Deff saat ini tengah berada di ruangannya, sibuk memerhatikan gambar hasil jepretannya tadi. Di sesi kedua foto Rei memang terlihat jauh lebih baik. Percaya diri, kuat, elegan, anggun, dan cantik. Tak ada yang bisa menutupi kalau Rei memiliki mata cantik, mata yang dulu juga membuat Deff jatuh cinta. Tatapan ceria dan bersinar, selalu bisa membuatnya tersenyum. Hal itu malah membuat sang fotografer, menatap lamat-lamat pada layar. Setelah tersadar ia segera memilah kembali foto-foto yang paling menonjol dibanding yang lain. Satrio kini juga duduk di samping sang ketua tim. "Gue rasa, lo tuh tadi terlalu keras deh."Satrio kembali mengungkapkan pendapatnya. Dia tahu memang sang ketua tim cukup keras, tapi biasanya tidak sampai seperti itu. Baginya apa yang dilakukan oleh Deff tadi sedikit keterlaluan."Terlalu keras gimana sih? Gue itu cuman mau supaya dia bisa nunjukin performa terbaiknya. Lagian biasanya juga gue kasih arahan sama model yang lain juga kok." Deff mencoba untuk membel
Pulang bekerja setelah mengantarkan Rei, Yogi segera melangkahkan kakinya untuk pulang. Ia harus segera kembali karena tadi Jimmy akan mengatakan menunggu di rumah. Setelah sampai, ia segera melangkahkan kaki masuk ke dalam. Yogi Berjalan menuju ruang tengah, karena biasanya Jimmy berada di sana dan sibuk menonton televisi. Benar saja, ia melihat sang sepupu tengah duduk sambil menonton acara kesukaannya. Yogi berjalan menghampiri kemudian ia segera duduk di samping Jimmy."Dari tadi Deff marah-marah terus gue lihat?" Jimmy bertanya masih sambil mengganti channel televisi. "Cemburu mungkin, gue kan udah cerita dia siapa." "Besok gimana? Pengambilan video kan? Yakin lancar?""Lancar, tadi juga lancar meski awal ada trouble sedikit. Rei itu cuma canggung aja, karena ini adalah experience pertama buat dia." Yogi membela Rei, tau betul kalau wanita yang ia sayangi itu pasti besok bisa melakukan semua dengan baik dan lancar. Jimmy sebenarnya sedikit cemas apalagi dia mengetahui kala
"Papi bumi?" tanya Rei. "Ah, iya, itu namanya." Bebe kata-kata sang Mami. Karena dia tak terlalu mengingat nama sang ayah. Lagi pula sudah terlalu lama juga sang mami tidak mau membahas mengenai orang itu."Memangnya kamu mimpiin apa?" Sejujurnya mendengar apa yang dikatakan oleh Bebe, membuat Rei menyadari kalau mungkin saja ada koneksi yang terjalin di antara keduanya. Ya, meskipun Bumi tak pernah bertemu dengan Bebe. "Mimpi papi nyamperin Bebe ke sini, ke rumah kita Mi.""Itu aja?"Bebe gelengkan kepala. "Papi ngomong sesuatu, tapi Bebe enggak ingat."Rei terdiam, sudah berpikir untuk mempertemukan keduanya. Hanya saja dia masih takut jika bumi tidak bisa menerima putrinya. takut kata-kata yang terlantar dari bibir mantan suaminya itu nanti akan menyakiti Bebe. "Nanti kalau ingat Bebe bisa kasih tau mami ya," kata Rei sambil membelai lembut rambut Bebe dan kecup kening putri cantiknya. "Iya nanti Bebe bilang mami. Tadi mami kerja ya? Waktu pulang mami cantik sekali, make up sa
Rei mendengar pintu diketuk, ia berjalan, sambil menggunakan tongkat untuk membukakan pintu. "Mas Tedi?" Pria dengan senyum kotak itu menatap dengan tatapan rindu. Rei sempat terpana sesaat, Tedi terlihat begitu tulus. Ada rasa bersalah dalam hatinya karena mengabaikan Tedi. "Gimana keadaan kamu?" tanya Tedi yang khawatir dengan keadaan Rei."Udah lumayan Mas. Tinggal pemulihan aja kakiku.""Syukurlah, kamu udah sarapan?" tanyanya sambil menunjukan paper bag berisi makanan yang ia beli saat perjalanan. "Ada macam-macam termasuk ayam goreng, pie cokelat, kesukaan Bebe." Setidaknya itu yang Tedi ingat. Karena Bebe selalu menyantap makanan itu setiap kali ia membawakan makanan.Rei menerima pemberian Ted. "terima kasih ya Mas," ucapnya. "Ayo masuk dulu Mas." Lanjut Rei yang mempersilahkan Tedi untuk masuk ke dalam rumah.Tedi melangkahkan kakinya masuk, mengikuti langkah Rei. "Sama-sama, hari ini kamu sama Bebe libur kan?""Iya, tapi aku hari ini ada kerjaan Mas," jawab Rei tak enak. "
"kalau ada yang sakit bilang sama aku ya." Tedi berpesan karena cemas dengan keadaan Rei. Bram yang sejak tadi melihat, berusaha menahan senyumnya. "Ayo kita makan, hari ini istri saya udah masak makanan enak nih."Tedi dan juga Yogi segera kembali ke tempat duduknya untuk sarapan. Mereka semua Kemudian melanjutkan sarapan pagi ini. Sesekali Yogi menatap hari dan juga Tedi, keduanya sungguh merasa khawatir.Dari sini saja Tedi sudah mengerti situasinya. Penyesalan yang ia rasakan seharusnya sejak dulu dia menyatakan perasaannya. Hanya saja takut jika hubungan keduanya menjadi canggung. Kini ia malah kehilangan wanita yang disayanginya. "Tadi Om Tedi beliin Bebe ayam goreng." Rei memberitahu putrinya.Bebe menatap dengan antusias. "Terima kasih om!" "Sama-sama sayang," sahut Tedi. Rei memberikan paper bag pada Bebe. Anak itu begitu bersemangat. Ia lalu mengambil sepotong ayam, meletakan di atas piring. Tak lupa mengambil pie dan menunjukkan pada sang mami."Ini boleh buat Bebe?" ta
Rei menatap ke arah Deff yang terpaku tak jauh dari tempatnya berdiri. Ada yang aneh, dengan tatapan Deff. Ia mengenal betul bagaimana sikap mantan suaminya. Dan tatapan yang ditunjukan itu bukan tatapan keterkejutan. "Bebe," panggil Rei membuat tatapan Bebe dan sang ayah terputus. "Iya mami?""Temenin mami make up dulu yuk. Papi di sini sa--""Papi ikut ya," kata Yogi dengan suara sedikit keras. Ia sengaja melakukan itu agar Deff bisa mendengar dengan baik apa yang ia katakan. Bahkan menekankan kata papi hingga buat beberapa orang yang berada di sana menoleh dan melihatnya. "Mas," ucap Rei malu."Hari ini aku akan nemenin dan nganterin kamu ke manapun."Yogi mendorong kembali kursi roda Rei dan mengantarkan ke ruang rias. Sepanjang jalan banyak yang menatap dengan heran. Apalagi interaksi di antara ia dan Bebe begitu dekat layaknya ayah dan anak. Yogi memilih tak peduli, apalagi menjalin hubungan dengan Rei sudah mendapatkan restu dari sang ibu. Keduanya kemudian masuk ke ruang r
Deff berjalan mendekati Reza sang sutradara. dia merasa tak terima karena putrinya dibentak seperti itu.. "bisa nggak lo nggak usah kasar kayak gitu sama anak kecil. Kecil. Nggak usah teriak-teriak?"Reza menjadi kesal setelah apa yang dilakukan oleh Deff. Menurutnya itu tidak salah. "Lo ngapain hem? Lo mau cari muka sama Pak Yogi?" Reza bertanya karena merasa kalau Deff mencari perhatian dengan bersikap seperti ini. Pria itu bahkan mendorong tubuh deff. Apa yang dilakukan Reza tentu saja memancing emosi Deff. Dia kemudian balikmendorong Reza, Reza menabrak kursi hingga tersungkur dan jatuh. "Gue cuman bilang biasa aja ya! Lo nggak usah berlebihan!!!"Reza mendorong tubuh Deff, kini posisi mereka terbalik. Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya saling beradu jotos. Keributan terjadi, sehingga membuat beberapa staf yang lain merasa cemas kemudian berusaha melerai keduanya."Berhenti, tolong jangan buat kegaduhan. anak saya nggak suka kalau kayak gini dia nangis dan ketakuta
"Papi," sapa Bebe. "Iya?" "Kenapa Mami sama Om itu?" tanya Bebe bingung. Gadis kecil itu duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah Yogi.Saat ini Strawberry bersama Yogi dalam perjalanan menuju apartemen Yogi. Sementara itu, Rei kini berada satu mobil dengan mantan suaminya. Mereka Tengah membicarakan rencana sebelum bertemu dengan Bebe. Rei sudah memantapkan hati kalau dia akan memberitahu kepada Bebe tentang ayah kandungnya."Nanti, biar Mami sendiri yang bilang ke kamu ya." Yogi tentu saja tak bisa mengatakan apa yang sebenarnya. Dia mengerti kalau belum memiliki hak untuk itu."Aku bingung," kata Bebe lagi. "Pokoknya, nanti apapun yang mami bilang kamu harus nurut Ya? Semua yang dibilang Mami, semuanya dikasih tau Mami dan semua yang terjadi itu buat kebaikan Bebe. Ngerti?" Hanya itu kata-kata yang bisa dikatakan oleh Yogi. Setidaknya ia membantu untuk membuat anak cantik itu sedikit mengerti.Bebe menatap dengan tatapan bingung. Karena dia pun merasa selama ini menjadi anak y
Yogi kini duduk di meja makan bersama Rei dan juga Bebe. Masakan Rei sudah siap sejak tadi, dan kini waktunya mereka menikmati makan siang. Ketiganya benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia."Tadi Bebe makan batagor ya?" Yogi bertanya kepada calon putri kecilnya.Bebe menganggukan kepalanya dengan sumringah. dia tersenyum ke arah Yogi. "Iya Papi, tadi Om Tedi beliin aku batagor. Enak banget sama ayam goreng loh."Yogi melirik cemburu ke arah Rei. Melihat itu sang kekasih hanya tertawa terkekeh melihat Yogi yang cemburu."Harusnya tadi pagi Papi ke sini biar kebagian batagor juga."Bebe menganggukan kepalanya setuju. "Gimana kalau besok Papi ke sini? Kita ke taman seperti mami pagi tadi? Ya?* Anak itu begitu bersemangat mengajak Yogi.Baru saja hal itu membuat Yogi senang, dengan segera menganggukkan kepalanya setuju. tentu saja ia akan memastikan kalau besok pagi akan datang ke sini. "Oke, kalau gitu Papi besok pagi ke sini ya? Jadi besok sebelum berangkat sekolah ki
Deff dan Clarissa kini berada di kafe tempat di mana mereka biasa bertemu. Clarissa terlihat antusias, ia bahkan datang tanpa merias wajahnya dan tentu saja Clarissa tetap cantik paripurna. "Ayo buruan cerita. Jangan sia- siakan waktu gue pagi ini karena udah datang ke sini." Clarissa mendesak pada Deff yang masih sibuk meneguk secangkir kopi yang ia pesan. Deff meletakkan kembali cangkirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clarissa. "Lo tau kan kalau gue itu kerjasama mantan istri gue?" tanya Deff dijawab anggukan kepala oleh Clarissa. "Iya gue tau. Terus terus?" "Kemarin di pemotretan hari terakhir, dia datang bawa Bebe.""HAH?!!" Deff anggukan kepala. "Gue cemburu banget liat Bebe sibuk sama Yogi. Mereka bertiga keliatan banget kayak keluarga. ada rasa enggak terima ngeliat mereka keliatan bahagia sama-sama.""Iya, lo sayang sama Bebe?" tanya Clarissa."Dia itu gue banget, semua tentang Bebe sebagian besar itu duplikasi gue. Sampai gue pulang, itu gue ngerasa kangen bange
Yogi pagi ini masih berada di rumah. Bangun kesiangan karena kelelahan beberapa hari ini. Tubuhnya juga sedikit demam dan flu, jadi ia memilih beristirahat. Setelah bangun dan membersihkan badan, Dia kembali menuju tempat tidur. Mendudukkan bokongnya di sana dan memutuskan untuk segera menghubungi Rei karena kangen. Tak lama sampai akhirnya panggilan diterima."Ya mas?" sapa Rei dari balik telepon. "Kamu lagi ngapain? Udah sarapan atau belum? Bebe udah bangun belum?" Yogi bertanya bertubi-tubi dan itu membuat Rei tertawa dari balik telepon."Kamu tuh, kalau tanya satu-satu gitu loh. ""Iya, aku kan sekalian nanyanya sayang.""Aku tadi udah sarapan. Mas, ternyata di dekat sini itu ada taman, dari taman itu banyak banget tukang jualan. Tadi juga Bebe udah bangun mas. Dibeliin sama Pak Tedi batagor, sama ayam goreng, dia seneng banget." Penjelasan dari Rei membuat Yogi terkejut. "Ada Pak Twledi ke sana? Ngapain dia ke situ? Memang kamu udah kasih tahu dia kalau kamu pindah ke rumah i
Pagi-pagi sekali Rei sudah terbangun saat pulang kemarin dia melihat sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Ingin menenangkan diri, ia memutuskan berjalan-jalan sendiri pagi ini. Meskipun harus memakai tongkat, tapi rasanya ia harus keluar untuk menyegarkan pikirannya. Ia berjalan ke luar, tadi sempat berpapasan dengan Bram dan ia sudah meminta izin untuk keluar. Rei lalu melangkahkan kakinya menuju taman, dia bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berlarian dan duduk di kursi kursi taman. Taman itu cukup asri, banyak berbungaan di sana. Ada juga sebuah lapangan dengan peralatan olahraga. Bukan hanya itu, di pinggir-pinggir taman ada banyak orang yang berjualan. Rei duduk memerhatikan, ia senang melihat kegiatan pagi yang selalu terlewatkan. Setiap pagi sudah dimulai dengan kesibukan kemudian bekerja. Sekarang ini bisa menikmati pagi seperti ini merupakan sebuah hal yang sangat ia syukuri. "Rei?" Sebuah sapaan terdengar, membuat Rei menoleh ke belakang dan dia mendapati Tedi. "
Deff menghentikan mobil, pikirannya tak bisa fokus. Takut hal buruk terjadi, ia memilih untuk berhenti. Pertemuannya tadi dengan Bebe membuat ia jadi merasa jatuh cinta pada putri cantiknya itu. Padahal baru saja berpisah ia sudah merindukan Bebe."Cantik banget kamu Bebe," kata Deff sambil menatap foto Bebe. Tadi saat mereka menghabiskan waktu bersama, Deff banyak mengambil gambar Bebe. Semua hal yang dilakukan Bebe menarik perhatiannya. Ada rasa menyesal yang dalam ia rasakan. Semua tentang Bebe bagai cerminan dirinya. Bebe suka semua makanan yang mengandung strawberry, sama seperti dirinya. Bahkan Bebe juga lebih aktif menggunakan tangan kiri persisi sepertinya. Menulis juga menggunakan tangan kiri. Wajah Bebe pun mirip sekali, hanya bentuk wajah Bebe yang bulat seperti sang ibu.Kini ia menatap foto Rei yang sedang menyuapi Bebe. Deff tersenyum sendiri. Katakan saja ia gila, tapi ini membuat ia merasa tenang dan senang. Pria itu hela napas kemudian menyandarkan tubuhnya, memejamk
Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple
Bebe menatap bingung, kini ia dihadapankan pada Deff. Rei jelas mengerti kebingungan yang dirasakan putrinya ia memeluk Bebe. Tangan mungil Bebe juga sejak tadi genggam tangan Yogi. "Mungkin lebih baik kalau Pak Yogi enggak ikut campur." Deff merasa kalah, ia cemburu. "Mas Yogi di sini," kata Rei menekankan. Tangannya juga menggenggam tangan Yogi. Yogi senanb dipertahankan, ia mengerti mungkin Rei merasa tak nyaman jika harus berbicara dengan Deff tanpa kehadirannya. "Oke aku di sini," kata Yogi sambil kemudian kecup tangan Rei yang menggenggam tangannya. Hal itu jelas membuat Deff merasa kesal. hanya saja dia mencoba menutupi rasanya sejak tadi. Kini pria itu menatap kepada putrinya, Strawberry sedang duduk, menatap bingung dengan apa yang terjadi sejak tadi."Kayaknya kamu harus segera ngomong. Soalnya keliatannya Strawberry juga udah nggak nyaman." Deff mengatakan karena dia merasa kalau Rei terlalu menunda-nunda.Rei menatap ke arah sang putri yang sejak tadi menatap ke arah D
"Papi," sapa Bebe. "Iya?" "Kenapa Mami sama Om itu?" tanya Bebe bingung. Gadis kecil itu duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah Yogi.Saat ini Strawberry bersama Yogi dalam perjalanan menuju apartemen Yogi. Sementara itu, Rei kini berada satu mobil dengan mantan suaminya. Mereka Tengah membicarakan rencana sebelum bertemu dengan Bebe. Rei sudah memantapkan hati kalau dia akan memberitahu kepada Bebe tentang ayah kandungnya."Nanti, biar Mami sendiri yang bilang ke kamu ya." Yogi tentu saja tak bisa mengatakan apa yang sebenarnya. Dia mengerti kalau belum memiliki hak untuk itu."Aku bingung," kata Bebe lagi. "Pokoknya, nanti apapun yang mami bilang kamu harus nurut Ya? Semua yang dibilang Mami, semuanya dikasih tau Mami dan semua yang terjadi itu buat kebaikan Bebe. Ngerti?" Hanya itu kata-kata yang bisa dikatakan oleh Yogi. Setidaknya ia membantu untuk membuat anak cantik itu sedikit mengerti.Bebe menatap dengan tatapan bingung. Karena dia pun merasa selama ini menjadi anak y
Deff berjalan mendekati Reza sang sutradara. dia merasa tak terima karena putrinya dibentak seperti itu.. "bisa nggak lo nggak usah kasar kayak gitu sama anak kecil. Kecil. Nggak usah teriak-teriak?"Reza menjadi kesal setelah apa yang dilakukan oleh Deff. Menurutnya itu tidak salah. "Lo ngapain hem? Lo mau cari muka sama Pak Yogi?" Reza bertanya karena merasa kalau Deff mencari perhatian dengan bersikap seperti ini. Pria itu bahkan mendorong tubuh deff. Apa yang dilakukan Reza tentu saja memancing emosi Deff. Dia kemudian balikmendorong Reza, Reza menabrak kursi hingga tersungkur dan jatuh. "Gue cuman bilang biasa aja ya! Lo nggak usah berlebihan!!!"Reza mendorong tubuh Deff, kini posisi mereka terbalik. Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya saling beradu jotos. Keributan terjadi, sehingga membuat beberapa staf yang lain merasa cemas kemudian berusaha melerai keduanya."Berhenti, tolong jangan buat kegaduhan. anak saya nggak suka kalau kayak gini dia nangis dan ketakuta