"Jadi kamu sekarang main rahasia sama aku?" Kanaya kesal karena merasa Deff tak lagi terbuka padanya.Keduanya kini berada di apartemen. Deff sengaja mau ngajak kekasihnya itu untuk kembali. Karena wajah kan ayah terus aja muram Setelah dia mengetahui kalau Deff bekerjasama dengan Rei, atas terkaannya sendiri. "Siapa yang mau main rahasia-rahasiaan sih? Ini tuh baru banget kejadian, dan aku belum sempat ngomong ke kamu. Aku harus cari mood kamu bagus dulu baru bisa ngomong," kata Deff beralasan. "Kamu yang ngajak dia kerja sama bareng? Nggak ada cewek lain yang lebih cantik yang bisa kamu aja kerja sama? Kenapa harus dia sih?!" Kanaya terus aja marah dan kesal. Merasa tak suka jika sang kekasih harus bekerja sama dengan mantan istri."Kejadian hanya itu baru banget, ngapain sih aku bohong sama kamu. Pertama kali kamu datang ke sini tempo hari. Itu pertama kalinya aku tahu kalau aku sama Rei harus ada dalam project bareng." "Kenapa kamu bisa satu project sama dia?" Kanaya bertanya
Mobil Yogi berhenti tepat di depan pintu kantor. Sopirnya turun, kemudian mengeluarkan kursi roda dan meletakkan di samping pintu penumpang di belakang. Pintu penumpang terbuka, terlihat Rei yang duduk di sana. Yogi juga sudah turun, dia lalu membantu kekasihnya untuk duduk di kursi roda"Makasih Mas," ucap Rei. "Sama-sama."Sementara itu dari dalam terlihat Deff. Pria itu baru juga tiba. kemudian pemandangan yang dia lihat di depan pintu masuk, menarik atensi dan membuat langkahnya terhenti. Dia bakal sempat melangkahkan kakinya, berniat untuk menghampiri Rei. Hanya saja terhenti, ketika dia melihat Yogi yang berjalan keluar dari dalam mobil.Deff hanya memperhatikan keduanya masuk ke dalam kantor. Yogi mendorong kursi roda sementara Rei duduk di sana. Hal itu jelas menarik perhatian yang lain, terutama Deff. Di dalam hatinya muncul begitu banyak pertanyaan tentang apa yang terjadi pada mantan istrinya itu."Hari ini kita jadi pemotretan Pak?" Itu adalah pertanyaan yang terlontar
Yogi berjalan masuk kembali ke dalam studio sambil meletakkan kembali ponsel ke dalam saku kemejanya. Pria itu baru saja selesai menghubungi seseorang. Kemudian kembali berjalan masuk untuk melihat Rei yang masih melakukan pemotretan. "Gimana sih!""Pose! Pose! Smile! Jangan kaku gitu dong senyumnya!""Bangun, tangannya kamu megang dagu!" Itu adalah suara dari Deff sejak tadi terus saja berteriak-teriak marah karena menurutnya Rei sama sekali tak bisa mengikuti instruksi. Satrio yang duduk di samping Deff pun jadi bingung sendiri, karena menurutnya saat ini rekannya itu sangat keras hari ini."Gue rasa, lo terlalu keras deh kasih instruksinya." Satrio mengatakan itu. Sedikit memberikan saran karena mungkin saja, Rei jadi canggung karena bentakan-bentakan dari Deff. Tidak banyak perubahan yang terjadi setelah apa yang dikatakan oleh Yogi. Sepertinya, tubuh yang tidak sehat dan juga pikirannya yang tak fokus, membuat Rei sukses terlihat kaku. Bahkan ia sedikit kesulitan melakukan pet
Rei kini berada di ruang kerja Yogi. Semua berjalan dengan lancar, keduanya sama sama senang. Sepertinya yang tak terlalu suka dengan kelancaran pemotretan ini hanya Deff saja. tadi wajahnya terlihat masam saat berjalan keluar dari dalam ruangan. Rei duduk bersama Yogi di sofa, ada beberapa makanan yang berada di atas meja. Keduanya menikmati makan siang berdua. Yogi tentu saja sangat senang karena ia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Rei."Aku makasih banget Mas, kalau bukan karena kamu-- aku enggak yakin bisa ngelakuin pemotretan dengan baik tadi," kata Rei.Yogi tersenyum, dalam hati merasa tersanjung dengan apa yang dikatakan oleh Rei. "Sama- sama sayang. Aku juga seneng karena kamu semua juga lancar. Kamu sakit gini harus tetap ikut pemotretan, supaya launching aku engak mundur." rei anggukan kepala. Hari ini ia bisa merasakan kalau begitu nyaman bersama Yogi. Orang yang bisa memahami dan mengerti tentang dirinya. Yogi juga perhatian bukan hanya memberikan perhatian untukn
Deff saat ini tengah berada di ruangannya, sibuk memerhatikan gambar hasil jepretannya tadi. Di sesi kedua foto Rei memang terlihat jauh lebih baik. Percaya diri, kuat, elegan, anggun, dan cantik. Tak ada yang bisa menutupi kalau Rei memiliki mata cantik, mata yang dulu juga membuat Deff jatuh cinta. Tatapan ceria dan bersinar, selalu bisa membuatnya tersenyum. Hal itu malah membuat sang fotografer, menatap lamat-lamat pada layar. Setelah tersadar ia segera memilah kembali foto-foto yang paling menonjol dibanding yang lain. Satrio kini juga duduk di samping sang ketua tim. "Gue rasa, lo tuh tadi terlalu keras deh."Satrio kembali mengungkapkan pendapatnya. Dia tahu memang sang ketua tim cukup keras, tapi biasanya tidak sampai seperti itu. Baginya apa yang dilakukan oleh Deff tadi sedikit keterlaluan."Terlalu keras gimana sih? Gue itu cuman mau supaya dia bisa nunjukin performa terbaiknya. Lagian biasanya juga gue kasih arahan sama model yang lain juga kok." Deff mencoba untuk membel
Pulang bekerja setelah mengantarkan Rei, Yogi segera melangkahkan kakinya untuk pulang. Ia harus segera kembali karena tadi Jimmy akan mengatakan menunggu di rumah. Setelah sampai, ia segera melangkahkan kaki masuk ke dalam. Yogi Berjalan menuju ruang tengah, karena biasanya Jimmy berada di sana dan sibuk menonton televisi. Benar saja, ia melihat sang sepupu tengah duduk sambil menonton acara kesukaannya. Yogi berjalan menghampiri kemudian ia segera duduk di samping Jimmy."Dari tadi Deff marah-marah terus gue lihat?" Jimmy bertanya masih sambil mengganti channel televisi. "Cemburu mungkin, gue kan udah cerita dia siapa." "Besok gimana? Pengambilan video kan? Yakin lancar?""Lancar, tadi juga lancar meski awal ada trouble sedikit. Rei itu cuma canggung aja, karena ini adalah experience pertama buat dia." Yogi membela Rei, tau betul kalau wanita yang ia sayangi itu pasti besok bisa melakukan semua dengan baik dan lancar. Jimmy sebenarnya sedikit cemas apalagi dia mengetahui kala
"Papi bumi?" tanya Rei. "Ah, iya, itu namanya." Bebe kata-kata sang Mami. Karena dia tak terlalu mengingat nama sang ayah. Lagi pula sudah terlalu lama juga sang mami tidak mau membahas mengenai orang itu."Memangnya kamu mimpiin apa?" Sejujurnya mendengar apa yang dikatakan oleh Bebe, membuat Rei menyadari kalau mungkin saja ada koneksi yang terjalin di antara keduanya. Ya, meskipun Bumi tak pernah bertemu dengan Bebe. "Mimpi papi nyamperin Bebe ke sini, ke rumah kita Mi.""Itu aja?"Bebe gelengkan kepala. "Papi ngomong sesuatu, tapi Bebe enggak ingat."Rei terdiam, sudah berpikir untuk mempertemukan keduanya. Hanya saja dia masih takut jika bumi tidak bisa menerima putrinya. takut kata-kata yang terlantar dari bibir mantan suaminya itu nanti akan menyakiti Bebe. "Nanti kalau ingat Bebe bisa kasih tau mami ya," kata Rei sambil membelai lembut rambut Bebe dan kecup kening putri cantiknya. "Iya nanti Bebe bilang mami. Tadi mami kerja ya? Waktu pulang mami cantik sekali, make up sa
Rei mendengar pintu diketuk, ia berjalan, sambil menggunakan tongkat untuk membukakan pintu. "Mas Tedi?" Pria dengan senyum kotak itu menatap dengan tatapan rindu. Rei sempat terpana sesaat, Tedi terlihat begitu tulus. Ada rasa bersalah dalam hatinya karena mengabaikan Tedi. "Gimana keadaan kamu?" tanya Tedi yang khawatir dengan keadaan Rei."Udah lumayan Mas. Tinggal pemulihan aja kakiku.""Syukurlah, kamu udah sarapan?" tanyanya sambil menunjukan paper bag berisi makanan yang ia beli saat perjalanan. "Ada macam-macam termasuk ayam goreng, pie cokelat, kesukaan Bebe." Setidaknya itu yang Tedi ingat. Karena Bebe selalu menyantap makanan itu setiap kali ia membawakan makanan.Rei menerima pemberian Ted. "terima kasih ya Mas," ucapnya. "Ayo masuk dulu Mas." Lanjut Rei yang mempersilahkan Tedi untuk masuk ke dalam rumah.Tedi melangkahkan kakinya masuk, mengikuti langkah Rei. "Sama-sama, hari ini kamu sama Bebe libur kan?""Iya, tapi aku hari ini ada kerjaan Mas," jawab Rei tak enak. "
Yogi kini duduk di meja makan bersama Rei dan juga Bebe. Masakan Rei sudah siap sejak tadi, dan kini waktunya mereka menikmati makan siang. Ketiganya benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia."Tadi Bebe makan batagor ya?" Yogi bertanya kepada calon putri kecilnya.Bebe menganggukan kepalanya dengan sumringah. dia tersenyum ke arah Yogi. "Iya Papi, tadi Om Tedi beliin aku batagor. Enak banget sama ayam goreng loh."Yogi melirik cemburu ke arah Rei. Melihat itu sang kekasih hanya tertawa terkekeh melihat Yogi yang cemburu."Harusnya tadi pagi Papi ke sini biar kebagian batagor juga."Bebe menganggukan kepalanya setuju. "Gimana kalau besok Papi ke sini? Kita ke taman seperti mami pagi tadi? Ya?* Anak itu begitu bersemangat mengajak Yogi.Baru saja hal itu membuat Yogi senang, dengan segera menganggukkan kepalanya setuju. tentu saja ia akan memastikan kalau besok pagi akan datang ke sini. "Oke, kalau gitu Papi besok pagi ke sini ya? Jadi besok sebelum berangkat sekolah ki
Deff dan Clarissa kini berada di kafe tempat di mana mereka biasa bertemu. Clarissa terlihat antusias, ia bahkan datang tanpa merias wajahnya dan tentu saja Clarissa tetap cantik paripurna. "Ayo buruan cerita. Jangan sia- siakan waktu gue pagi ini karena udah datang ke sini." Clarissa mendesak pada Deff yang masih sibuk meneguk secangkir kopi yang ia pesan. Deff meletakkan kembali cangkirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clarissa. "Lo tau kan kalau gue itu kerjasama mantan istri gue?" tanya Deff dijawab anggukan kepala oleh Clarissa. "Iya gue tau. Terus terus?" "Kemarin di pemotretan hari terakhir, dia datang bawa Bebe.""HAH?!!" Deff anggukan kepala. "Gue cemburu banget liat Bebe sibuk sama Yogi. Mereka bertiga keliatan banget kayak keluarga. ada rasa enggak terima ngeliat mereka keliatan bahagia sama-sama.""Iya, lo sayang sama Bebe?" tanya Clarissa."Dia itu gue banget, semua tentang Bebe sebagian besar itu duplikasi gue. Sampai gue pulang, itu gue ngerasa kangen bange
Yogi pagi ini masih berada di rumah. Bangun kesiangan karena kelelahan beberapa hari ini. Tubuhnya juga sedikit demam dan flu, jadi ia memilih beristirahat. Setelah bangun dan membersihkan badan, Dia kembali menuju tempat tidur. Mendudukkan bokongnya di sana dan memutuskan untuk segera menghubungi Rei karena kangen. Tak lama sampai akhirnya panggilan diterima."Ya mas?" sapa Rei dari balik telepon. "Kamu lagi ngapain? Udah sarapan atau belum? Bebe udah bangun belum?" Yogi bertanya bertubi-tubi dan itu membuat Rei tertawa dari balik telepon."Kamu tuh, kalau tanya satu-satu gitu loh. ""Iya, aku kan sekalian nanyanya sayang.""Aku tadi udah sarapan. Mas, ternyata di dekat sini itu ada taman, dari taman itu banyak banget tukang jualan. Tadi juga Bebe udah bangun mas. Dibeliin sama Pak Tedi batagor, sama ayam goreng, dia seneng banget." Penjelasan dari Rei membuat Yogi terkejut. "Ada Pak Twledi ke sana? Ngapain dia ke situ? Memang kamu udah kasih tahu dia kalau kamu pindah ke rumah i
Pagi-pagi sekali Rei sudah terbangun saat pulang kemarin dia melihat sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Ingin menenangkan diri, ia memutuskan berjalan-jalan sendiri pagi ini. Meskipun harus memakai tongkat, tapi rasanya ia harus keluar untuk menyegarkan pikirannya. Ia berjalan ke luar, tadi sempat berpapasan dengan Bram dan ia sudah meminta izin untuk keluar. Rei lalu melangkahkan kakinya menuju taman, dia bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berlarian dan duduk di kursi kursi taman. Taman itu cukup asri, banyak berbungaan di sana. Ada juga sebuah lapangan dengan peralatan olahraga. Bukan hanya itu, di pinggir-pinggir taman ada banyak orang yang berjualan. Rei duduk memerhatikan, ia senang melihat kegiatan pagi yang selalu terlewatkan. Setiap pagi sudah dimulai dengan kesibukan kemudian bekerja. Sekarang ini bisa menikmati pagi seperti ini merupakan sebuah hal yang sangat ia syukuri. "Rei?" Sebuah sapaan terdengar, membuat Rei menoleh ke belakang dan dia mendapati Tedi. "
Deff menghentikan mobil, pikirannya tak bisa fokus. Takut hal buruk terjadi, ia memilih untuk berhenti. Pertemuannya tadi dengan Bebe membuat ia jadi merasa jatuh cinta pada putri cantiknya itu. Padahal baru saja berpisah ia sudah merindukan Bebe."Cantik banget kamu Bebe," kata Deff sambil menatap foto Bebe. Tadi saat mereka menghabiskan waktu bersama, Deff banyak mengambil gambar Bebe. Semua hal yang dilakukan Bebe menarik perhatiannya. Ada rasa menyesal yang dalam ia rasakan. Semua tentang Bebe bagai cerminan dirinya. Bebe suka semua makanan yang mengandung strawberry, sama seperti dirinya. Bahkan Bebe juga lebih aktif menggunakan tangan kiri persisi sepertinya. Menulis juga menggunakan tangan kiri. Wajah Bebe pun mirip sekali, hanya bentuk wajah Bebe yang bulat seperti sang ibu.Kini ia menatap foto Rei yang sedang menyuapi Bebe. Deff tersenyum sendiri. Katakan saja ia gila, tapi ini membuat ia merasa tenang dan senang. Pria itu hela napas kemudian menyandarkan tubuhnya, memejamk
Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple
Bebe menatap bingung, kini ia dihadapankan pada Deff. Rei jelas mengerti kebingungan yang dirasakan putrinya ia memeluk Bebe. Tangan mungil Bebe juga sejak tadi genggam tangan Yogi. "Mungkin lebih baik kalau Pak Yogi enggak ikut campur." Deff merasa kalah, ia cemburu. "Mas Yogi di sini," kata Rei menekankan. Tangannya juga menggenggam tangan Yogi. Yogi senanb dipertahankan, ia mengerti mungkin Rei merasa tak nyaman jika harus berbicara dengan Deff tanpa kehadirannya. "Oke aku di sini," kata Yogi sambil kemudian kecup tangan Rei yang menggenggam tangannya. Hal itu jelas membuat Deff merasa kesal. hanya saja dia mencoba menutupi rasanya sejak tadi. Kini pria itu menatap kepada putrinya, Strawberry sedang duduk, menatap bingung dengan apa yang terjadi sejak tadi."Kayaknya kamu harus segera ngomong. Soalnya keliatannya Strawberry juga udah nggak nyaman." Deff mengatakan karena dia merasa kalau Rei terlalu menunda-nunda.Rei menatap ke arah sang putri yang sejak tadi menatap ke arah D
"Papi," sapa Bebe. "Iya?" "Kenapa Mami sama Om itu?" tanya Bebe bingung. Gadis kecil itu duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah Yogi.Saat ini Strawberry bersama Yogi dalam perjalanan menuju apartemen Yogi. Sementara itu, Rei kini berada satu mobil dengan mantan suaminya. Mereka Tengah membicarakan rencana sebelum bertemu dengan Bebe. Rei sudah memantapkan hati kalau dia akan memberitahu kepada Bebe tentang ayah kandungnya."Nanti, biar Mami sendiri yang bilang ke kamu ya." Yogi tentu saja tak bisa mengatakan apa yang sebenarnya. Dia mengerti kalau belum memiliki hak untuk itu."Aku bingung," kata Bebe lagi. "Pokoknya, nanti apapun yang mami bilang kamu harus nurut Ya? Semua yang dibilang Mami, semuanya dikasih tau Mami dan semua yang terjadi itu buat kebaikan Bebe. Ngerti?" Hanya itu kata-kata yang bisa dikatakan oleh Yogi. Setidaknya ia membantu untuk membuat anak cantik itu sedikit mengerti.Bebe menatap dengan tatapan bingung. Karena dia pun merasa selama ini menjadi anak y
Deff berjalan mendekati Reza sang sutradara. dia merasa tak terima karena putrinya dibentak seperti itu.. "bisa nggak lo nggak usah kasar kayak gitu sama anak kecil. Kecil. Nggak usah teriak-teriak?"Reza menjadi kesal setelah apa yang dilakukan oleh Deff. Menurutnya itu tidak salah. "Lo ngapain hem? Lo mau cari muka sama Pak Yogi?" Reza bertanya karena merasa kalau Deff mencari perhatian dengan bersikap seperti ini. Pria itu bahkan mendorong tubuh deff. Apa yang dilakukan Reza tentu saja memancing emosi Deff. Dia kemudian balikmendorong Reza, Reza menabrak kursi hingga tersungkur dan jatuh. "Gue cuman bilang biasa aja ya! Lo nggak usah berlebihan!!!"Reza mendorong tubuh Deff, kini posisi mereka terbalik. Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya saling beradu jotos. Keributan terjadi, sehingga membuat beberapa staf yang lain merasa cemas kemudian berusaha melerai keduanya."Berhenti, tolong jangan buat kegaduhan. anak saya nggak suka kalau kayak gini dia nangis dan ketakuta