"Jadi apa benar Anda yang menyuruh Tang Chi Kung dan keempat rekannya pergi ke Pulau K pada tanggal 20 November untuk membakar komplek pergudangan milik Tuan Oliver Jason Cheng?" tanya Sersan Vincent O'Brien sambil duduk di seberang Joshua di meja stainless steel untuk interogasi.Tatapan mata Joshua tak fokus, dia cemas akan mendapat hukuman penjara karena menjadi otak kejahatan serius. 'Dasar preman-preman bodoh! Kenapa malah membuatku terseret dalam kasus hukum begini sih, huhh!' gerutu Joshua berdiam diri."Ehm, jawab pertanyaan saya, Mister Joshua Cheng!" desak sersan berambut pirang cepak itu dengan nada keras."Ehh ... hmm ... tunggu pengacara saya datang, Sir!" tolak Joshua dengan gundah. Letnan Jimmy Bruckman memberi backup ke rekannya dengan berkata spontan, "Buat apa menunggu pengacaramu? Apa sesungguhnya memang benar, otak dari peristiwa kebakaran di Pulau K itu kamu?!""Bu—bukan saya!" kelit Joshua dengan keringat bercucuran di dahinya. Dia menyekanya dengan sapu tangan.
"Ini sesi interogasi keduamu, Joshua Cheng. Sudahlah, mengaku saja toh semalam kau sudah mencoba seperti apa tidur di sel tahanan polisi 'kan? Itu belum ada apa-apanya dibanding penjara asli, banyak narapidana lain yang akan membuat mimpi burukmu sering muncul karena perlakuan semena-mena mereka kepadamu!" Letnan Jimmy Bruckman sengaja menakut-nakuti tersangka kasus kriminal yang ditanganinya.Tuan muda kaya raya itu merasakan keringat dingin membanjiri tubuhnya yang belum mandi sejak kemarin malam di mansion Julia Ang. Berurusan dengan polisi sungguh memuakkan baginya."Tolong jangan membuat asumsi apa pun, Letnan. Aku tidak bersalah, ini semua hanya salah tuduh saja!" kelit Joshua bersikeras dia tidak terlibat dalam kebakaran komplek pergudangan milik Jason.Pengacara yang mewakili Jason Cheng tiba di ruang interogasi NYPD, salah satu anak buah Letnan Jimmy masuk ke dalam dan berbisik memberi tahukan bahwa Benjamin Kirby ingin bertemu sebentar dengan Joshua Cheng untuk mediasi damai
"HA-HA-HA. Bagus ... bagus sekali! Bahkan, tanpa menggerakkan satu jariku pun kembar CEO itu sudah saling menghancurkan satu sama lain. Joshua memang luar biasa ... bodohnya maksudku!" Welson Liu bergirang ria mendengar tuntutan ganti rugi Jason sebesar 100 juta dolar USD yang berhasil dia terima dari ayah kandungnya karena ingin membebaskan Joshua dari penjara.Julius Ma kagum akan kejeniusan tuan mudanya, memang efek dari pertikaian kembar CEO dari grup Cheng Yi East Star berdampak langsung dengan bisnis keduanya, baik di Pulau K maupun di New York. "Apa rencana Anda sudah cukup, Master Welson? Atau ada lagi yang bisa saya kerjakan selanjutnya?" tanya tangan kanan pewaris grup Liu Dao tersebut."Tunggu dulu, aku masih belum puas, Julius. Kau tahu, adik kembar Joshua itu orangnya sangat cerdik dan tenang. Pria semacam Jason Cheng ketika dia marah dan ingin membalas dendam maka akan porak poranda semuanya. Aku ingin melihat hal itu terjadi!" jawab Welson dengan licik. Dia berdiri dari
"Tiarap! Kalian jangan melawan kami atau nyawa kalian akan melayang!" teriak pria berkulit hitam dengan pakaian ala preman di atas sebuah kapal dagang yang sedang mengarungi lautan menuju ke Pulau K.Kapten kapal yang dipaksa berlutut di hadapan kepala bajak laut itu berseru gemetaran, "Ampun, jangan bunuh kami, Tuan!" Sementara awak kapal lainnya tiarap di lantai geladak atas kapal."Kami mau kalian jangan lagi mengirim barang ke Pulau K seterusnya! Barang bawan kalian akan kami sita sebagian, jangan melawan, kalau tidak maka peluru senapanku akan bersarang di jidat kalian!" ancam pria bajak laut asing tersebut sambil mengokang senapan laras panjangnya.Anak buah pria kulit hitam berlogat asing itu segera menjarah barang dagangan kiriman klien Jason dari Italia secepat mungkin lalu kabur dari kapal. Kemudian kapal bajak laut tersebut menjauh menghilang di kegelapan malam."Ya Tuhan, bagaimana ini Kapten Luigi? Barang kiriman kita porak poranda dan sebagian dijarah oleh bajak laut tad
"Suamiku, kamu sudah pulang. Apa pekerjaan di kantor lancar?" sambut Eva Xin saat Jason sampai di rumah. Dia merasa ada yang berbeda dari raut wajah pria itu."Hmm ... iya. Apa kamu sudah mandi, Darling?" balas Jason lesu sekalipun tetap saja dia menyunggingkan senyum tipis. Eva Xin bercerita sambil menggandeng lengan Jason menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar mereka berada, "Aku sudah mandi sepulang dari restoran, Hubby. Oya, kamu pasti lupa bahwa hari ini adalah festival mooncake. Aku membuat banyak kue bulan yang lezat dan indah bentuknya tadi.""HA-HA-HA. Maafkan aku, Eva. Perhatianku terlalu tersita dengan urusan di kantor yang sangat banyak. Jadi apa kau juga membuat mooncake spesial buatku?" balas Jason dengan riang. Dia menepis segala beban pikirannya yang memang seharusnya dia tinggalkan di kantor saja tadi."Tentu saja, mandi sebentar lalu kita turun ke ruang makan ya!" jawab Eva Xin. Dia membantu Jason melepas jas dan kancing kemeja mahalnya sebelum pergi mandi.
"Master Jason, ada petugas dari perpajakan yang ingin bertemu dengan Anda!" Joel Yi menghadap di kantor bosnya. Dia nampak tegang karena memang bagi pebisnis manapun kunjungan semacam itu hanya menyusahkan dan berkutat masalah uang, entah pungutan resmi maupun liar.Jason mengerutkan keningnya dan menjawab, "Tak biasanya mereka berkunjung. Baiklah, suruh masuk saja ke mari, Joel!" "Baik, Sir." Dengan bergegas asisten kepercayaan Jason Cheng itu mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk menghadap bosnya.Seorang wanita paruh baya berpakaian seragam dinas perpajakan Pulau K ditemani keempat orang rekannya yang semuanya pria berusia kisaran kepala empat memadati ruang kerja Jason. Mereka dipersilakan duduk di sofa oleh presdir muda tersebut."Selamat pagi, Tuan Muda Cheng. Semoga kedatangan kami tidak akan mengganggu waktu kerja Anda." Wanita bernama Katrine Chou itu tersenyum kaku menatap wajah Jason di seberang sofa.Jason tak ingin berbasa-basi, dia langsung menanyakan keperluan para pe
"Hai, Hubby. Tumben sekali jam segini sudah berkunjung ke restoranku, apa pekerjaan di kantormu sedang tak sibuk atau ada sesuatu yang penting lainnya yang ingin kau bicarakan?" sambut Eva Xin ke depan restoran karena karyawannya mengatakan bahwa dirinya dicari oleh Jason.Pria itu tersenyum penuh arti lalu menjawab, "Apa perlu sejuta alasan bagiku untuk sekadar mengunjungimu dan mengajakmu melepas penat sejenak, Eva Darling?" "Ehh ... bukan begitu maksudku, hanya saja biasanya kamu sangat sibuk di jam kantor, Jason!" sahut Eva Xin. Dia melepas celemeknya lalu meraih tangan pria itu untuk masuk ke dalam restoran.Akan tetapi, tangannya ditahan. "Aku ingin mengajakmu pergi sebentar, Eva. Titipkan celemekmu ke karyawan saja. Ayo, aku agak terburu-buru!" ujar pria yang wajahnya memang mirip dengan Jason. "Lin Jia, ke marilah. Aku titip celemek ya, suamiku ingin mengajakku keluar sebentar!" ujar Eva Xin ke salah satu anak buahnya seraya mengulurkan kain putih itu.Petugas kasir itu berl
"Maafkan aku, Eva. Lama ya tadi, kawanku asik mengajak ngobrol, aku sungkan menyelanya. Jadi, apa kamu suka masakan chef kapal pesiarnya?" ujar Joshua dengan kebohongan yang manis. Matanya berkilat-kilat menatap Eva Xin penuh kerinduan serta hasrat terpendam.Dengan menghela napas lega, wanita berwajah oval itu tersenyum menjawab, "Tidak apa-apa. Masakan chef kapalnya luar biasa, beliau pasti seorang chef bintang Michelin, sempurna eksekusinya!" Joshua mengendikkan bahunya sekalipun mengetahui bahwa tebakan Eva Xin benar adanya. "Akan kutanyakan kepada pemilik kapal pesiar ini nanti. Oya, mari kita beristirahat di kabin sejenak, Eva. Kita akan berlayar ke New York sebentar saja, maaf keputusannya mendadak sekali!" tutur kakak kembar Jason mencari alasan untuk meyakinkan wanita yang belum menyadari identitas asli dirinya."Aku sama sekali tidak membawa pakaian, Jason. Bagaimana aku berganti pakaian nanti? Perjalanan ke New York sekitar lima hari dengan kecepatan kapal yang tinggi," ko