Tentu saja, Oma. Aku nggak mungkin sebodoh itu membiarkan dia menindasku. Malahan aku yang akan menindasnya. Tapi di belakang Daddy tentunya!Karena mommy sudah beratus-ratus kali mengingatkanku untuk menjaga sikap di depan Daddy. Tapi mommy tak pernah memintaku bersikap baik pada istrinya daddy.So, kalau aku nggak bersikap baik pada Darline, aku nggak bisa disebut melanggar perintah mommy juga, kan?’Hailley tersenyum licik pada dirinya sendiri.Pada akhirnya
“Hailley! Kenapa kamu harus sekasar itu pada seseorang? Dia hanya bertanya!”Bukannya menyesali, tapi Hailley malah menjawab acuh, “Apaan sih, Dad? Ngapain dia tanya-tanya? Kenal juga nggak!”“Hailley, dia bertanya karena melihat wajahmu seperti kurang sehat.”Saat Darline menjelaskan, Hailley bertambah murka. Daddy yang menegur saja dia tak terima, apalagi saat Darline yang menegur. Tidak mungkin dia bisa terima.“Mana ada kurang sehat? Mukaku beginilah! Dia saja yang caper! Cari-cari perhatian! Cuih!”Tak enak pertanyaannya ditanggapi seperti itu, pelayan tadi pun berkata, “Maaf, Nona. Saya tidak sengaja.”“Tidak sengaja, tidak sengaja! Tugasmu itu hanya melayani customer, ngapain pake-”“HAILLEY!”Hayden benar-benar murka. Perilaku Hailley tidak bisa dia tolerir lagi. Sekalipun Hailley adalah putrinya, tapi dia tidak bisa menerima sikap kurang ajar seperti itu.Apalagi Hailley meremehkan pelayan.“Kalau kamu tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik kamu diam!”“Daddy! Aku ngga