Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang
“Ngapain sih, Mas? Udah malam malah ke atas? Dingin nih!”“Sebentar saja,” ucap Hayden meyakinkannya sambil mengulurkan tangan agar bisa menggenggam tangan Darline.Wanita itu meletakkan tangannya dan mereka menuju roof top.Sampai di sana, Darline dibuat terkesiap lebih lebar dari sebelumnya.Hayden berhasil menyulap rooftop-nya dengan hiasan yang indah juga berkilauan. Taburan bunga bewarna pastel, hiasan bunga, juga tanaman hias, lampu-lampu kecil berkerlap kerlip. Semuanya membaur membuat roof top itu tampak cemerlang di kala malam.Lalu, ketika Darline melihat ke bawah kakinya, tampak taburan bunga di lantai yang mengarah ke sebuah tempat di mana rangkaian bunga dibentuk menjadi hati yang besar, setinggi dirinya, lalu ada lingkaran yang juga penuh taburan bunga.Hayden mengajaknya berada di dalam lingkaran itu dan sudah pasti membuat pikiran Darline semakin bertanya-tanya. Apa yang hendak dilakukan pria itu?“Bagaimana menurutmu?” tanyanya sembari memandangi sekelilingnya.Darlin
Darline menatap dua manik chesnut brown yang berlutut di depannya. Dia bisa merasakan kesungguhan hati Hayden dalam ucapannya. Hanya saja, lidahnya kelu. Otaknya pun blank karena ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan.Pernikahan pertama saja membutuhkan banyak pertimbangan. Apalagi statusnya saat ini yang pernah gagal membangun bahtera rumah tangga. Tidak mungkin dia bisa semudah dulu lagi dalam mengambil keputusan.Cinta saja tidak cukup dalam menjalankan rumah tangga.Jika pemikiran bahwa menikah haruslah dengan seseorang yang ‘you can’t live without’ -kau tidak bisa hidup tanpanya-, itu ada benarnya, tapi pemikiran itu tetap harus melewati lolos seleksi dari pandangan yang pertama.Menikahlah dengan pria yang kau ingin hidup bersamanya setiap hari, sampai akhir hayatmu. Ini jauh lebih penting.Ketika ada kekerasan dalam rumah tangga, baik itu fisik ataupun verbal, maka keinginan hidup bersama seumur hidup akan menguap dengan cepat.Jangankan hidup bersama sampai penghujung usia
“Itu ... apa ya, Mas? Mereka ...”Sambil bertanya, Darline terus berpikir. Seketika itu juga pikirannya mulai terbuka.Samar-samar dia seakan tahu siapa lima orang itu meskipun Hayden belum menjelaskannya.Dua pria di sana plus seorang bocah itu tampak tersenyum padanya.Tapi dua wanita di sana, menampakkan wajah shock yang tersembunyi di wajah datar mereka.Darline mereka-reka ingatannya dan dia mulai mengenali ibunya Hayden yang dipanggil Willson dengan Oma Jenni. Lalu wanita yang seusia Hayden adalah kakak perempuannya, yang dipanggil Willson ‘Bibi Heaven’.Mereka pernah hadir di salah satu acara yang diselenggarakan Opa Ben, tapi hanya satu kali saja.Seketika Darline merasa ingin menciut saja ketika merasakan tatapan dua wanita itu begitu terkejut menyorotinya.Tanpa sadar dia mengarahkan pandangan matanya ke bawah.Di saat seperti itu, benaknya menggiangkan panggilan Bu Mira pada Oma Jenni, yaitu Bibi Jenny.Seketika lagi, Darline merasa dia seperti bocah kecil di antara para se
Willson merasa kepala dan dadanya hendak meledak setiap kali Laura Bella mendesaknya untuk mencarikan tambahan modal.“Aku tidak mau butik ini hanya seperti toko jadul. Aku ingin butik ini terlihat berkelas, mewah, memberikan kenyamanan pada pelanggan ketika mereka melihat-lihat dan memilih outfit yang mereka inginkan.Dan kenyamanan itu berupa udara yang sejuk, tidak panas, segar, ruangan yang bersih, serta pemandangan mata yang indah. Karena itulah sangat amat diperlukan upgrade untuk desain dekorasi butik ini!Kalau hanya begini saja, aku tidak akan mau menjalankan butik ini! Jika aku tidak menjalankan butik, aku tidak mau tahu jatah bulananku harus 30 juta per bulan. Titik!”Willson terkejut mendengarnya.“Astaga, Bella! Bulanan segitu mau dari mana? Gajiku aja tidak sampai setengahnya! Belum kasih ibu untuk biaya makan kita sehari-hari! Belum lagi aku masih harus mengembalikan uang penjualan rumah pada Darline. Aku mau uang dari mana lagi untuk kamu segitu banyaknya?”Willson mem
Pagi ini, seperti biasanya, Darline datang ke kantor bersama Hayden. Dan seperti biasanya juga Darline turun dari mobil dan masuk ke kantor terlebih dahulu.Sekalipun Hayden berkeras untuk tidak perlu memasuki kantor sendiri-sendiri, tetap saja Darline masih ingin menyembunyikan statusnya saat ini.Tiba di ruangannya, Darline baru menyadari bahwa ruangannya sudah diubah fungsi oleh Bu Alma. Tidak ada lagi meja kerja di sana. Hanya ada mesin fotokopi, mesin penghancur kertas, serta lemari arsip yang sudah bertambah dua lagi yang baru.Darline pun tetap di depan pintu karena belum mendapatkan instruksi untuk pindah ke ruangan di sebelah CEO.Tepat saat itu, Hayden melewati dirinya. Pria itu menatap Darline dan mengerling padanya seraya memasuki ruangan CEO.Darline mengernyit kesal karena di perjanjian mereka Hayden akan menunggu sekitar 5 menit sampai 10 menit, barulah pria itu memasuki kantor. Seharusnya seperti itu.Tapi yang terjadi, malah mereka hanya berselisih setengah menit saja
Darline sedikit tidak teliti. Mungkin karena terlalu takjub pada undangan hologram yang dilihatnya. Dia sampai tidak sadar jika di bagian bawah permukaan undangan tertera tempat penyelenggaraan pesta pernikahan putra Robert Lim yang ternyata ada di negara Inggris.The Savoy, itu nama hotelnya yang terletak di kota London.Ketika Kamis malam Hayden memberitahukannya bahwa mereka akan berangkat Jumat siang, Darline terkejut bukan kepalang.“Berangkat? Ke mana?” tanyanya bingung.Sejak Darline menerima lamarannya, Hayden membawanya keluar makan malam setiap hari. Kehamilannya yang sedikit sulit membuat Darline senang-senang saja jika tak perlu menyiapkan makan malamnya sendiri. Dengan makan malam di luar, dia menjadi lebih santai dan enjoy.Di hadapannya saat itu, tampak Hayden menatapnya dalam, dengan wajah datar. Pria itu seperti sedang menunjukkan keheranannya dengan cara yang dramatis.“Bukankah Sabtu ini kita akan menghadiri pernikahan putranya Robert Lim? Kau sudah setuju kan untuk
“Paman Albert, tenang dulu,” ucap Hayden seraya menghampiri dan menyapa pamannya itu. Sementara Darline sampai terdiam, dia tak tahu harus berkata apa ketika melihat wajah terkejut bercampur protes Opa Albert di hadapannya. “Bagaimana bisa tenang. Kalian berdua di sini, apa yang kalian lakukan sampai berduaan sejauh ini? Ke negeri asing hanya berdua saja? Dan merencanakan pernikahan? Apa kau sudah kehilangan akalmu, Hay?” “Paman, dengarkan aku dulu. Darline sudah bercerai dari Willson.” “Oh?” Pria itu terkesiap dan memandangi Darline dengan cermat. “Kau sudah bercerai? Kapan? Kenapa?” Hayden yang menjawab, “Willson berselingkuh. Dan dia juga ... ah ceritanya panjang, Paman. Yang pasti, dia sudah bercerai dari Willson dan aku berencana untuk menikahinya. Aku minta doa dari Paman saja, agar merestui kami.” “Sekalipun dia sudah bercerai dari Willson, aku rasa tetap tak elok jika kau menikahinya. Apa kata keluarga besar kita? Apa Ben sudah tahu?” Hayden terlihat mengambil napasnya
Di hari H, mereka serombongan melakukan perjalanan udara dan saat tiba di bandara Soekarno Hatta, Hayden dan Darline menjemput bersama.Perut Darline sudah terlihat buncit meski tubuhnya masih langsing seperti dulu.Melihat Heaven yang terlebih dahulu keluar dari exit door, Hayden melambaikan tangannya.Heaven memimpin rombongan menghampiri Hayden.Satu demi satu mereka berpelukan.Hanya saat tiba giliran Darline, Oma Jenny merasa canggung, tapi akhirnya dia memeluk lebih dulu.“Maafkan Mom yang dulu sempat menuduh kamu mandul, Sayang. Maafkan ya.” Oma Jenny berbisik di telinga Darline.Tentu saja dia malu jika Hayden mendengar permintaan maafnya.Ketika pelukan mereka terurai, Darline tersenyum pada ibu suaminya itu. “Nggak pa-pa, Mom. Itu juga kesalahan kami, lupa memberitahu Mom tentang kehamilan ini.”Mendengar itu, Hayden langsung menimbrung, “Iya, Mom. Aku yang lupa. Terlalu banyak pekerjaan.”“Ya, ya, sekarang istrimu sudah mengandung, kau harus kurangi kerjamu, jaga dia baik-b
Hailley pulang dengan hati hancur. Sehabis dari apartemen baru mommy-nya, dia nongkrong di dermaga dengan ditemani Mike.Driver dimintanya menjemput di sore hari dengan alasan dia memiliki pelajaran tambahan.Jadi, Hailley nongkrong hingga sore, ditemani Mike. Meski begitu, gadis itu tidak banyak curhat pada Mike.Mereka hanya duduk diam, merenung sendiri-sendiri. Angin kencang menerpa wajah Hailley membuat gadis itu kembali teringat kata-kata ibunya sebelum dia disuruh pulang sesegera mungkin.“Hailley, dengarkan Mommy. Mommy terpaksa melakukan ini semua! Mommy tidak punya uang lagi. Untuk kembali pada daddy-mu itu tidak mungkin. Kita sudah berakhir lama sekali. Itupun juga karena mommy yang salah sudah meninggalkan daddy-mu.Lalu ada pria ini, yang melamar mommy. Dia bisa menunjang hidup mommy. Hanya saja, dia hanya bersedia menerima seorang istri, tidak dengan anak-anaknya. Jadi, karena inilah, Mommy terpaksa memintamu tinggal bersama Daddy-mu.”“Ck! Sudah kuduga! Mommy tega! Kau m
Hailley semakin sakit hati.Kenapa ibunya menikah tapi tidak memberitahunya?Dan benarkah perkiraan oma-nya tadi?“Tidak! Aku harus mencaritahu!”Hailley menekan nomor Mike dan menghubunginya.Suara di ujung sana menjawab, “Hei, kenapa telpon malam-malam begini? Hpku perlu dicas.”“Aku hanya ingin menanyakan alamat apartemen tempat ibumu bekerja. Bisa berikan padaku?”“Maksudmu, tempat tinggal baru ibumu?”“Iya.”Hailley teramat sesak rasanya ektika menjawab pertanyaan Mike. Dia sendiri tak pernah menyangka akan menanyakan alamat ibunya pada orang lain.Di sisi lain, hati kecil Hailley masih tak percaya.Setelah Mike mengirimkannya alamat, Hailley memaksa diri untuk tidur, meski itu sulit sekali. Di benaknya sudah terukir rencananya untuk esok hari. ***Hailley memang berangkat ke sekolah dengan mobil dari Opa. Tiba di sekolah, dia turun dan menunggu di gerbang dalam, sampai mobil pergi, Hailley pun keluar lagi.Tapi tepukan di bahunya membuatnya terkejut. Saat dia men
Sudah berminggu-minggu berlalu dengan Hailley dibawa pulang Oma ke Singapura.Sekalipun terasa melegakan karena tidak ada lagi tekanan dari gadis itu, tetap saja rumah yang sempat dihuni 3 orang, lalu berkurang satu, terasa sepi.Sedikit banyak Darline juga merindukan Hailley. Andai Hailley tidak bermasalah, dia pasti dengan senang hati menjadi ibu sambungnya.“Hei, perutmu seperti tidak bulat.”Suara Hayden tiba-tiba membuyarkan lamunan Darline ketika malam itu mereka menonton TV bersama sambil berpelukan.“Eh, iya ya, Mas. Terasa seperti kram. Oh, ini baby nya lagi bergerak kali. Kayak ada yang mendorong dari dalam.”Hayden gegas bangun untuk melihat apa yang terjadi.Di bagian bawah perut Darline terlihat sesuatu yang kecil tercetak di permukaan perut.Benar kata Darline, baby sepertinya sedang mendorong dari dalam. “Sepertinya dia pegal, jadi sekarang sedang stretching,” canda Hayden sambil memeragakan stretching ala baby yang di bayangkannya sendiri. Darline sampai tertawa dibuat
“Halo, Mom, ada apa yang terjadi?” Hayden tidak merasa perlu berbasa basi lagi. Dia langsung menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui semuanya. “Oh, berarti kamu sudah tahu bahwa Mom membawa Hailley ke Singapura?” “Iya, Darline baru saja menelpon.” “Oh, bagus kalau begitu. Mom mengambil keputusan ini karena istri kamu itu tidak terlihat keinginannya untuk mengurus cucuku. Dia seringkali menindas Hailley!” “Menindas bagaimana, Mom? Setahuku justru Darline sudah sangat bersabar dalam menghadapi Hailley. Sikap Hailley sering kasar. Bukan saja pada Darline, tapi pada siapa saja. Tapi Darline dengan sabar mendidiknya. Dia memang tidak mengabulkan semua keingingan Hailley, tapi aku tahu Darline melakukan semua itu untuk kebaikan Hailley.” “Omong kosong, Hayden! Itu sih hanya akal-akalannya saja agar kau tidak mengira dia menindas Hailley. Mana mungkin dia bisa seperti itu karena Hailley kan bukan darah dagingnya. Maka dari itu, mom membawa Hailley pulang ke Singapura. Mom tidak rela ji
Brak!!!Hailley bangkit dari duduknya dengan mendorong kursi sekuat tenaga.Gadis itu tak jadi makan dan kembali ke kamarnya.Tiba di kamar, Hailley mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Hayden.[Daddy, aku nggak mau tinggal sama-sama istrimu lagi! Dia keterlaluan! Dia sering mengejekku! Dia itu nggak pantas jadi istri daddy. Lebih nggak pantas lagi jadi penggantinya mommy!Aku benci dia! Kalau daddy benaran sayang padaku, kalau daddy benaran ingin menjadi ayah yang baik untukku, daddy harus meninggalkannya! Aku nggak mau tinggal di sini lagi, selama dia masih di sini!!!]Setelah mengirim pesan, Hailley terduduk dengan wajah cemberut. Kedua matanya basah akan air mata dengan pinggiran matanya menjadi merah.Dia benar-benar marah dan membenci Darline.Diliriknya lagi ponsel di tangan. Kenapa daddy nggak balas-balas, sih?Hailley semakin kesal.Tepat saat dia melempar ponsel itu, balasan dari ayahnya masuk.[Maafkan istriku kalau dia sering mengejekmu. Tapi aku yakin Darline hanya
“Hailley! Kenapa kamu harus sekasar itu pada seseorang? Dia hanya bertanya!”Bukannya menyesali, tapi Hailley malah menjawab acuh, “Apaan sih, Dad? Ngapain dia tanya-tanya? Kenal juga nggak!”“Hailley, dia bertanya karena melihat wajahmu seperti kurang sehat.”Saat Darline menjelaskan, Hailley bertambah murka. Daddy yang menegur saja dia tak terima, apalagi saat Darline yang menegur. Tidak mungkin dia bisa terima.“Mana ada kurang sehat? Mukaku beginilah! Dia saja yang caper! Cari-cari perhatian! Cuih!”Tak enak pertanyaannya ditanggapi seperti itu, pelayan tadi pun berkata, “Maaf, Nona. Saya tidak sengaja.”“Tidak sengaja, tidak sengaja! Tugasmu itu hanya melayani customer, ngapain pake-”“HAILLEY!”Hayden benar-benar murka. Perilaku Hailley tidak bisa dia tolerir lagi. Sekalipun Hailley adalah putrinya, tapi dia tidak bisa menerima sikap kurang ajar seperti itu.Apalagi Hailley meremehkan pelayan.“Kalau kamu tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik kamu diam!”“Daddy! Aku ngga
“Kamu beneran nggak mau ikut Oma ke Singapura? Di sana kamu tinggal sama Oma, nemenin Oma lho, Hailley.”Oma Jenny tak mengira jika Hailley akan menolak ajakannya.Dia jadi bersedih.“Iya, Oma. Aku di sini aja dulu. Sudah daftar sekolah juga.”“Oh, ya sudah. Baiklah. Oma akan datang lagi bulan depan. Kamu baik-baik di sini ya?”“Iya, Oma.”“Kalau istri daddy-mu itu menindasmu, laporkan pada oma. Akan oma adukan pada daddy-mu,” bisik Oma Jenny saat sedang menyusun isi kopernya.Hailley mengangguk dengan hatinya membatin sengit, ‘Tentu saja, Oma. Aku nggak mungkin sebodoh itu membiarkan dia menindasku. Malahan aku yang akan menindasnya. Tapi di belakang Daddy tentunya!Karena mommy sudah beratus-ratus kali mengingatkanku untuk menjaga sikap di depan Daddy. Tapi mommy tak pernah memintaku bersikap baik pada istrinya daddy.So, kalau aku nggak bersikap baik pada Darline, aku nggak bisa disebut melanggar perintah mommy juga, kan?’Hailley tersenyum licik pada dirinya sendiri.Pada akhirnya,
“Astaga, Mas! Apa di rumah kurang?”Pertanyaan polos Darline membuat Hayden terkekeh. Setelah itu, mereka selesai bertelpon dengan Hayden meminta Darline lekas berganti pakaian.Dia sendiri langsung menekan nomor ibunya untuk memberitahu perihal jamuan makan malam yang akan dia hadiri bersama Darline.Tidak butuh waktu lama, panggilannya dijawab sang ibu.“Ya, Hayden? Ada apa menelpon di jam begini?” sambut ibunya dengan suara teramat lembut.“Ini, Mom, aku ada jamuan makan malam dan akan mengajak Darline. Mom menemani Hailley dulu di rumah, tidak apa-apa kan?”“Oh, iya, tentu. Bagus juga kamu mengajak Darline keluar. Seharian ini dia di rumah tidak mengerjakan apa-apa. Bahkan dia juga tidak masak makan malam.”Niat ibunya untuk mengadu, tidak mendapatkan perhatian dari Hayden.“Ya, nanti mom delivery saja. Atau mau aku yang pesankan?”“Ah, nggak usah. Biar Mom minta Hailley saja yang pesankan. Dia pintar menggunakan aplikasi online.”“Oh, oke, Mom. Begitu juga bagus.”Selesai menelpo