Share

04. Menutupi Kesalahan?

Author: Chani yoh
last update Last Updated: 2023-10-17 13:08:19

Darline seakan oleng ketika membaca pesan dari suaminya ini. Bukankah kata Anna tadi, Willson sudah pulang ke Jakarta dari semalam? Tapi kenapa tiba-tiba saat ini Willson malah berkata dia masih di Bandung dengan ibu dan adiknya?

Darline: [Lho, Will, bukannya kamu sudah pulang dari semalam? Karena itulah aku cepat-cepat nyusul pulang]

Darline pun menggunakan kesempatan ini untuk menutupi dosa besar yang semalam diperbuatnya dengan Hayden.

Balasan dari Willson datang sama cepatnya dengan tadi.

Willson: [Siapa bilang aku pulang semalam? Kamu ini jangan ngaco, ya! Kamu itu yang semalam ke mana? Aku kok nggak melihat kamu di mana-mana semalam itu?!]

Deg! Jantung Darline berdetak kencang lagi. Jadi sebenarnya, Willson mengetahui keberadaannya di paviliun bersama Paman Hayden atau tidak?

Biar bagaimana pun pesan yang membuat Darline menuju paviliun adalah pesan yang dikirimkan Willson. Tapi kenapa suaminya itu tidak pernah membahas janji ketemuan seperti yang tertera di dalam pesan itu?

Darline pun jadi ragu ingin membahas keberadaan dirinya di paviliun. Dia takut jika dia membahasnya, Willson yang tadinya tidak curiga malah jadi curiga.

Tapi jika tidak dibahasnya, dia takkan tahu seberapa jauh Willson mengetahui hal terlarang semalam.

Darline ingin mengambil resiko, tapi dia teringat kata-kata Hayden. Alasan apa yang harus dia berikan untuk keberadaannya di paviliun semalam?

Darline mengetik lagi.

Darline: [Tapi Will, kan semalam kamu yang nyuruh aku ke paviliun belakang taman. Aku ke sana tapi nggak ada kamu. Aku tungguin di sana sampe aku ketiduran. Jadi, tadi pas aku ke villa utama kakek kamu dan bergabung dengan yang lainnya, mereka malah bilang kamu sudah pamit pulang semalam. Makanya aku cepat-cepat pulang Jakarta juga.]

Willson: [Kamu jangan ngaco! Siapa yang nyuruh kamu ke paviliun belakang?!]

Deg! Jantung Darline kembali meloncat drastis.

Willson sudah menyangkal, lalu siapa yang mengirimkannya pesan untuk bertemu di paviliun?

Masalahnya, karena dia sudah mengungkit ini pada Willson, pria itu sudah terlanjur marah dan curiga. Biasanya seperti itu.

Dan benar saja, setengah menit kemudian sudah masuk lagi pesan dari Willson.

Willson: [Kamu berusaha menipu aku, hah?! Siapa yang menyuruhmu ke paviliun belakang semalam? Jangan mengada-ngada dan mencatut namaku!]

Lagi, balasan dari Willson terlihat penuh kemarahan.

Darline pun gegas mencari pesan yang Willson kirimkan untuk dia kirimkan screenshot-nya pada Willson.

Naasnya, saat dia mencari di waktu dia menerima pesan Willson semalam, pesan itu sudah tidak ada. Ternyata, ada satu pesan yang diatur menggunakan timer. Setelah lewat beberapa menit pesan itu dibaca, maka pesan akan hilang dan tidak bisa dilihat lagi.

Kedua tungkai kaki Darline melemas saat itu juga.

Ini akan menjadi awal mimpi buruk baru baginya. Dia tahu Willson. Darline sangat mengetahui watak suaminya itu.

Willson akan mencurigainya hanya karena kejadian ini. Dan Darline yakin hubungan mereka ke depannya akan selalu diwarnai dengan kecurigaan Willson akan hal ini.  

Jika sudah begitu, suaminya itu tidak akan ragu untuk mencemoohnya bahkan menghukumnya tanpa ampun.

Hanya memikirkan itu saja Darline merasa sekujur tubuhnya gemetar. Dia harus gegas memikirkan cara untuk mengambil hati Willson. Agar semua tidak perlu dibahas lagi.

                ***

Willson akhirnya memberitahu Darline bahwa ada kunci cadangan di pot bunga samping rumah. Setelah Darline berhasil masuk ke dalam rumah, Darline gegas mempersiapkan rumah sebaik-baiknya.

Pertama, Darline menyiapkan makan malam dengan sebaik-baiknya. Menu yang dia sajikan pun dipilih Darline menu yang enak dan lengkap. Ada rendang, sate, soto, serta cah kangkung.

Dia juga sudah membersihkan rumah sampai aroma rumah tercium wangi citrus.

Begitu terdengar deru mobil Willson, Darline gegas menghampiri halaman rumah. Semua itu dia lakukan demi sedikit meredakan kemarahan Willson.

Mobil akhirnya berhenti dan begitu pintu mobil dibuka dan Bu Mira turun, wanita itu langsung mendengus keras.

“Hah! Kamu ini gimana sih? Pulang sendirian! Kamu pikir kami ini siapamu? Bikin malu aja!”

Darline hanya menjawabnya lirih, “Karena Anna bilang Ibu sama Willson sudah pulang duluan dari semalam, makanya aku langsung pulang juga.”

“Halaaah, alasan kamu, Lin! Mana ada kita pulang duluan? Kamu sengaja kan cari-cari alasan demi bisa pulang sendiri. Atau jangan-jangan, kamu pulang dengan orang lain?”

“Nggak ada, Bu, Aku pulang sendirian.”

Jika ini dituduhkan Bu Mira di awal-awal pernikahannya dengan Willson, Darline biasanya langsung panik dan mengklarifikasi dengan gugup. Tapi sekarang, dia tidak begitu lagi. Darline sudah bisa menyikapi dengan santai, termasuk menjawab tuduhan tidak berdasar seperti itu.

Lalu dari pintu depan terdengar bunyi menutup. Willson keluar dari mobil dan tatapannya langsung nyalang seperti hendak memburu Darline.

“Awas, kalau sampai aku mendengar sedikit saja tentang kamu dengan laki-laki lain. Habis kau!” serunya sambil menunjukkan jari telunjuknya di kening Darline.

Wanita itu hanya menghirup napas dalam-dalam. Biar bagiamana pun dia memang bersalah telah melakukan hubungan terlarang dengan Paman Hayden. Jadi, yang bisa dilakukan Darline sekarang ini hanyalah bersabar dan mengalah.

Dengan begitu setidaknya kemarahan Willson bisa sedikit terkendali.

“Aku benar-benar pulang sendiri, Will, karena ibunya Anna yang bilang kalian sudah pamit pulang semalam. Kalau tidak percaya, tanyakan langsung, Will, dengan Anna dan ibunya.”

Tak diduga, Willson melotot dan menjawabnya sengit. “Justru aku sudah tanyakan mereka dan mereka bilang mereka tidak bertemu denganmu sama sekali!”

Darline terlihat begitu shock. Kenapa bisa begini?

“Gimana bisa begitu? Aku bertemu mereka pagi ini. Banyak saksinya! Di ruang tamu rumah kakekmu, Will, semua hadir di sana dan mereka melihat keberadaanku di sana!”

“Halaaah! Itu kan katamu! Apa kamu punya bukti? Kalau kamu nggak punya bukti, itu sama saja omong kosong! Sudah! Aku capek, mau mandi!”

Darline terdiam dan menatap punggung Willson serta Bu Mira dan Lisa yang melangkah masuk ke dalam rumah.

Tak berapa lama, terdengar seruan Bu Mira dan Lisa dari dalam rumah.

“Waaaah, tumben lho, Bu, ada banyak sekali makanan enak di meja ini! Apa nggak salah, ya?” seru Lisa terdengar begitu tak sabar ingin mencicipi kelezatan makanan yang ada di sana.

“Eh, iya, ya! Tumben-tumbenan ada banyak menu yang enak-enak. Apa nggak salah, ya? Ada rendang, sate, soto, dan cah kangkung. Wuiiiih ini sih lengkap banget. Sudah sama lengkapnya dengan restoran. Benar ya, kamu bilang, ini tumben banget kakak iparmu sajiin sebanyak ini?”

“Lah itu, Bu. Dasar boros ya, Bu! Atau ... mungkin ini yang dibilang orang kalau ada maunya.”

“Maksud kamu, Lis?” tanya Bu Mira, entah memang tidak mengerti atau sengaja bertanya demi memberi kesempatan pada putrinya untuk memanas-manasi sindiran mereka pada Darline.

“Ya, demi menutupi kesalahannya pulang duluan. Entah sendirian pulang atau pulang dengan orang lain. Jadi, ya supaya kita nggak curigain dia terus, kita disajikan makanan seenak dan sebanyak ini.”

“Ohalaaaah! Pantesan!” seru Bu Mira lagi. “Kalau begitu nggak usah dimakan! Ibu sangat tidak percaya pada kakak iparmu itu!”

Darline merasakan kedua matanya memanas karena menggenangkan air mata ketika mendengar sindiran ibu mertua dan adik iparnya itu.

Ingin rasanya dia menghambur masuk dan membuang semua makanan yang telah dia sajikan di atas meja tadi. Tapi Darline juga mengerti bahwa dia harus bersabar. Dia sendiri memiliki dosa besar pada Willson. Jadi, dia harus tahu diri, mengalah, dan berusaha menutupi semuanya.

Darline pun mengambil sapu dan memilih membersihkan pekarangan rumah daripada harus masuk dan menghadapi sindiran Bu Mira dan Lisa.

Biar saja dia dianggap tuli. Lagian, Darline sendiri memilih tuli benaran daripada bisa mendengar, tapi malah mendengar sindiran-sindiran menyakitkan seperti itu.

Baru sebentar menyapu, Darline mendengar lagi suara Lisa dari dalam, “Waduh, Bu, aku mandi dulu deh, habis itu aku mau makan. Kan sudah disajiin, sayang kalau mubazir!”

Darline sekali lagi memilih pura-pura tidak mendengar semua itu dan tetap menyapu daun-daun kering yang berjatuhan.

Tapi sedetik kemudian, dia malah mendengar seruan Willson memanggilnya dengan keras dan kasar,

“Lin! Darline! Ngapain aja sih kamu di luar? Cepat masuk sini! Aku mau bicara!”

Related chapters

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   05. It's Me Hayden!

    Darline tergopoh-gopoh meletakkan sapu dan memasuki rumah, menuju kamar. Ketika tiba di dalam kamar, tatapan nyalang Willson sudah menunggunya dengan raut teramat marah. “Iya, Will?” “Kamu tuh ngapain sajiin makan malam sebanyak itu? Kamu mau hambur-hamburin uang atau memang kamu menutupi sesuatu dengan makanan sebanyak itu?” Darline terkejut. Dia tak menyangka niatnya yang hanya ingin terhindar dari kemarahan Willson malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. “Nggak, Will. Aku sajiin itu semua karena tadi pas mau pesan gofood, ternyata ada banyak promo. Tapi promonya itu hanya untuk pembelian di atas 150 ribu. Jadi, aku pesan banyak supaya capai 150 ribu. Dan aku bayar pake uangku sendiri kok, Will.” Bukannya mereda, Willson semakin marah. “Heh! Kamu pikir karena pake uangmu sendiri kamu boleh pamer?” “Bukan begitu, Will! Nggak ada maksudku buat pamer sedikit pun! Aku hanya menjelaskan!” “Halaaah! Muak aku dengerin alesanmu itu!” seru Willson lagi sambil melempar handuk putih

    Last Updated : 2023-10-17
  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   06. Benda Intim yang Tak Seharusnya Ada

    Darline tidak membalas pesan dari Paman Hayden. Jarinya pun bergerak cepat hendak menghapus pesan itu. Detak jantungnya seakan berpacu cepat. Dia sungguh takut jika Willson mengetahui dosa besarnya bersama Paman Hayden. Pesan dari pria itu saat ini malah memperbesar resiko kebersamaan terlarang mereka jadi ketahuan Willson. Namun tiba-tiba Darline merasa teramat sayang jika nomor Paman Hayden tidak disimpannya. Biar bagaimana pun, nomor itu satu-satunya penghubung dirinya dengan Hayden saat ini. Darline pun urung menghapus pesan itu. Wanita itu malah mengarsipkan pesan dari Paman Hayden agar tidak terlihat oleh Willson tapi tetap bisa dia simpan. Mereka jarang saling melihat isi ponsel satu sama lain. Di saat seperti ini, kebiasaan itu membuat Darline lega. Setelah menyimpan pesan itu, Darline pun mulai bangkit. Dia tidak boleh mengisi waktunya dengan menangis karena menangis saja tidak akan membeirkan solusi apapun. *** Pukul 20.30 malam, Bu Mira dan Lisa sudah selesai m

    Last Updated : 2023-11-07
  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   07. Buktikan Fitnahanmu!

    Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00. Darline tahu seharusnya dia membangunkan Willson dari pukul 06.00 tadi agar bisa bersiap ke kantor. Pekerjaan Willson sebagai seorang staff keuangan senior di sebuah perusahaan swasta membuat Willson tak seharusnya terlambat. Seharusnya juga Darline mempersiapkan sarapan yang bergizi ditambah minuman hangat yang bisa meredakan sakit kepala yang dirasakan suaminya karena telah mabuk-mabukan semalam. Bahkan jika bisa, seharusnya juga Darline menyiapkan sebutir paracetamol agar tubuh Willson kembali segar dan siap menghadapi pekerjaannya. Seharusnya seperti itu. Namun, rasa sakit dan penasaran yang menusuk hati Darline akibat penemuan kondom bekas pakai tadi membuat Darline tak sanggup melakukan semua kebaikan itu. Dia bukan malaikat. “Darliiiiiine!!! Darline sialan!” teriak Willson dari arah kamar. Darline sudah memperkirakan ini semua. Saat Willson bangun dari tidur, pria itu pasti akan menyadari dirinya terlambat pergi ke kantor dan pada akh

    Last Updated : 2023-11-19
  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   08. Sekretaris Baru Untuk CEO Baru!

    Darline tak bisa berkata-kata lagi saat menghadapi Willson yang malah menyecar dan menuduhnya telah melakukan sesuatu yang tidak benar. Bahkan dia dituduh sengaja menjebak dan memfitnah Willson. Jika bukan karena Darline takut kebersamaannya dengan Paman Hayden terungkap, Darline tidak akan berdiam diri saat dicecar seperti itu. Biar bagaimana pun sebagian dirinya merasa bersalah, tapi juga sebagian lainnya merasa Willson jauh lebih salah daripadanya. Darline hanya tidak bisa menekan Willson untuk mengakui kesalahannya. Dalam tangis dan rasa perih yang mengukungnya itu, Darline mendengar deru mesin mobil Willson meraung pergi meninggalkan pekarangan rumah. Tidak ada rasa yang merayap di hatinya. Darline hanya merasakan kekosongan. *** “Aku butuh pekerjaan nih, Fen. Ada nggak ya yang bisa menerima karyawan sepertiku ini, yang sudah lama vakum bekerja. Sudah 2,5 tahun aku vakum, Fen.” Dalam gelisahnya tadi, Darline pun mengajak Fenny, salah satu teman dekatnya saat

    Last Updated : 2023-11-19
  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   09. Mr. CEO Kita. Kenal?

    Antusias dan kegugupan melebur menjadi satu dalam diri Darline. Ketika tiba di kantor untuk hari pertama kerjanya tadi, selama lebih dari lima belas menit Darline mendapatkan pengarahan dari Bu Alma apa saja yang menjadi tugasnya sebagai sekretaris.Darline mempelajari dengan seksama dan bertekad untuk bekerja dengan baik.Namun, tetap saja dia merasa gugup.3L’s Empires Motor merupakan perusahaan besar. Ini bisa terlihat dari segala segi. Iklan dan marketing mereka yang teramat gencar. Produk otomotif yang inovatif dan seringkali menjadi trend setter baru di kalangan pecinta otomotif.Selain itu juga, jajaran direksi dan hierarkie manajemen yang berlapis-lapis dalam perusahaan ini menunjukkan kredibilitas 3L’s Empires Motor tidaklah main-main.Terakhir, fisik kantor yang sangat modern dan elegan.Begitu menginjakkan kaki di sini, Darline langsung jatuh cinta berharap dia bisa menjadi staff tetap dan berkarier di 3L’s Empires Motor.Saat dia sudah mampu hidup mandiri nantinya, Darline

    Last Updated : 2023-11-20
  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   10. Are You Alright?

    Huuuufftt ... fiuuuuuuh ...Darline menyempatkan diri menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya, lalu mengembuskannya, ketika dia telah tiba di pintu ruang CEO dan hendak mengetuknya.Setelah tiga kali tarik dan hela napas panjang, Darline pun akhirnya mengetuk.“Masuk!” titah suara bariton dari dalam ruangan.Hanya mendengar suara itu saja degup jantung Darline meningkat drastis lagi.Darline membuka pintu, berusaha agar tangannya tidak terlihat gemetar, lalu melangkah masuk, dengan setenang mungkin.‘Apa yang Paman Hayden pikirkan tentang diriku ini? Jangan-jangan, Paman Hayden mengira aku sengaja melamar pekerjaan di kantornya ini demi berdekatan dengannya!’Darline tanpa sengaja sibuk berpikir sementara tubuhnya berbalik dari pintu untuk menuju meja kerja Hayden.Untungnya, pria itu masih menatap layar laptop dengan teramat serius. Darline jadi tak sengaja malah mengamati Paman Hayden yang begitu seriusnya.Dari pengamatannya ini Darline baru menyadari bahwa Paman Hayden sebenarny

    Last Updated : 2023-11-21
  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   11. Dia Tidak Pantas!

    Darline merasa tak enak hati karena ketahuan berbohong. Dia pun hanya menundukkan wajah. Melihat Darline menunduk, Hayden menaikkan wajah itu dengan jari di dagu Darline. “Jawab aku. Darline, sejujur-jujurnya. Kamu sekarang sekretarisku, Darline. Jika kau berbohong, aku akan langsung memecatmu sekarang juga!” Tiba-tiba suara dominasi itu bercampur kuasa yang tak bisa ditampik Darline. Wanita itu cukup terkejut mendengar Hayden sampai menuntut kejujuran darinya dengan sekeras ini. Darline yang tadinya bertekad menutupi prahara rumah tangganya dengan Willson erat-erat dari Hayden, kini tak berani membantah lagi. Dia pun menjawab lirih, “Iya, Paman. ini—” “Apa yang dia lakukan hingga kau terluka seperti ini? Apa dia menggigitmu?” tanya Hayden lagi dengan pandangan yang menyorot marah. Darline terhenyak, kenapa Paman Hayden bisa serisau ini hanya karena luka kecil di bibirnya? “Nggak, Paman. Dia nggak menggigit.” “Kalau tidak menggigit, lalu dia apakan?” Geramannya yang tertahan

    Last Updated : 2023-11-22
  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   12. Dia Tak Perlu Tahu ...

    Darline terperangah melihat apa yang tertera di medsosnya ini. ‘Apakah yang tadi itu aku salah lihat? Atau memang Willson baru saja meng-unfollow Laura Bella? Kalau iya, kenapa?’‘Jika Willson baru saja meng-unfol Laura Bella, berarti Willson sedang online.’Sangat ingin tahu, gegas Darline menuju inbox, lalu mencari kontak Willson di jajaran friend list miliknya.Ada 900-an friends yang dimiliki Darline. Dia mengetik nama Willson, tapi yang muncul adalah dua akun bernama Willson, tapi bukanlah Willson suaminya.Darline bingung, ‘Kenapa akun Willson tidak bisa kudapatkan?’“Mungkin aku salah ketik,” gumam Darline pada dirinya sendiri.Darline lalu mencoba lagi. Tapi hasilnya tetap sama seperti tadi. Hanya muncul dua akun bernama Willson, tapi bukan suaminya.Darline semakin heran dan penasaran. Dia pun menuju akun Laura Bella lagi. Dari friend list Laura Bella yang jumlahnya sekitar 5000, dia mengetikkan nama Willson.Muncul seratusan akun bernama Willson. Terpaksa Darline melihat sat

    Last Updated : 2023-11-23

Latest chapter

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - We Are Family

    Di hari H, mereka serombongan melakukan perjalanan udara dan saat tiba di bandara Soekarno Hatta, Hayden dan Darline menjemput bersama.Perut Darline sudah terlihat buncit meski tubuhnya masih langsing seperti dulu.Melihat Heaven yang terlebih dahulu keluar dari exit door, Hayden melambaikan tangannya.Heaven memimpin rombongan menghampiri Hayden.Satu demi satu mereka berpelukan.Hanya saat tiba giliran Darline, Oma Jenny merasa canggung, tapi akhirnya dia memeluk lebih dulu.“Maafkan Mom yang dulu sempat menuduh kamu mandul, Sayang. Maafkan ya.” Oma Jenny berbisik di telinga Darline.Tentu saja dia malu jika Hayden mendengar permintaan maafnya.Ketika pelukan mereka terurai, Darline tersenyum pada ibu suaminya itu. “Nggak pa-pa, Mom. Itu juga kesalahan kami, lupa memberitahu Mom tentang kehamilan ini.”Mendengar itu, Hayden langsung menimbrung, “Iya, Mom. Aku yang lupa. Terlalu banyak pekerjaan.”“Ya, ya, sekarang istrimu sudah mengandung, kau harus kurangi kerjamu, jaga dia baik-b

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Penyesalan Hailley & Oma

    Hailley pulang dengan hati hancur. Sehabis dari apartemen baru mommy-nya, dia nongkrong di dermaga dengan ditemani Mike.Driver dimintanya menjemput di sore hari dengan alasan dia memiliki pelajaran tambahan.Jadi, Hailley nongkrong hingga sore, ditemani Mike. Meski begitu, gadis itu tidak banyak curhat pada Mike.Mereka hanya duduk diam, merenung sendiri-sendiri. Angin kencang menerpa wajah Hailley membuat gadis itu kembali teringat kata-kata ibunya sebelum dia disuruh pulang sesegera mungkin.“Hailley, dengarkan Mommy. Mommy terpaksa melakukan ini semua! Mommy tidak punya uang lagi. Untuk kembali pada daddy-mu itu tidak mungkin. Kita sudah berakhir lama sekali. Itupun juga karena mommy yang salah sudah meninggalkan daddy-mu.Lalu ada pria ini, yang melamar mommy. Dia bisa menunjang hidup mommy. Hanya saja, dia hanya bersedia menerima seorang istri, tidak dengan anak-anaknya. Jadi, karena inilah, Mommy terpaksa memintamu tinggal bersama Daddy-mu.”“Ck! Sudah kuduga! Mommy tega! Kau m

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Mencari Mommy

    Hailley semakin sakit hati.Kenapa ibunya menikah tapi tidak memberitahunya?Dan benarkah perkiraan oma-nya tadi?“Tidak! Aku harus mencaritahu!”Hailley menekan nomor Mike dan menghubunginya.Suara di ujung sana menjawab, “Hei, kenapa telpon malam-malam begini? Hpku perlu dicas.”“Aku hanya ingin menanyakan alamat apartemen tempat ibumu bekerja. Bisa berikan padaku?”“Maksudmu, tempat tinggal baru ibumu?”“Iya.”Hailley teramat sesak rasanya ektika menjawab pertanyaan Mike. Dia sendiri tak pernah menyangka akan menanyakan alamat ibunya pada orang lain.Di sisi lain, hati kecil Hailley masih tak percaya.Setelah Mike mengirimkannya alamat, Hailley memaksa diri untuk tidur, meski itu sulit sekali. Di benaknya sudah terukir rencananya untuk esok hari. ***Hailley memang berangkat ke sekolah dengan mobil dari Opa. Tiba di sekolah, dia turun dan menunggu di gerbang dalam, sampai mobil pergi, Hailley pun keluar lagi.Tapi tepukan di bahunya membuatnya terkejut. Saat dia men

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Dia Benar Ashley

    Sudah berminggu-minggu berlalu dengan Hailley dibawa pulang Oma ke Singapura.Sekalipun terasa melegakan karena tidak ada lagi tekanan dari gadis itu, tetap saja rumah yang sempat dihuni 3 orang, lalu berkurang satu, terasa sepi.Sedikit banyak Darline juga merindukan Hailley. Andai Hailley tidak bermasalah, dia pasti dengan senang hati menjadi ibu sambungnya.“Hei, perutmu seperti tidak bulat.”Suara Hayden tiba-tiba membuyarkan lamunan Darline ketika malam itu mereka menonton TV bersama sambil berpelukan.“Eh, iya ya, Mas. Terasa seperti kram. Oh, ini baby nya lagi bergerak kali. Kayak ada yang mendorong dari dalam.”Hayden gegas bangun untuk melihat apa yang terjadi.Di bagian bawah perut Darline terlihat sesuatu yang kecil tercetak di permukaan perut.Benar kata Darline, baby sepertinya sedang mendorong dari dalam. “Sepertinya dia pegal, jadi sekarang sedang stretching,” canda Hayden sambil memeragakan stretching ala baby yang di bayangkannya sendiri. Darline sampai tertawa dibuat

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Kehidupan Bak Puteri Raja

    “Halo, Mom, ada apa yang terjadi?” Hayden tidak merasa perlu berbasa basi lagi. Dia langsung menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui semuanya. “Oh, berarti kamu sudah tahu bahwa Mom membawa Hailley ke Singapura?” “Iya, Darline baru saja menelpon.” “Oh, bagus kalau begitu. Mom mengambil keputusan ini karena istri kamu itu tidak terlihat keinginannya untuk mengurus cucuku. Dia seringkali menindas Hailley!” “Menindas bagaimana, Mom? Setahuku justru Darline sudah sangat bersabar dalam menghadapi Hailley. Sikap Hailley sering kasar. Bukan saja pada Darline, tapi pada siapa saja. Tapi Darline dengan sabar mendidiknya. Dia memang tidak mengabulkan semua keingingan Hailley, tapi aku tahu Darline melakukan semua itu untuk kebaikan Hailley.” “Omong kosong, Hayden! Itu sih hanya akal-akalannya saja agar kau tidak mengira dia menindas Hailley. Mana mungkin dia bisa seperti itu karena Hailley kan bukan darah dagingnya. Maka dari itu, mom membawa Hailley pulang ke Singapura. Mom tidak rela ji

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Mengadu ke Oma

    Brak!!!Hailley bangkit dari duduknya dengan mendorong kursi sekuat tenaga.Gadis itu tak jadi makan dan kembali ke kamarnya.Tiba di kamar, Hailley mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Hayden.[Daddy, aku nggak mau tinggal sama-sama istrimu lagi! Dia keterlaluan! Dia sering mengejekku! Dia itu nggak pantas jadi istri daddy. Lebih nggak pantas lagi jadi penggantinya mommy!Aku benci dia! Kalau daddy benaran sayang padaku, kalau daddy benaran ingin menjadi ayah yang baik untukku, daddy harus meninggalkannya! Aku nggak mau tinggal di sini lagi, selama dia masih di sini!!!]Setelah mengirim pesan, Hailley terduduk dengan wajah cemberut. Kedua matanya basah akan air mata dengan pinggiran matanya menjadi merah.Dia benar-benar marah dan membenci Darline.Diliriknya lagi ponsel di tangan. Kenapa daddy nggak balas-balas, sih?Hailley semakin kesal.Tepat saat dia melempar ponsel itu, balasan dari ayahnya masuk.[Maafkan istriku kalau dia sering mengejekmu. Tapi aku yakin Darline hanya

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Darline Juga Bisa Membalas

    “Hailley! Kenapa kamu harus sekasar itu pada seseorang? Dia hanya bertanya!”Bukannya menyesali, tapi Hailley malah menjawab acuh, “Apaan sih, Dad? Ngapain dia tanya-tanya? Kenal juga nggak!”“Hailley, dia bertanya karena melihat wajahmu seperti kurang sehat.”Saat Darline menjelaskan, Hailley bertambah murka. Daddy yang menegur saja dia tak terima, apalagi saat Darline yang menegur. Tidak mungkin dia bisa terima.“Mana ada kurang sehat? Mukaku beginilah! Dia saja yang caper! Cari-cari perhatian! Cuih!”Tak enak pertanyaannya ditanggapi seperti itu, pelayan tadi pun berkata, “Maaf, Nona. Saya tidak sengaja.”“Tidak sengaja, tidak sengaja! Tugasmu itu hanya melayani customer, ngapain pake-”“HAILLEY!”Hayden benar-benar murka. Perilaku Hailley tidak bisa dia tolerir lagi. Sekalipun Hailley adalah putrinya, tapi dia tidak bisa menerima sikap kurang ajar seperti itu.Apalagi Hailley meremehkan pelayan.“Kalau kamu tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik kamu diam!”“Daddy! Aku ngga

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Dua Sikap

    “Kamu beneran nggak mau ikut Oma ke Singapura? Di sana kamu tinggal sama Oma, nemenin Oma lho, Hailley.”Oma Jenny tak mengira jika Hailley akan menolak ajakannya.Dia jadi bersedih.“Iya, Oma. Aku di sini aja dulu. Sudah daftar sekolah juga.”“Oh, ya sudah. Baiklah. Oma akan datang lagi bulan depan. Kamu baik-baik di sini ya?”“Iya, Oma.”“Kalau istri daddy-mu itu menindasmu, laporkan pada oma. Akan oma adukan pada daddy-mu,” bisik Oma Jenny saat sedang menyusun isi kopernya.Hailley mengangguk dengan hatinya membatin sengit, ‘Tentu saja, Oma. Aku nggak mungkin sebodoh itu membiarkan dia menindasku. Malahan aku yang akan menindasnya. Tapi di belakang Daddy tentunya!Karena mommy sudah beratus-ratus kali mengingatkanku untuk menjaga sikap di depan Daddy. Tapi mommy tak pernah memintaku bersikap baik pada istrinya daddy.So, kalau aku nggak bersikap baik pada Darline, aku nggak bisa disebut melanggar perintah mommy juga, kan?’Hailley tersenyum licik pada dirinya sendiri.Pada akhirnya,

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Harus Tetap Bersama Daddy!

    “Astaga, Mas! Apa di rumah kurang?”Pertanyaan polos Darline membuat Hayden terkekeh. Setelah itu, mereka selesai bertelpon dengan Hayden meminta Darline lekas berganti pakaian.Dia sendiri langsung menekan nomor ibunya untuk memberitahu perihal jamuan makan malam yang akan dia hadiri bersama Darline.Tidak butuh waktu lama, panggilannya dijawab sang ibu.“Ya, Hayden? Ada apa menelpon di jam begini?” sambut ibunya dengan suara teramat lembut.“Ini, Mom, aku ada jamuan makan malam dan akan mengajak Darline. Mom menemani Hailley dulu di rumah, tidak apa-apa kan?”“Oh, iya, tentu. Bagus juga kamu mengajak Darline keluar. Seharian ini dia di rumah tidak mengerjakan apa-apa. Bahkan dia juga tidak masak makan malam.”Niat ibunya untuk mengadu, tidak mendapatkan perhatian dari Hayden.“Ya, nanti mom delivery saja. Atau mau aku yang pesankan?”“Ah, nggak usah. Biar Mom minta Hailley saja yang pesankan. Dia pintar menggunakan aplikasi online.”“Oh, oke, Mom. Begitu juga bagus.”Selesai menelpo

DMCA.com Protection Status