Share

152. Bosku Sudah Tak Tahan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-02 17:37:14

“Dhuha, Aini ada menghubungi kamu?” tanya Alex tanpa basa-basi. Nada suaranya tajam, hampir seperti desis ular.

"Aini menghubungi aku? Yang benar saja! Aini bukan tipe wanita seperti itu. Tidak ada kontak apapun antara aku dan Aini sejak kalian menikah. Kenapa? Mau ngabarin kalau Aini hamil? Mau pamer?"

Alex tidak langsung menjawab. Nafasnya terdengar berat di ujung telepon, seperti menahan emosi. “Kalau sampai ternyata dia ada sama kamu, atau menghubungi kamu, aku enggak akan tinggal diam, Dhuha!"

Dhuha mengernyitkan dahi. “Hei, pelan-pelan dulu, Lex. Kenapa lo bawa-bawa nama gue? Kalau ada masalah sama Aini, itu urusan kalian berdua. Jangan sembarangan nuduh! Tunggu, Aini ada sama gue? Waw--- apa Aini pergi gak bilang-bilang suaminya yang tampan?"

“Gue enggak nuduh,” potong Alex. “Gue cuma ngingetin. Kalau gue sampai tahu lo ada hubungannya sama ini, urusannya bakal panjang.”

Sambungan telepon terputus sebelum Dhuha sempat merespons. Ia menatap layar ponselnya dengan perasaan campur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Mickha Winata
boleh ketawa gak sih? kalo ada laki-laki terlalu romantis tu harus curiga, terlalu sayang pun juga. takutnya kaya alex. sereemmmm
goodnovel comment avatar
Siti Astichomah
Gosip zina dikantor tersebar bikin bu Asma stroke.
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
lanjut lagi Thor.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   153. Alex Terpojok

    “Suci, kenapa kamu nggak berangkat kerja hari ini?” suara Bu Rahmi terdengar dari dapur, sedikit meninggi karena ia menduga putrinya masih berada di kamar.Suci yang tengah duduk di atas ranjang dengan wajah pucat langsung menoleh ke arah pintu kamar yang tidak tertutup rapat. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab. “Aku nggak enak badan, Bu. Sudah ijin hari ini." Ibunya jangan sampai tahu jika ia berhenti kerja di kantor yang sekarang. Bisa-bisa ibunya terkena serangan jantung. Bu Rahmi melangkah masuk ke kamar dengan tangan yang masih memegang kain pel basah. “Nggak enak badan? Kok nggak bilang dari tadi? Kemarin baik-baik saja, kan?” wanita itu menatap wajah sang Putri dengan seksama. Suci hanya menunduk, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Tubuhnya memang terasa berat, tetapi bukan karena sakit fisik. Pikiran dan hatinya yang terluka membuat ia merasa lemah. Ia tidak bisa tidur semalam, terus memikirkan ancaman Alex, bosnya di kantor.Huk! Suci berpura-pura batuk dan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   154. Permintaan Tegas Suci

    "Katakan ini tidak benar, Lex! Wanita ini hanya ingin fitnah kamu'kan?" Bu Suci masih menunggu putranya bersuara. “Pak Alex, saya minta pertanggungjawaban, Pak,” suara Suci bergetar, tapi tegas. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat memerah menahan emosi.Alex memijat pelipisnya, berusaha menahan kesal yang sudah mendidih. “Suci, kamu nggak bisa ngomong sembarangan begini. Apa yang terjadi kemarin itu... cuma kesalahan. Aku nggak punya niat apa-apa sama kamu. Aku khilaf. Lagian kamu juga menikmati. Kamu malah mendesah nakal." Alex mencibir. “Khilaf? Itu alasan Bapak?” Suci menatapnya tajam. Ia berdiri di tengah ruang tamu mewah rumah Alex, seperti seorang hakim yang mengadili terdakwa. “Pak Alex sudah menghancurkan hidup saya, dan sekarang bilang itu cuma khilaf? Saya nggak peduli! Saya mau Bapak menikahi saya. Keperawanan saya tidak akan bisa kembali lagi, meskipun Bapak keluarkan uang ratusan juta. Bapak sendiri yang bilang , bahwa semua baik-baik saja dan saya jangan taku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   155. Membujuk Aini Makan

    "Mas Dhuha, aku nggak tahu lagi harus gimana. Mbak Aini nggak mau makan sama sekali. Sejak kemarin cuma tiduran aja di kamar," keluh Amel sambil menyandarkan kepala di meja makan. "Matanya sembap karena menangis semalaman. Aku udah coba bujuk dia, tapi dia cuma geleng kepala. Kadang juga diem aja. Cuma bengong sambil netesin air mata."Dhuha menatap Amel dengan serius. "Amel, kamu nggak boleh menyerah. Kalau dia nggak makan, nanti malah sakit. Kita nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi biar aku coba bicara sama dia. Mungkin sama aku mau." Amel menyeringai. "Mas Dhuha, kalau Mbak Aini seandainya janda lagi, masih mau gak?" Dhuha menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Aini yang belum tentu mau sama aku lagi, Mel. Dia pasti trauma. Entah apa yang dibuat suaminya itu sampai Aini kabur kayak gini." Amel mengangguk setuju. “Aku takut dia makin marah, Mas. Dia kayaknya nggak mau ketemu siapa-siapa, " kata Dhuha saat akan mengetuk pintu kamar Amel. “Aini butuh waktu, tapi dia jug

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   156. Rencana Alex

    Rendy memandang pria paruh baya berseragam cleaning service yang sedang membersihkan meja di sudut lobi kantor Alex. Dengan sikap ramah, ia mendekat, membawa segelas kopi dari mesin otomatis.“Pak, boleh ngobrol sebentar? Saya lagi nyari info soal lowongan kerja di sini. Adik saya pengin coba daftar jadi OB,” kata Rendy, mencoba mencairkan suasana.Cleaning service itu menoleh, menatap Rendy dengan rasa ingin tahu. “Lowongan OB ya? Kayaknya ada sih, tapi baru satu. Itu juga karena ada yang dipecat minggu lalu.”“Oh, dipecat ya? Kenapa, Pak? Masalah apa?” tanya Rendy, berpura-pura penasaran.Pria itu menggeleng sambil berbisik, “Nggak tahu pasti, Mas. Tapi denger-denger sih ada masalah besar di ruangan direktur. Security yang lebih tahu, tapi mereka nggak bakal ngomong ke orang luar.”Rendy mengangguk sambil tersenyum, meski dalam hati ia mulai curiga. “Oke, Pak. Terima kasih infonya. Saya nanti tinggal kirim email ke kantor ini ya, Pak? Apa Bapak tahu emailnya?""Iya, benar, sebentar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   157. Foto Aini di Rumah Sakit

    Telepon dari Bu Maria, ibu Dhuha, datang saat ia baru saja selesai mandi dan bersiap untuk tidur. Ia mengangkat telepon dengan suara lelah. Ia juga tidak mau mengganggu Aini dan yang lainnya tidur karena sudah jam sepuluh malam. Ya, malam ini dan mungkin masih sampai besok malam, ia berencana menginap di rumah Anton. “Iya, Ma. Ada apa malam-malam telepon?” tanyanya sambil duduk di sofa. “Dhuha, kamu nggak pernah buka WhatsApp dari Mama, ya?” suara Bu Maria terdengar penuh antusias, bertolak belakang dengan nada Dhuha.“WhatsApp yang mana, Ma? Aku sibuk banget belakangan ini,” jawab Dhuha dengan sedikit mendesah.“Yang Mama kirim soal anaknya Tante Yulia. Namanya Laras. Cantik, muda, dan sopan. Cocok banget jadi istri kamu,” kata Bu Maria dengan nada yakin.Dhuha mengerutkan dahi. “Mama, aku lagi nggak mikir ke arah sana dulu. Kerjaan banyak, dan aku masih fokus sama tanggung jawabku sekarang.”“Dhuha, kamu nggak bisa terus-menerus kayak gini. Mama pengen kamu punya pasangan lagi. La

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   158. Alex Melabrak Dhuha

    Hari beranjak sore, dan Aini masih beristirahat di kamar Amel. Sejak pulang dari rumah sakit, ia menunjukkan sedikit kemajuan. Setidaknya, ia tidak lagi menangis tanpa henti seperti sebelumnya. Namun, Dhuha tahu, perjalanan pemulihan mental Aini masih panjang.Di ruang tamu, Dhuha duduk dengan Amel, berdiskusi tentang rencana untuk mendukung Aini, sambil memangku Aris. Anak kecil itu senang dengan adanya Dhuha di rumah. "Ayah Dhuha nginep kan?" tanya Aris polos sambil mengunyah permen lolipop. "Iya, malam ini masih menginap di rumah Aris. Boleh kan?""Boleh, dong! Selamanya juga gak papa." Dhuha mengusap pipi Aris yang mulai padat berisi. Anak kecil itu pun melanjutkan asiknya makan permen sambil menonton televisi. “Mas, menurutku, Mbak Aini memang butuh lebih banyak waktu. Dia belum siap menghadapi dunia luar,” ujar Amel sambil menyeruput teh hangat. "Terutama yang berurusan dengan suaminya," lanjut Amel lagi. Dhuha mengangguk. “Iya, Mel. Aku juga nggak mau maksa. Tapi aku juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   159. Nasihat Jerry

    Ketenangan pagi di rumah Anton tidak berlangsung lama. Setelah kejadian malam sebelumnya, Aini terlihat lebih banyak diam. Amel menyiapkan sarapan, sementara Dhuha mencoba memulai hari dengan mencari cara terbaik untuk melindungi Aini dari Alex.“Mas, Mbak Aini tadi bilang mau coba sarapan di meja makan,” ujar Amel sambil membawa nampan berisi teh hangat ke meja.Dhuha menoleh dari kursi tempatnya duduk. “Itu bagus. Berarti dia mulai pulih, pelan-pelan.”Amel mengangguk, tapi raut wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran. “Tapi aku takut, Mas. Alex nggak akan menyerah. Dia kelihatan seperti orang yang nggak terima ditolak. Dan nampaknya lelaki itu masih cinta banget sama Mbak Aini." Dhuha tertawa miring. "Jika lelaki itu cinta dengan istrinya, tidak mungkin dia bermesraan di ruang kerja dengan OB." Amel menghela napas. Gadis itu meletakkan telunjuk di bibirnya. Dengan harapan percakapan mereka tidak sampai didengar Aini. “Aku sudah siapkan semuanya. Kalau Alex datang lagi, kita akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   160. Membawa Paksa

    Aini keluar dari kamar dengan wajah pucat, lalu duduk di sofa ruang tamu. Melihat wajah istrinya seperti sedang sakit, Alex pun terkejut dan cemas. "Kamu sakit sayang?" Alex hendak merana kening sang Istri, tetapi Aini berhasil menepis tangan Alex. "Jangan sentuh aku, Mas!" Pelan, tapi begitu dingin. "Kamu sakit, Ai. Kamu harus segera dibawa ke rumah sakit." Aini tertawa miris. "Gak perlu, aku mati pun sepertinya hanya anak-anak yang akan kehilangan. Cepat saja katakan, kamu mau apa ke sini? Jangan lama-lama, aku gak mau lama-lama di dekat kamu. Aku capek."Alex berdiri di depan Aini dengan wajah penuh emosi. Di balik kata-kata lembut yang ia ucapkan, nada suaranya mengandung ancaman tersembunyi. Aini yang duduk di sofa, menjaga jarak sejauh mungkin. Dhuha berdiri di dekat pintu, mengawasi percakapan mereka dengan mata tajam.“Aini, aku datang ke sini karena aku masih sayang sama kamu. Aku nggak mau keluarga kita hancur begini. Anak-anak butuh kamu,” kata Alex, suaranya serak.Ain

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   212. I Love You, Istri Orang

    Pagi itu, udara dingin masih terasa menyelimuti kota Bandung. Sisa hujan semalam masih ada. Aroma air hujan yang bertemu tanah, aspal, menimbulkan aroma khasnya. Alex berdiri di depan gedung apartemen Dhuha, matanya menatap pintu masuk dengan keraguan. Dia tahu apa yang dilakukannya mungkin tak akan mudah, tapi ia sudah bulat untuk mencoba sekali lagi. Setelah menarik napas panjang, ia masuk ke dalam lobi dan menaiki lift menuju lantai tempat Aini tinggal.Ayo, Alex, kamu harus tahu Aini tidak bisa dipaksa. Semakin dipaksa, semakin jauh ia pergi. Langkahnya terasa berat ketika ia berdiri di depan pintu. Dia mengetuk perlahan, memastikan suara ketukannya tidak terlalu keras agar tidak menarik perhatian penghuni lain. Ia tahu Dhuha pasti sudah berangkat kerja, sesuai informasi yang ia dapatkan. Ketika pintu terbuka, wajah Aini muncul dari celah pintu. Wanita itu terlihat terkejut, matanya membelalak saat melihat siapa yang berdiri di depannya."Alex? Apa yang kamu lakukan di sini?" t

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   211. Sadar Status

    Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya."Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya."Maafkan kalau Papa sering lembur ya." "Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   210. Dikurung di Kamar

    Langit Bandung sore itu kelabu, seperti hati yang sedang muram. Hujan turun rintik-rintik, membasahi dedaunan dan jalanan yang masih ramai kendaraan. Udara dingin merayap masuk ke dalam rumah mewah di kawasan Dago, tempat Suci duduk bersandar santai di sofa ruang keluarga. Suara televisi menyala pelan, menayangkan program komedi, tapi perhatiannya setengah saja tertuju ke layar. Di sebelahnya, dua anak kecil, Izzam dan Intan, duduk diam, menikmati cemilan sambil sesekali melirik televisi.Izzam, delapan tahun, mengenakan kaos biru dengan celana pendek. Wajahnya serius, mungkin karena ia tahu bahwa satu gerakan yang salah bisa memancing amarah Suci. Adiknya, Intan, hanya terpaku pada mainan di tangannya, tak banyak bicara.Ini pemandangan yang berbeda dari biasanya. Dua anak itu dulu kerap membuat rumah berantakan—berlarian ke sana kemari, bertengkar, atau berteriak memanggil papa mereka, Alex. Tapi, setelah ancaman serius dari Suci beberapa minggu lalu, semuanya berubah. "Kalau kalia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   205. Siapa yang Harus Aku Pilih?

    “Amel, kamu yakin nggak mau mencoba mengenal Levi lebih jauh?” suara Viona terdengar lembut, tapi tetap mendesak.Amel menatap ibunya dengan alis bertaut. Ia baru saja turun ke ruang makan untuk sarapan, tapi Viona sudah memulai lagi topik yang sama. “Ma, aku sudah bilang, aku masih sama Anton. Aku nggak tertarik untuk mengenal siapa pun lagi. Mama tahu kan, aku perempuan yang jarang sekali pacaran dan baru kali ini aku senang sama lelaki dewasa yang bertanggung jawab."Viona menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meledak. Fahri yang duduk di sebelahnya ikut menimpali. “Amel, kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Anton itu... ya, kamu tahu sendiri, dia punya banyak masalah. Dia duda dengan satu anak. Kami nggak yakin dia bisa membuatmu bahagia. Apalagi dia duda bercerai, bukan ditinggal meninggal istrinya. Mama dan papa harap, kamu mau memikirkan perkenalan dengan Levi. Just friends, girl!"“Papa, Mama, aku tahu kalian nggak setuju sama hubungan kami,” jawab Amel, suaranya

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   204. Maafkan Aku

    “Mas, Luna masih di sana?” suara Amel terdengar di ujung telepon, nadanya penuh kehati-hatian namun sarat kecurigaan.Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Sayang. Luna masih di sini. Tapi, percayalah, dia cuma di sini sampai urusan perceraian kami selesai.”“Tapi kenapa dia harus tinggal di rumahmu? Bukankah itu bisa diselesaikan tanpa harus tinggal bersama?” suara Amel sedikit bergetar. “Aku ini cemburu, Mas. Aku nggak bisa bohong soal itu. Aku takut kalau kalian berdua jadi rujuk. Apalagi, aku harus di Surabaya sampai tiga hari. Ck, ingin banget aku buru-buru pulang, tapi gak bisa. Acara nikahan sodaraku rumit."“Amel, dengarkan aku.” Anton menekankan suaranya, mencoba meyakinkan Amel. “Aku dan Luna sudah selesai. Tidak ada lagi apa-apa di antara kami selain tanggung jawab sebagai orang tua untuk Aris. Dia hanya di sini demi anak kami. Aku mohon, percayalah padaku. Kamu masih gak percaya sama aku?"Namun, jawaban itu tidak sepenuhnya membuat hati Amel tenang. Ia ter

DMCA.com Protection Status