Share

Bab 361

Penulis: Dania Zahra
"Kamu pasti tahu presentasi seperti apa yang lebih baik. Sayang, kamu sangat hebat. Kamu cuma butuh beberapa menit saja untuk mengajari pegawaimu yang bodoh ini."

Livy berusaha keras memuji Preston. Tak ada pilihan lain. Karena sedang meminta bantuan dari pria ini, dia tentu harus mengatakan beberapa kata manis.

"Mau aku beri jalan pintas?" Kali ini, Preston sama sekali tidak menyembunyikan senyuman. Nada suaranya bahkan sedikit meninggi. "Sudah pernah kuajarkan. Kalau butuh sesuatu dari orang lain, kamu harus memberikan sesuatu sebagai gantinya."

Dasar pria ini! Telinga Livy langsung memerah. Namun, mengingat betapa pentingnya kelancaran presentasinya besok, dia hanya bisa memaksakan diri untuk "lembur" sedikit lagi malam ini.

Sambil menggigit bibirnya, Livy akhirnya mengesampingkan rasa malunya. Dia lantas berjinjit dan menempelkan bibir lembutnya ke bibir tipis Preston.

Setelah berkali-kali melakukannya, Livy sudah cukup memahami caranya. Sambil menggesekkan bibirnya pada Preston, t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 362

    Preston hanya bisa pasrah menghadapi kecerobohan Livy."Sekarang bahkan belum jam 8. Waktu kerja Grup Sandiaga dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Sejak kapan aturan itu berubah?"Belum jam delapan? Livy terdiam sejenak, lalu buru-buru mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa waktu. Baru pukul 7.55 pagi, masih cukup banyak waktu."Aku ... aku masih setengah sadar." Livy menggigit bibirnya dengan frustrasi, lalu menatap Preston dengan sedikit rasa bersalah. Suaranya lembut saat berkata, "Aku akan lebih pelan. Kamu tidur saja lagi. Aku nggak akan mengganggumu."Preston meliriknya sekilas dan berkata dengan nada datar, "Nggak usah tidur lagi. Biar aku lihat lututmu dulu, ada luka nggak?"Livy menggeleng. "Nggak apa-apa. Ada karpet di lantai, aku juga nggak terjatuh keras."Saat mengatakan itu, Livy berusaha bangkit. Namun, dia kembali ditarik ke pelukan Preston.Dengan posisi setengah memeluk, tubuhnya berada dalam dekapan Preston. Piama yang setengah melorot memperlihatkan sebagian besar ku

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 363

    "Livy, apa PPT-nya sudah selesai?"Percakapan mereka dipotong oleh Sherly. Wanita itu mengenakan setelan kerja profesional. Dengan wajah tersenyum tipis, dia menyerahkan sebungkus sarapan."Semalam pasti sangat melelahkan untukmu. Dari tampangmu, sepertinya kamu nggak ada waktu istirahat, 'kan?""Aku memang bergadang sedikit, tapi PPT-nya sudah selesai. Tenang saja, untuk laporan sore nanti, aku pasti akan ...."Sebelum Livy selesai bicara, Sherly menyela lagi, "Aku lihat kamu kurang istirahat semalam. Rapat sore nanti sangat penting, sedangkan kamu belum terlalu berpengalaman dalam hal ini. Biar aku saja yang menangani laporan ini. Jangan khawatir, aku pasti akan mengingat kontribusimu."Tidak jadi membiarkannya presentasi? Dada Livy terasa semakin sesak. Semalam, dia sudah bekerja keras, bahkan sampai menggunakan pesona wanita untuk merayu Preston agar mempelajari beberapa teknik presentasi.Sekarang setelah semuanya sudah siap, Sherly justru tiba-tiba mengubah keputusan. Jika diucap

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 364

    Melihat pesan itu, Livy lantas mengernyit. Berpakaian seksi dan harus minum alkohol?Livy tahu bahwa banyak kerja sama bisnis disepakati di meja minum, tetapi pembagian tugas di departemen sekretaris sangat jelas. Biasanya, mereka tidak perlu melakukan hal seperti ini.[ Bu, aku nggak kuat minum. Gimana kalau orang lain saja yang pergi? ]Balasan Sherly masuk dengan cepat.[ Kalau begitu, aku akan menyuruh Richard menemanimu. ]Richard .... Salah satu dari sedikit staf pria di departemen sekretaris mereka. Karena merasa dirinya dikelilingi wanita, Richard ini menjadi sangat menjijikkan.Bahkan sebelumnya, dia pernah menggoda Ivana dan sering kali menatap Livy dengan tatapan yang tidak bermaksud baik.Namun, karena Livy selalu mengabaikannya, Richard akhirnya berhenti mengganggunya. Meskipun tidak setuju, Livy tahu bahwa di antara para pria di departemennya, Richard adalah salah satu yang cukup kuat minum.Setelah menghela napas, Livy mencoba menyiapkan mentalnya.Sore harinya, Richard

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 365

    "Uh ... kurang lebih sama." Livy tetap memberikan jawaban yang samar.Awalnya, dia hanya ingin menghentikan Richard dari terus mengeluarkan komentar menjijikkan. Namun, setelah tahu Livy sudah menikah, Richard malah mengajukan semakin banyak pertanyaan."Bu Livy, siapa nama suamimu? Dia bekerja di bidang apa? Gimana dengan gaji dan tunjangan di perusahaannya? Kita ini rekan kerja, kenapa kamu nggak memperkenalkanku ke sana?""Kalau suamimu sekaya itu, kenapa kamu masih repot-repot bekerja? Oh, aku mengerti! Wanita mandiri ya? Kalau seharian di rumah, nanti malah jadi istri yang membosankan dan akhirnya suaminya akan muak."Livy mulai kesal dengan ocehan Richard yang tiada habisnya. Dia pun menegaskan dengan sopan, "Pak Richard, ini masih jam kerja. Aku nggak ingin membahas urusan pribadiku."Baru setelah itu, Richard akhirnya menutup mulutnya.Mereka akhirnya tiba di tempat pertemuan. Namun, Elon dari Grup Gunarso tiba-tiba menelepon, mengatakan bahwa dia sedang ada urusan dan meminta

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 366

    Orang yang berbicara adalah Sylvia. Meskipun ada empat hingga lima orang yang memisahkan mereka, jaraknya tidak terlalu jauh.Begitu ucapan itu dilontarkan, seluruh perhatian di ruangan langsung tertuju pada Livy. Karena takut menyinggung Elon, Livy buru-buru menjelaskan, "Nggak, bukan begitu. Aku cuma nggak terlalu kuat minum alkohol seperti ini.""Lalu, biasanya kamu minum apa? Masa hari ini nggak mau minum setetes pun? Lihat aku, bahkan aku yang pincang saja sudah minum banyak. Kamu nggak boleh merusak suasana ya."Sylvia berkedip manja, suaranya selembut angin musim semi yang menyapu hati. Namun, kata-kata yang keluar dari mulutnya justru terasa menusuk.Livy semakin merasa serbasalah dan hanya bisa menjawab dengan kaku, "Aku bisa minum sedikit bir.""Kebetulan, di sini ada banyak bir." Dengan satu gerakan tangan, Elon langsung meminta pelayan mengantarkan beberapa botol bir ke meja mereka.Kini, Livy sama sekali tidak punya alasan untuk menolak. Setelah beberapa gelas, kepalanya m

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 367

    Preston .... Apakah ini karena dia terlalu mabuk? Bagaimana mungkin Preston muncul di tempat ini?Sisa kesadaran Livy tidak memungkinkan dirinya untuk berpikir lebih jauh. Dia hanya bisa terpaku, menatap kosong ke depan.Sementara itu, saat melihat Livy yang mabuk berat, kemarahan Preston mulai tersulut sedikit demi sedikit dalam dadanya.Sebelumnya, di bawah kepemimpinan Annie, departemen sekretaris selalu bekerja dengan baik. Dia bahkan tidak pernah perlu turun tangan untuk mengurusnya.Namun, justru karena kelonggarannya itulah, sekarang departemen sekretaris menjadi seperti ini. Membiarkan seorang wanita keluar untuk menemani minum demi bisnis?"Pak Preston, ke ... kenapa datang ke sini?" Elon buru-buru mengusap tangannya dan memasang senyuman ramah sambil mendekati Preston."Pak Preston, saya Elon, manajer departemen perencanaan dari Grup Gunarso. Aku di sini untuk ....""Barusan, sepertinya suasana di sini sangat meriah. Apa yang sedang kalian lakukan?" Tatapan dingin Preston men

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 368

    Preston bergegas mendekat, menatap wanita yang mabuk di dalam pelukannya dengan tatapan dingin.Tangannya yang besar menopang pinggang Livy. Suaranya terdengar datar. "Duduk saja kamu nggak bisa stabil. Kamu nggak takut jatuh?""Siapa kamu ...?" Livy benar-benar mabuk berat, hingga tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria di depannya.Dia hanya sadar bahwa ada seorang pria yang sedang memeluknya, sehingga secara naluriah menjadi waspada dan berusaha melawan. "A ... aku sudah nikah! Jangan sentuh aku! Suamiku galak sekali!"Galak? Preston termangu sesaat, tidak tahu harus merasa marah atau justru merasa lega. Setidaknya meskipun sudah mabuk sampai seperti ini, wanita ini masih ingat bahwa dirinya sudah menikah.Namun ... apakah dia benar-benar segalak itu? Dengan perasaan yang sedikit tidak nyaman, Preston menutup pintu mobil, lalu mendudukkan Livy di jok belakang.Nada suaranya menjadi lebih lembut, takut membuat wanita mabuk ini ketakutan. "Suamimu galak?""Tentu saja." Livy mengang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 369

    Setelah mengatakan itu, Xavier mengangkat ponselnya untuk memperlihatkan percakapannya dengan Preston."Aku cuma memberitahunya kalau Bu Livy ada di sini, lalu Preston langsung datang. Terlepas dari apakah dia mencintai Bu Livy atau nggak, selama bertahun-tahun aku mengenalnya, ini pertama kalinya aku melihatnya begitu peduli pada seseorang.""Jangan katakan lagi ...." Sylvia menggigit bibirnya. Kedua kakinya yang baru pulih hampir tidak sanggup berdiri tegak karena pukulan kenyataan ini.Namun, Xavier belum selesai berbicara. Dia ingin Sylvia segera menyadari kenyataan ini. "Perasaan bisa berkembang seiring waktu. Setidaknya kalau Preston mau peduli pada Bu Livy, itu berarti ada kemungkinan mereka akan menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya.""Kak, hentikan!" pekik Sylvia yang agak berada di luar kendali. Dia terhuyung, berpegangan pada dinding agar tidak jatuh."Sylvia, aku cuma ingin kamu menemukan pria yang lebih cocok untukmu." Xavier menasihatinya dengan lembut."Aku tahu

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 377

    Charlene masih terus bergosip, "Ngomong-ngomong, Preston sudah nggak muda lagi, ya? Terus katanya dulu juga nggak pernah dekat sama cewek, nggak ada gosip macam-macam. Jangan-jangan dia nggak ada tenaga di ranjang? Kalau kamu ngerasa kurang, aku tahu nih ada obat yang ....""Nggak perlu, Charlene!"Livy buru-buru memotong, mencengkeram ponsel erat-erat, lalu menurunkan suaranya, "Dia di bagian itu sangat kuat.""Apa?"Suaranya terlalu kecil, Charlene di seberang sana tidak mendengarnya dengan jelas. "Maksudmu kamu masih mau? Atau jangan-jangan dia nggak bisa?""Bukan!" Livy hampir melonjak, suaranya langsung meninggi, "Preston sangat kuat, dia nggak butuh obat sama sekali!""Ohh ...." Charlene menarik nadanya dengan panjang, jelas sekali dia sedang menggoda.Livy benar-benar malu. Dia buru-buru mengganti topik. Setelah mengobrol tentang beberapa gosip ringan, akhirnya dia menutup telepon.Setelah merasa cukup berendam, Livy mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Dia melirik pakaian tidur

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 376

    Tatapan Preston sedikit melunak, alisnya pun tampak lebih rileks. Lalu, dengan nada tenang, dia berkata, "Livy, aku kaya, tampan, dan selain temperamenku, aku bisa memberimu semua yang kamu inginkan.""Dalam pernikahan, pasangan seharusnya saling memahami. Lagi pula, aku nggak merasa sering marah. Kebanyakan waktu, itu karena kamu yang melakukan kesalahan."Hah?Livy semakin bingung.Bukankah tadi Preston ingin menceraikannya? Menghubungkan sikapnya tadi malam dan hari ini, sebuah pemikiran yang sulit dipercaya muncul di benaknya.Livy menatap Preston dengan ragu, lalu bertanya dengan hati-hati, "Jadi ... kamu bersikap baik padaku hari ini karena aku bilang kamu mudah marah?"Tidak mungkin! Jadi, semua yang Preston lakukan adalah ... cara halus untuk menenangkannya?"Jadi, menurutmu aku benar-benar pemarah?" Preston menjepit sepotong daging panggang ke dalam mangkuknya, matanya menatapnya dengan tajam.Ini pertanyaan yang menentukan antara hidup atau mati.Livy buru-buru menggeleng. "S

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 375

    Livy menggelengkan kepala, sedikit ragu-ragu saat menjawab, "Pak Preston sangat sibuk setiap hari, kurasa dia nggak punya waktu untuk mengurusi hal seperti ini.""Jadi ... kita cuma bisa diam saja menerima ini?"Ivana tampak tidak terima, matanya penuh dengan kekesalan saat berkata, "Kamu sudah bekerja keras selama ini dan cuma dihargai sejuta? Bu Sherly benar-benar keterlaluan! Awalnya aku pikir dia cukup baik, tapi ternyata dia pencemburu sekali!"Livy terdiam sejenak. Dia merasa ini bukan sekadar masalah iri hati.Perasaan aneh yang dia rasakan semakin kuat. Seolah-olah Sherly menargetkannya bukan hanya karena iri, tetapi juga karena alasan lain yang tidak bisa dia jelaskan. Jika dia benar-benar ingin menyingkirkan Sherly, hanya mengandalkan masalah bonus proyek ini tidak cukup.Bagaimanapun juga, meskipun tindakan Sherly tidak etis, dia tetap mengikuti prosedur formal. Jadi, Livy tidak punya alasan yang cukup kuat untuk menindaknya. Merasa frustrasi, Livy hanya bisa memfokuskan dir

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 374

    "Ah?"Livy benar-benar tidak mengerti. Tadi mereka masih membicarakan hal lain, kenapa tiba-tiba berubah menjadi ini?Preston bahkan berkata akan berusaha tidak mudah marah. Tapi ... mana mungkin pria ini tidak cepat marah?Dia tidak berani membantah atau menolak, jadi hanya bisa mengangguk patuh dan menjawab seadanya. Namun, pikirannya semakin kacau. Tiba-tiba, dia kembali teringat tentang Sherly.Setelah yakin bahwa Sherly memang sengaja menargetkannya, hati Livy dipenuhi dengan amarah, frustrasi, dan rasa tak berdaya. Bagaimanapun juga, Sherly memang benar dalam satu hal.Sekarang dia adalah atasan, dan tidak peduli seberapa besar Livy merasa diperlakukan tidak adil, dia hanya bisa menahannya. Namun ... bukankah Livy juga punya seseorang untuk diandalkan?Perlahan, tatapannya mengarah ke Preston yang duduk di sampingnya. Setelah ragu-ragu beberapa saat, dia akhirnya bertanya dengan hati-hati, "Pak Preston, kalau ada karyawan di perusahaan Anda yang bermasalah dengan rekan kerja mere

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 373

    Livy menoleh dengan bingung. Dia melihat Ivana sedang memeriksa kemasan produk perawatan kulit dengan sangat hati-hati. Lalu, Ivana menunjuk dua huruf pada kemasan tersebut."Livy, suamiku pernah membelikan produk ini saat ada diskon besar-besaran. Seharusnya, huruf 'L' dan 'A' di logo ini saling menyambung. Tapi lihat ini. Di sini justru terpisah dan bagian ini tampak miring. Ini jelas barang palsu!"Livy memandang lebih dekat. Namun, dia tidak bisa melihat perbedaannya. Dia memang tidak terlalu sering memakai produk kecantikan mewah. Namun, Ivana sangat paham tentang skincare.Jika Ivana bilang ini barang palsu, berarti itu pasti benar."Apa maksudnya ini? Memberikanmu barang palsu? Ini produk yang dipakai di wajah! Bagaimana kalau kulitmu rusak?"Ivana semakin marah dan khawatir. "Livy, jangan pakai ini! Langsung buang saja!"Livy mengangguk. "Baik, aku mengerti." Namun, pikirannya tidak bisa fokus bekerja.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Panggilan itu dari Bendy."Livy, Pak Presto

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 372

    Livy masih mencoba memastikan jumlah bonusnya, tetapi Ivana sudah mendekat dan tampak terkejut bukan main. "Satu juta? Astaga, bonus kehadiran penuhkku saja 1,6 juta! Ini sama saja kayak mengusir pengemis!"Livy juga merasa ada yang tidak beres. Dia bahkan tidak bisa memercayainya. "Mungkin bagian keuangan salah transfer. Aku akan pergi ke sana dan menanyakannya langsung."Tanpa membuang waktu, Livy segera menuju bagian keuangan. Namun, jawaban dari bagian keuangan sangat jelas. "Bonus proyek ini sudah ditransfer dengan benar. Tidak ada kesalahan."Melihat Livy masih kebingungan, salah satu staf keuangan berbaik hati memberi petunjuk. "Bu Livy, bonus proyek ini dikirimkan ke kepala departemen Anda terlebih dahulu. Lalu, kepala departemen yang membagikannya kepada tim."Kami hanya mentransfer dana sesuai jumlah yang dilaporkan oleh kepala departemen Anda. Kalau masih ada pertanyaan, silakan tanyakan langsung ke kepala departemen Anda."Kepala departemen?Saat ini, posisi Direktur Sekret

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 371

    "Sayang, sikapku tadi pagi memang buruk. Aku tahu kamu cuma khawatir sama aku, tapi aku malah nggak tahu berterima kasih. Jangan marah lagi, ya?"Livy mengejar Preston setengah berlari dan dengan susah payah berhasil menggenggam tangannya.Mendengar permintaan maafnya yang tulus, Preston akhirnya berhenti. Dia berbalik, menatapnya dengan dingin, dan berkata dengan suara datar, "Aku nggak marah. Memang begini sifatku.""Livy, kamu nggak perlu peduli sama aku. Kalau kamu merasa terganggu, anggap saja aku ini nggak ada."Hah?!Livy terpaku di tempat. Apa maksudnya menganggap Preston tidak ada?!Seorang pria dengan kehadiran sekuat dirinya, mana mungkin dia bisa dianggap tidak ada?! Tidak mungkin. Jelas sekali nada bicaranya terdengar tidak senang.Livy panik dan mencoba kembali membujuknya, "Sayang, bukan itu maksudku ...."Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Preston sudah menepis tangannya dan masuk ke dalam mobil. Dia pergi, meninggalkan Livy yang masih tertegun di tempa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 370

    Kemarahan Preston begitu jelas, tecermin dalam ekspresi dingin di wajahnya.Livy tertegun sejenak, lalu segera menjelaskan, "Ini semua bagian dari pekerjaanku. Aku menerima gaji, jadi sesekali lembur itu wajar."Livy bukan tipe orang yang manja. Dia tahu betapa sulitnya mencari uang saat ini. Banyak orang di luar sana yang hanya dibayar beberapa juta sebulan, tetapi tetap harus lembur setiap hari.Sementara dia, selain mendapat gaji, juga mendapat komisi proyek. Jadi, sesekali bekerja lembur bukanlah masalah besar baginya."Kamu cukup tahan banting rupanya." Preston tertawa dingin, tetapi ekspresinya justru semakin suram.Livy bingung. Dia menarik ujung kemeja Preston dengan pelan, lalu bertanya dengan nada manja, "Sayang, kamu marah lagi?"Seharusnya Livy tidak bertanya. Begitu pertanyaan itu dilontarkan, Preston sontak teringat ucapan Livy semalam. Dia sering marah, mudah sekali tersulut emosi. Sekarang, Livy kembali mengatakan bahwa dia sedang marah ...."Nggak." Tanpa berpikir panj

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 369

    Setelah mengatakan itu, Xavier mengangkat ponselnya untuk memperlihatkan percakapannya dengan Preston."Aku cuma memberitahunya kalau Bu Livy ada di sini, lalu Preston langsung datang. Terlepas dari apakah dia mencintai Bu Livy atau nggak, selama bertahun-tahun aku mengenalnya, ini pertama kalinya aku melihatnya begitu peduli pada seseorang.""Jangan katakan lagi ...." Sylvia menggigit bibirnya. Kedua kakinya yang baru pulih hampir tidak sanggup berdiri tegak karena pukulan kenyataan ini.Namun, Xavier belum selesai berbicara. Dia ingin Sylvia segera menyadari kenyataan ini. "Perasaan bisa berkembang seiring waktu. Setidaknya kalau Preston mau peduli pada Bu Livy, itu berarti ada kemungkinan mereka akan menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya.""Kak, hentikan!" pekik Sylvia yang agak berada di luar kendali. Dia terhuyung, berpegangan pada dinding agar tidak jatuh."Sylvia, aku cuma ingin kamu menemukan pria yang lebih cocok untukmu." Xavier menasihatinya dengan lembut."Aku tahu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status