Beranda / Pernikahan / Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu! / 08. Sekretaris Baru Untuk CEO Baru!

Share

08. Sekretaris Baru Untuk CEO Baru!

Penulis: Chani yoh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Darline tak bisa berkata-kata lagi saat menghadapi Willson yang malah menyecar dan menuduhnya telah melakukan sesuatu yang tidak benar. Bahkan dia dituduh sengaja menjebak dan memfitnah Willson.

Jika bukan karena Darline takut kebersamaannya dengan Paman Hayden terungkap, Darline tidak akan berdiam diri saat dicecar seperti itu.

Biar bagaimana pun sebagian dirinya merasa bersalah, tapi juga sebagian lainnya merasa Willson jauh lebih salah daripadanya. Darline hanya tidak bisa menekan Willson untuk mengakui kesalahannya.

Dalam tangis dan rasa perih yang mengukungnya itu, Darline mendengar deru mesin mobil Willson meraung pergi meninggalkan pekarangan rumah.

Tidak ada rasa yang merayap di hatinya. Darline hanya merasakan kekosongan.

                ***

“Aku butuh pekerjaan nih, Fen. Ada nggak ya yang bisa menerima karyawan sepertiku ini, yang sudah lama vakum bekerja. Sudah 2,5 tahun aku vakum, Fen.”

Dalam gelisahnya tadi, Darline pun mengajak Fenny, salah satu teman dekatnya saat kuliah untuk makan siang bersama. Beruntung, Fenny kali ini bersedia.

Namun sebelum pergi, Darline sempat menyamarkan luka di bibirnya dengan foundation yang cukup tebal sehingga luka itu tak terlihat.

Tanpa membuang waktu, Darline pun mengutarakan maksudnya mengajak Fenny bertemu.

Darline merasa dia tidak bisa terus begini. Hidup mengharapkan uang belanja dari Willson yang kapan saja bisa mencampakkannya, sangatlah riskan. Terlebih lagi dua tahun terakhir cinta Willson padanya seakan sudah terkikis begitu cepat.

Jika dia tidak juga bekerja, uang tabungannya sebentar lagi kosong. Dan dia juga akan semakin diremehkan ibu mertuanya.

“Kamu dulu bekerja sebagai apa, Lin?”

“Dulu aku customer service di sebuah perusahaan provider simcard ponsel, Fen.”

“Berapa lama?”

“Dua tahun.”

Fenny tampak mengangguk-angguk.

“Hmm. Di kantorku ada sih lowongan. Lagi butuh banget juga. Tapi sebagai sekretaris. Kamu bersedia?”

“Apa bisa? Aku mau saja, Fen, kalau memang bisa.”

Darline langsung berbinar-binar kedua matanya.

Apalagi saat Fenny mengangguk lagi. “Kebetulan aku wakil kepala HRD. Dan besok CEO baru dari Singapura sudah aktif bekerja. Aku bisa merekomendasikanmu ke Ibu Kepala HRD. Tapi, ini masih masa percobaan karena kamu nggak lewat jalur tes dan interview, tapi lewat jalur kenalan. Masa percobaannya tiga bulan dan selama itu gajimu masih UMR.”

“Wah, begitu saja aku sudah makasih banget, Fen. Ini berkah buatku. Tapi apa nggak apa-apa aku masuk lewat jalur kenalan?”

“Nggak apa-apa. Karena ini posisi sekretaris. Malah kita lebih suka kalau yang mengisinya memang sudah kita kenal. Karena posisi ini berhubungan langsung dengan Pak Boss. Lebih baik diberikan pada kenalan agar lebih bertanggung jawab.

Oh, tapi kalau bisa sore ini kamu serahkan CV dan data diri kamu ke kantor ya? Aku tunggu paling lambat jam 17.00.”

Darline menyanggupi dan dia pun bergegas pulang kembali ke rumahnya.

Ketika pulang, Darline baru menyadari bahwa rumah dalam keadaan sepi sejak Willson pergi dengan mobilnya.

‘Mungkinkah Ibu dan Lissa ikut bepergian tadi dengan Willson?’ hati kecil Darline bertanya. Tapi lalu hati kecilnya pun menjawabnya sendiri. ‘Tak perlu mempedulikan itu semua. Sekarang yang terpenting adalah mengurus semua berkas yang dibutuhkan untuk pekerjaan besok.’

Darline gegas menuju kamar dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkannya lalu dia kembali lagi ke kantor tempat Fenny bekerja.

Di sana dia bertemu dengan kepala HRD, diinterview secara langsung, dan akhirnya pekerjaan itu pun didapatkan Darline.

“Besok kamu bisa mulai bekerja. Pakaian kantormu harus blazer. Bawahnya boleh rok bahan kain, boleh juga celana panjang kain. Rambut harus diikat yang rapi. Digelung atau dicepol gitu pokoknya rapi. Make up adalah keharusan dan tidak boleh terlalu berlebihan.”

“Baik, Bu,” sahut Darline menjawab Bu Alma yang menjadi atasannya secara tidak langsung.

Ketika pulang ke rumah, waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

Darline mendapati rumah masih kosong dan sepi seperti sepanjang hari ini.

Itu berarti, Willson belum pulang, begitu pun Bu Mira dan Lissa.

Lagi-lagi, Darline tak ambil pusing. Dia pun gegas mengeluarkan lagi pakaian kerjanya yang lama untuk bisa dipakainya lagi besok. Setelah mencobanya dan ternyata pakaian itu masih pas di badannya, Darline lalu makan malam dan beranjak untuk tidur cepat.

Darline sudah tak peduli lagi saat Willson dan keluarganya masih juga belum pulang ketika jarum jam sudah menunjuk pukul 10 malam. Dia sudah berlayar di alam mimpi demi mempersiapkan tubuhnya untuk pekerjaan barunya besok.

Willson dan Bu Mira tidak boleh lagi meremehkannya.

Esok paginya, alarm Darline berbunyi di pukul 05.00 WIB. Wanita itu bangun dan bersiap kerja, mulai dari mandi, membuat sarapan, lalu berganti pakaian, dan bermake-up.

Tak lupa, Darline membubuhi foundation yang sewarna dengan warna kulitnya di bagian luka bibirnya akibat terkena lemparan remote Willson. Luka itu sudah mengering, tapi jadi melebar karena dia tutupi dengan foundation terus menerus.

Namun, Darline tak ambil pusing. Bukan luka kulit yang membuatnya sakit, tapi luka hati.

Selesai semua itu, Darline baru menyadari bahwa dia masih seorang diri di rumah ini. Willson serta ibu mertua dan adik iparnya itu masih belum kembali. Darline terheran-heran.

Kenapa mereka semua bisa tidak pulang semalam? Jika tak pulang, tidur di mana mereka semalam?’

Darline lalu melihat ponselnya. Tidak ada pesan maupun panggilan tak terjawab dari Willson sama sekali.

Apakah dirinya memang tak sepenting itu bagi Willson hingga ketika pria itu beserta keluarganya tidak kembali ke rumah ini, Darline tak dirasa perlu untuk dihubungi?

‘Sudah, Darline! Tidak perlu membuang waktu dan tenaga memikirkan mereka semua! Fokus bekerja saja, mumpung ada kesempatan kedua untukmu merintis karier kembali,’ bisik hati kecilnya Darline.

Karena itu jugalah, Darline pun tidak memikirkan semua keanehan dalam rumah ini lebih berlarut lagi. Dia lebih baik cepat menuju kantor agar jangan sampai telat di hari pertama bekerja.

Sementara itu ...

Di kantor 3L’s Empires Motor Co. Ltd, Hayden Lewis tiba tiga puluh menit lebih awal dari jam kantornya.

Hari ini adalah hari pertamanya resmi menjabat sebagai CEO baru di 3L’s Empires Motor, sebuah anak perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dari perusahaan induk, yang bernama sama, yang berlokasi di Singapura.

Sekalipun ayah Hayden adalah pemegang saham terbesar 3L’s Empires Motor, Hayden memiliki ketertarikan yang besar untuk membuktikan kemampuannya membesarkan anak perusahaan mereka.

Karena itulah, dia menerima jabatan CEO demi bisa terjun langsung membesarkan 3L’s Empires Motor.

“Selamat pagi, Pak!”

“Selamat pagi, Pak!”

Sapaan demi sapaan didapatnya dari staff yang memang terbiasa tiba setengah jam sebelum jam kantor dimulai.

Hayden mengangguk saat mendapati sapaan itu tapi dia tidak tersenyum sama sekali. Raut wajahnya teramat serius, diikuti dengan tatapan mata yang tajam dan menyorot tegas penuh wibawa.

Langkah kakinya yang panjang terus tarayun tanpa ragu menuju ruangan yang terlihat paling mewah di antara ruangan lainnya. Bahkan ukiran di pintu ganda ruangannya dibuat sangat spesial, mengikuti selera elit, namun jantan dan liar Hayden.

Tak lama setelah Hayden memasuki ruang CEO-nya, Bu Alma, Kepala HRD mengetuk pintu.

“Masuk!” seru suara bariton Hayden penuh wibawa.

Bu Alma membuka pintu dan menyapa Hayden.

“Pagi, Pak Hayden. Saya Bu Alma, kepala HRD, seperti yang pernah diperkenalkan pada Bapak saat meeting internal seminggu lalu. Masih inget nggak ya, Pak?”

Hayden terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk. “Tentu masih ingat.”

“Oh, baik kalau begitu, Pak Hayden,” sahut Bu Alma lagi dengan senyum lebar di wajahnya.

Dia lalu menunjuk ke pintu dan berkata lagi, “Di luar ada sekretaris Anda, saya panggilkan dan perkenalkan sekarang, ya, Pak?”

Hayden mengangguk lagi lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, sebagai pertanda bahwa dia menunggu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lidia Lidia
ceritanya sih bagus.. kasihan siceweknya, kenapa nggak minta cerai saja... masih penasaran sama alur ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   09. Mr. CEO Kita. Kenal?

    Antusias dan kegugupan melebur menjadi satu dalam diri Darline. Ketika tiba di kantor untuk hari pertama kerjanya tadi, selama lebih dari lima belas menit Darline mendapatkan pengarahan dari Bu Alma apa saja yang menjadi tugasnya sebagai sekretaris.Darline mempelajari dengan seksama dan bertekad untuk bekerja dengan baik.Namun, tetap saja dia merasa gugup.3L’s Empires Motor merupakan perusahaan besar. Ini bisa terlihat dari segala segi. Iklan dan marketing mereka yang teramat gencar. Produk otomotif yang inovatif dan seringkali menjadi trend setter baru di kalangan pecinta otomotif.Selain itu juga, jajaran direksi dan hierarkie manajemen yang berlapis-lapis dalam perusahaan ini menunjukkan kredibilitas 3L’s Empires Motor tidaklah main-main.Terakhir, fisik kantor yang sangat modern dan elegan.Begitu menginjakkan kaki di sini, Darline langsung jatuh cinta berharap dia bisa menjadi staff tetap dan berkarier di 3L’s Empires Motor.Saat dia sudah mampu hidup mandiri nantinya, Darline

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   10. Are You Alright?

    Huuuufftt ... fiuuuuuuh ...Darline menyempatkan diri menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya, lalu mengembuskannya, ketika dia telah tiba di pintu ruang CEO dan hendak mengetuknya.Setelah tiga kali tarik dan hela napas panjang, Darline pun akhirnya mengetuk.“Masuk!” titah suara bariton dari dalam ruangan.Hanya mendengar suara itu saja degup jantung Darline meningkat drastis lagi.Darline membuka pintu, berusaha agar tangannya tidak terlihat gemetar, lalu melangkah masuk, dengan setenang mungkin.‘Apa yang Paman Hayden pikirkan tentang diriku ini? Jangan-jangan, Paman Hayden mengira aku sengaja melamar pekerjaan di kantornya ini demi berdekatan dengannya!’Darline tanpa sengaja sibuk berpikir sementara tubuhnya berbalik dari pintu untuk menuju meja kerja Hayden.Untungnya, pria itu masih menatap layar laptop dengan teramat serius. Darline jadi tak sengaja malah mengamati Paman Hayden yang begitu seriusnya.Dari pengamatannya ini Darline baru menyadari bahwa Paman Hayden sebenarny

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   11. Dia Tidak Pantas!

    Darline merasa tak enak hati karena ketahuan berbohong. Dia pun hanya menundukkan wajah. Melihat Darline menunduk, Hayden menaikkan wajah itu dengan jari di dagu Darline. “Jawab aku. Darline, sejujur-jujurnya. Kamu sekarang sekretarisku, Darline. Jika kau berbohong, aku akan langsung memecatmu sekarang juga!” Tiba-tiba suara dominasi itu bercampur kuasa yang tak bisa ditampik Darline. Wanita itu cukup terkejut mendengar Hayden sampai menuntut kejujuran darinya dengan sekeras ini. Darline yang tadinya bertekad menutupi prahara rumah tangganya dengan Willson erat-erat dari Hayden, kini tak berani membantah lagi. Dia pun menjawab lirih, “Iya, Paman. ini—” “Apa yang dia lakukan hingga kau terluka seperti ini? Apa dia menggigitmu?” tanya Hayden lagi dengan pandangan yang menyorot marah. Darline terhenyak, kenapa Paman Hayden bisa serisau ini hanya karena luka kecil di bibirnya? “Nggak, Paman. Dia nggak menggigit.” “Kalau tidak menggigit, lalu dia apakan?” Geramannya yang tertahan

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   12. Dia Tak Perlu Tahu ...

    Darline terperangah melihat apa yang tertera di medsosnya ini. ‘Apakah yang tadi itu aku salah lihat? Atau memang Willson baru saja meng-unfollow Laura Bella? Kalau iya, kenapa?’‘Jika Willson baru saja meng-unfol Laura Bella, berarti Willson sedang online.’Sangat ingin tahu, gegas Darline menuju inbox, lalu mencari kontak Willson di jajaran friend list miliknya.Ada 900-an friends yang dimiliki Darline. Dia mengetik nama Willson, tapi yang muncul adalah dua akun bernama Willson, tapi bukanlah Willson suaminya.Darline bingung, ‘Kenapa akun Willson tidak bisa kudapatkan?’“Mungkin aku salah ketik,” gumam Darline pada dirinya sendiri.Darline lalu mencoba lagi. Tapi hasilnya tetap sama seperti tadi. Hanya muncul dua akun bernama Willson, tapi bukan suaminya.Darline semakin heran dan penasaran. Dia pun menuju akun Laura Bella lagi. Dari friend list Laura Bella yang jumlahnya sekitar 5000, dia mengetikkan nama Willson.Muncul seratusan akun bernama Willson. Terpaksa Darline melihat sat

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   13. Aku di Luar Kota!

    “Pam—paman.”Darline mendorong tubuh Hayden ketika dia berhasil meraih kesadarannya.Meskipun saat tangannya menjauhkan dada bidang pria itu dia pun telah menerima beberapa cecapan lembut Hayden, bahkan membiarkan lidah pria itu membelai lidahnya.Mendengar suara Darline –terutama karena Darline masih memanggilnya Paman—Hayden pun seperti tersadar dari mimpi siang bolongnya.“Ma—maaf. Aku ...”Wajahnya teramat menyesal dan Darline bisa melihat kini Hayden tengah kikuk memikirkan bagaimana bersikap terhadapnya.“Jam berapa Willson biasanya pulang?” tanya Hayden akhirnya, setelah mereka terdiam cukup lama.“Biasanya jam begini sudah sampai,” sahut Darline lagi. Hayden pun mengangguk.“Oh. Tapi kenapa sepertinya rumahmu tidak ada orang sama sekali.”“Err, sepertinya begitu. Mungkin Ibu dan Lissa sedang pergi.”Jawaban itu mendapatkan tolehan kepala dari Hayden. Pria itu menatapnya lagi teramat lekat, seakan lupa atas ciuman yang seharusnya tak terjadi barusan.Entah apa arti tatapan Hayd

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   14. Tugas Ke Luar Negeri?

    “Darline! Darline!” seru tamu Darline dari luar pintu. Seruan yang cukup keras itu membuat Darline buru-buru membuka pintu, sebelum tetangga sebelah rumah mendengar dan mengira yang tidak-tidak. “Paman! Ada apa?” tanya Darline pada Hayden yang terlihat resah. Belum sedetik, tampak kedua bola mata Hayden membelalak lebar. “Darl ... darl ... Darline,” serunya lagi dengan susah payah, terbata-bata, sambil menelisik tampilan Darline. Darline ikut memindai tubuhnya sendiri dan baru menyadari dia hanya mengenakan jubah mandi dengan rambut panjangnya dililit handuk. “Arrgh! Tung—tunggu bentar, Paman!” ‘Ini memalukan!’ seru Darline dalam hati. Dia gegas berlari masuk ke kamar dan berpakaian dengan pantas. Lima menit kemudian, dia sudah mengenakan blus dengan celana pendek selututnya. “Paman ngapain, kenapa masih di sini?” tanya Darline cemas. Di rumah hanya ada dirinya. Dia takut ada tetangga yang memergoki mereka berdua di sini dan malah menjadi fitnah. “Aku—aku melihat kau sendir

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   15. Aku Hayden, Takkan Menyakitimu ...

    Hari pertama di negeri singa, Darline langsung mengekor Hayden menghadiri rapat produk terbaru mereka, yang mana perusahaan akan meluncurkan mobil sport limited edition yang hanya diproduksi satu saja di satu negara.Hayden tampak begitu berkharisma dan penuh wibawa saat menyampaikan presentasinya. Darline sampai tak bisa memalingkan tatapannya dari pria matang itu.Ada rasa yang berbeda mengalir di penjuru nadinya setiap kali dia menatap ke arah Hayden dan pandangan mata mereka berdua saling bertemu.‘Oh, Tuhan, ini tidak baik buatku. Aku bisa jatuh dalam dosa lagi kalau terlalu sering memandangi Hayden!’ Rintihan hati kecil Darline membuat wanita itu tak tenang. Namun tetap saja, tidak mungkin bagi Darline untuk tidak memandangi Hayden.Belum satu menit dia berdoa dan bertekad untuk tidak menatap ke arah Hayden terus menerus, Darline sudah mendapati dirinya kembali menatap ke wajah tampan nan matang pak boss nya itu.Di hari ke-dua, mereka menghadiri acara balap mobil yang disponso

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   16. Masih Berstatus Istri

    “Darl ... Darline ...” ucap Hayden sampai hampir tersedak ketika menyadari apa yang tengah dilakukan Darline.Bibirnya berusaha menyingkirkan bibir Darline, melepaskan diri. Namun, Darline malah makin menjadi.Pengaruh alkohol dari minumannya, serta rasa frustrasinya, membuat Darline gelap mata.Malam ini, Darline hanya ingin kelegaan. Pelampiasan. Apapun akan dia lakukan asalkan segala rasa pahit di hatinya ini bisa tersembur lepas dari dirinya.Dan Hayden seperti penawar bagi racun yang bersemayam dalam hatinya.“Aku menginginkanmu, Paman. Seperti malam itu,” ucap Darline saat dia melepas pagutannya untuk sesaat.Namun, bibir ranumnya kembali melumat bibir Hayden sekejap kemudian. Bukan itu saja, jemari lentiknya pun membelai dada kokoh Hayden menimbulkan gesekan panas bagai bara api.Aroma napas mereka saling merasuk, kehangatan tubuh mereka pun saling menguar.Untuk sesaat, Hayden terbuai. Dia mulai menerima lumatan bibir Darline.Pria itu bahkan mengeratkan pelukan mereka.Kembal

Bab terbaru

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - We Are Family

    Di hari H, mereka serombongan melakukan perjalanan udara dan saat tiba di bandara Soekarno Hatta, Hayden dan Darline menjemput bersama.Perut Darline sudah terlihat buncit meski tubuhnya masih langsing seperti dulu.Melihat Heaven yang terlebih dahulu keluar dari exit door, Hayden melambaikan tangannya.Heaven memimpin rombongan menghampiri Hayden.Satu demi satu mereka berpelukan.Hanya saat tiba giliran Darline, Oma Jenny merasa canggung, tapi akhirnya dia memeluk lebih dulu.“Maafkan Mom yang dulu sempat menuduh kamu mandul, Sayang. Maafkan ya.” Oma Jenny berbisik di telinga Darline.Tentu saja dia malu jika Hayden mendengar permintaan maafnya.Ketika pelukan mereka terurai, Darline tersenyum pada ibu suaminya itu. “Nggak pa-pa, Mom. Itu juga kesalahan kami, lupa memberitahu Mom tentang kehamilan ini.”Mendengar itu, Hayden langsung menimbrung, “Iya, Mom. Aku yang lupa. Terlalu banyak pekerjaan.”“Ya, ya, sekarang istrimu sudah mengandung, kau harus kurangi kerjamu, jaga dia baik-b

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Penyesalan Hailley & Oma

    Hailley pulang dengan hati hancur. Sehabis dari apartemen baru mommy-nya, dia nongkrong di dermaga dengan ditemani Mike.Driver dimintanya menjemput di sore hari dengan alasan dia memiliki pelajaran tambahan.Jadi, Hailley nongkrong hingga sore, ditemani Mike. Meski begitu, gadis itu tidak banyak curhat pada Mike.Mereka hanya duduk diam, merenung sendiri-sendiri. Angin kencang menerpa wajah Hailley membuat gadis itu kembali teringat kata-kata ibunya sebelum dia disuruh pulang sesegera mungkin.“Hailley, dengarkan Mommy. Mommy terpaksa melakukan ini semua! Mommy tidak punya uang lagi. Untuk kembali pada daddy-mu itu tidak mungkin. Kita sudah berakhir lama sekali. Itupun juga karena mommy yang salah sudah meninggalkan daddy-mu.Lalu ada pria ini, yang melamar mommy. Dia bisa menunjang hidup mommy. Hanya saja, dia hanya bersedia menerima seorang istri, tidak dengan anak-anaknya. Jadi, karena inilah, Mommy terpaksa memintamu tinggal bersama Daddy-mu.”“Ck! Sudah kuduga! Mommy tega! Kau m

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Mencari Mommy

    Hailley semakin sakit hati.Kenapa ibunya menikah tapi tidak memberitahunya?Dan benarkah perkiraan oma-nya tadi?“Tidak! Aku harus mencaritahu!”Hailley menekan nomor Mike dan menghubunginya.Suara di ujung sana menjawab, “Hei, kenapa telpon malam-malam begini? Hpku perlu dicas.”“Aku hanya ingin menanyakan alamat apartemen tempat ibumu bekerja. Bisa berikan padaku?”“Maksudmu, tempat tinggal baru ibumu?”“Iya.”Hailley teramat sesak rasanya ektika menjawab pertanyaan Mike. Dia sendiri tak pernah menyangka akan menanyakan alamat ibunya pada orang lain.Di sisi lain, hati kecil Hailley masih tak percaya.Setelah Mike mengirimkannya alamat, Hailley memaksa diri untuk tidur, meski itu sulit sekali. Di benaknya sudah terukir rencananya untuk esok hari. ***Hailley memang berangkat ke sekolah dengan mobil dari Opa. Tiba di sekolah, dia turun dan menunggu di gerbang dalam, sampai mobil pergi, Hailley pun keluar lagi.Tapi tepukan di bahunya membuatnya terkejut. Saat dia men

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Dia Benar Ashley

    Sudah berminggu-minggu berlalu dengan Hailley dibawa pulang Oma ke Singapura.Sekalipun terasa melegakan karena tidak ada lagi tekanan dari gadis itu, tetap saja rumah yang sempat dihuni 3 orang, lalu berkurang satu, terasa sepi.Sedikit banyak Darline juga merindukan Hailley. Andai Hailley tidak bermasalah, dia pasti dengan senang hati menjadi ibu sambungnya.“Hei, perutmu seperti tidak bulat.”Suara Hayden tiba-tiba membuyarkan lamunan Darline ketika malam itu mereka menonton TV bersama sambil berpelukan.“Eh, iya ya, Mas. Terasa seperti kram. Oh, ini baby nya lagi bergerak kali. Kayak ada yang mendorong dari dalam.”Hayden gegas bangun untuk melihat apa yang terjadi.Di bagian bawah perut Darline terlihat sesuatu yang kecil tercetak di permukaan perut.Benar kata Darline, baby sepertinya sedang mendorong dari dalam. “Sepertinya dia pegal, jadi sekarang sedang stretching,” canda Hayden sambil memeragakan stretching ala baby yang di bayangkannya sendiri. Darline sampai tertawa dibuat

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Kehidupan Bak Puteri Raja

    “Halo, Mom, ada apa yang terjadi?” Hayden tidak merasa perlu berbasa basi lagi. Dia langsung menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui semuanya. “Oh, berarti kamu sudah tahu bahwa Mom membawa Hailley ke Singapura?” “Iya, Darline baru saja menelpon.” “Oh, bagus kalau begitu. Mom mengambil keputusan ini karena istri kamu itu tidak terlihat keinginannya untuk mengurus cucuku. Dia seringkali menindas Hailley!” “Menindas bagaimana, Mom? Setahuku justru Darline sudah sangat bersabar dalam menghadapi Hailley. Sikap Hailley sering kasar. Bukan saja pada Darline, tapi pada siapa saja. Tapi Darline dengan sabar mendidiknya. Dia memang tidak mengabulkan semua keingingan Hailley, tapi aku tahu Darline melakukan semua itu untuk kebaikan Hailley.” “Omong kosong, Hayden! Itu sih hanya akal-akalannya saja agar kau tidak mengira dia menindas Hailley. Mana mungkin dia bisa seperti itu karena Hailley kan bukan darah dagingnya. Maka dari itu, mom membawa Hailley pulang ke Singapura. Mom tidak rela ji

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Mengadu ke Oma

    Brak!!!Hailley bangkit dari duduknya dengan mendorong kursi sekuat tenaga.Gadis itu tak jadi makan dan kembali ke kamarnya.Tiba di kamar, Hailley mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Hayden.[Daddy, aku nggak mau tinggal sama-sama istrimu lagi! Dia keterlaluan! Dia sering mengejekku! Dia itu nggak pantas jadi istri daddy. Lebih nggak pantas lagi jadi penggantinya mommy!Aku benci dia! Kalau daddy benaran sayang padaku, kalau daddy benaran ingin menjadi ayah yang baik untukku, daddy harus meninggalkannya! Aku nggak mau tinggal di sini lagi, selama dia masih di sini!!!]Setelah mengirim pesan, Hailley terduduk dengan wajah cemberut. Kedua matanya basah akan air mata dengan pinggiran matanya menjadi merah.Dia benar-benar marah dan membenci Darline.Diliriknya lagi ponsel di tangan. Kenapa daddy nggak balas-balas, sih?Hailley semakin kesal.Tepat saat dia melempar ponsel itu, balasan dari ayahnya masuk.[Maafkan istriku kalau dia sering mengejekmu. Tapi aku yakin Darline hanya

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Darline Juga Bisa Membalas

    “Hailley! Kenapa kamu harus sekasar itu pada seseorang? Dia hanya bertanya!”Bukannya menyesali, tapi Hailley malah menjawab acuh, “Apaan sih, Dad? Ngapain dia tanya-tanya? Kenal juga nggak!”“Hailley, dia bertanya karena melihat wajahmu seperti kurang sehat.”Saat Darline menjelaskan, Hailley bertambah murka. Daddy yang menegur saja dia tak terima, apalagi saat Darline yang menegur. Tidak mungkin dia bisa terima.“Mana ada kurang sehat? Mukaku beginilah! Dia saja yang caper! Cari-cari perhatian! Cuih!”Tak enak pertanyaannya ditanggapi seperti itu, pelayan tadi pun berkata, “Maaf, Nona. Saya tidak sengaja.”“Tidak sengaja, tidak sengaja! Tugasmu itu hanya melayani customer, ngapain pake-”“HAILLEY!”Hayden benar-benar murka. Perilaku Hailley tidak bisa dia tolerir lagi. Sekalipun Hailley adalah putrinya, tapi dia tidak bisa menerima sikap kurang ajar seperti itu.Apalagi Hailley meremehkan pelayan.“Kalau kamu tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik kamu diam!”“Daddy! Aku ngga

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Dua Sikap

    “Kamu beneran nggak mau ikut Oma ke Singapura? Di sana kamu tinggal sama Oma, nemenin Oma lho, Hailley.”Oma Jenny tak mengira jika Hailley akan menolak ajakannya.Dia jadi bersedih.“Iya, Oma. Aku di sini aja dulu. Sudah daftar sekolah juga.”“Oh, ya sudah. Baiklah. Oma akan datang lagi bulan depan. Kamu baik-baik di sini ya?”“Iya, Oma.”“Kalau istri daddy-mu itu menindasmu, laporkan pada oma. Akan oma adukan pada daddy-mu,” bisik Oma Jenny saat sedang menyusun isi kopernya.Hailley mengangguk dengan hatinya membatin sengit, ‘Tentu saja, Oma. Aku nggak mungkin sebodoh itu membiarkan dia menindasku. Malahan aku yang akan menindasnya. Tapi di belakang Daddy tentunya!Karena mommy sudah beratus-ratus kali mengingatkanku untuk menjaga sikap di depan Daddy. Tapi mommy tak pernah memintaku bersikap baik pada istrinya daddy.So, kalau aku nggak bersikap baik pada Darline, aku nggak bisa disebut melanggar perintah mommy juga, kan?’Hailley tersenyum licik pada dirinya sendiri.Pada akhirnya,

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Harus Tetap Bersama Daddy!

    “Astaga, Mas! Apa di rumah kurang?”Pertanyaan polos Darline membuat Hayden terkekeh. Setelah itu, mereka selesai bertelpon dengan Hayden meminta Darline lekas berganti pakaian.Dia sendiri langsung menekan nomor ibunya untuk memberitahu perihal jamuan makan malam yang akan dia hadiri bersama Darline.Tidak butuh waktu lama, panggilannya dijawab sang ibu.“Ya, Hayden? Ada apa menelpon di jam begini?” sambut ibunya dengan suara teramat lembut.“Ini, Mom, aku ada jamuan makan malam dan akan mengajak Darline. Mom menemani Hailley dulu di rumah, tidak apa-apa kan?”“Oh, iya, tentu. Bagus juga kamu mengajak Darline keluar. Seharian ini dia di rumah tidak mengerjakan apa-apa. Bahkan dia juga tidak masak makan malam.”Niat ibunya untuk mengadu, tidak mendapatkan perhatian dari Hayden.“Ya, nanti mom delivery saja. Atau mau aku yang pesankan?”“Ah, nggak usah. Biar Mom minta Hailley saja yang pesankan. Dia pintar menggunakan aplikasi online.”“Oh, oke, Mom. Begitu juga bagus.”Selesai menelpo

DMCA.com Protection Status