แชร์

Bab 357

ผู้เขียน: Dania Zahra
Seth yang berjalan di depan tiba-tiba berhenti dan membuka pintu ruang rapat. Livy mengikutinya masuk dan segera menyerahkan dokumen itu.

Tanpa terlalu memperhatikan, Seth membolak-balikkan dokumen itu, lalu menatap Livy dengan sorot mata penuh arti. "Aku nggak tahu Ryan punya teman perempuan."

Ryan berdeham pelan. "Ceritanya panjang. Kak, cepat tandatangani dokumen itu. Aku mau ajak Livy makan nanti. Kebetulan, kami bertemu hari ini."

Seth berdecak. "Enak saja! Aku belum menyelesaikan urusan denganmu. Jadi, kamu merasa kamu nggak bisa kabur lagi karena aku sudah kembali ke negara ini, makanya kamu datang sendiri untuk berdamai?"

Ryan hanya bisa pasrah, menerima takdirnya sebagai asisten sementara. Dia menuangkan teh untuk mereka berdua, lalu menghela napas. "Kak, kamu ini kakakku. Kita sudah lama nggak ketemu. Apa aku nggak boleh datang menemuimu?"

"Semoga memang begitu." Seth menarik kembali tatapannya.

Livy mendengar percakapan mereka dalam diam, merasa suasana di ruangan ini begitu
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 358

    Dengan membawa dokumen, Livy buru-buru naik MRT. Saat hampir sampai, telepon dari Sherly masuk.Dari suara bising yang terdengar di ujung telepon, sepertinya dia sedang berada di tempat hiburan. Musiknya sangat keras. "Livy, apa dokumennya sudah ditandatangani oleh Pak Seth?""Sudah, Bu. Aku sebentar lagi sampai di kantor. Nanti dokumennya akan kuserahkan kepadamu." Livy melirik informasi pemberhentian dan segera turun dari MRT."Oh, nggak perlu buru-buru lagi. Maaf ya, tadi aku terlalu sibuk sampai lupa kasih tahu. Bagian bisnis belum mengejar progresnya, jadi dokumen ini kamu simpan saja dulu. Besok saja baru diserahkan kepadaku."Nada suara Sherly terdengar seperti permintaan maaf, tetapi sama sekali tidak ada kesan menyesal di dalamnya.Hati Livy semakin dipenuhi kekesalan. Dia menggenggam ponselnya erat-erat, lalu bertanya dengan hati-hati, "Bu, apa akhir-akhir ini aku melakukan sesuatu yang membuatmu nggak senang?""Mana mungkin? Jangan pikir macam-macam. Ini memang kesalahanku.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 359

    Besok sore ....Kalau begitu, selain waktu makan siang, masih ada sekitar dua jam tersisa. Livy hanya bisa menyetujuinya.Setelah selesai mengeringkan rambutnya, Livy berjalan ke kamar Preston. Karena tidak membawa laptop pulang, dia hanya bisa meminjam laptop Preston jika ingin bekerja sekarang.Setelah mengirim pesan kepada Preston, Livy membaca dokumen melalui tabletnya. Namun, sampai sekarang Preston masih belum membalasnya sehingga Livy terpaksa menelepon.Nada sibuk terdengar cukup lama. Tiba-tiba, terdengar suara dari ujung telepon dan dari belakang. "Kenapa berdiri di depan ruang kerjaku?"Livy terkejut dan segera berbalik. Preston sudah berdiri di tangga lantai dua. Dia kaget dan refleks memegang dadanya, lalu buru-buru menjelaskan, "Sayang, aku boleh pinjam laptopmu nggak? Aku harus kerja sebentar.""Hm." Preston membuka pintu ruang kerjanya. "Kata sandinya PS1230."PS? Livy terdiam sejenak. Apakah itu singkatan dari Preston dan Sylvia?Tangan Livy terkepal, tetapi dia tetap

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 360

    Pria di hadapannya melirik Livy sekilas, lalu menyahut dengan tenang, "Sebagai seorang atasan, bukankah sudah seharusnya peduli pada karyawannya?"Perasaan senang yang sempat muncul di hati Livy langsung sirna. Dia hanya mengiakan dengan setengah hati, "Hm.""Memang kerjaanku agak banyak, tapi Bu Sherly bilang nanti komisi yang kudapat juga akan lebih besar.""Komisi sebanyak apa pun, jangan sampai nggak cukup untuk membayar biaya rumah sakit nanti," ujar Preston dengan nada sedingin es.Livy tidak bisa berkata apa-apa. Meskipun latar belakang Preston cukup rumit, dia tetap tumbuh dalam lingkungan penuh kemewahan dan tidak perlu khawatir soal uang.Namun, Livy berbeda. Kalau bukan karena beruntung dan bertemu Preston, mungkin biaya operasi dan rawat inap neneknya pun tidak akan bisa dibayar.Jadi, uang sangat penting baginya, sekalipun itu berarti harus mengorbankan tubuhnya sendiri.Melihat Livy yang diam saja, Preston juga tidak melanjutkan pembicaraan. Dia hanya berbalik dan pergi m

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 361

    "Kamu pasti tahu presentasi seperti apa yang lebih baik. Sayang, kamu sangat hebat. Kamu cuma butuh beberapa menit saja untuk mengajari pegawaimu yang bodoh ini."Livy berusaha keras memuji Preston. Tak ada pilihan lain. Karena sedang meminta bantuan dari pria ini, dia tentu harus mengatakan beberapa kata manis."Mau aku beri jalan pintas?" Kali ini, Preston sama sekali tidak menyembunyikan senyuman. Nada suaranya bahkan sedikit meninggi. "Sudah pernah kuajarkan. Kalau butuh sesuatu dari orang lain, kamu harus memberikan sesuatu sebagai gantinya."Dasar pria ini! Telinga Livy langsung memerah. Namun, mengingat betapa pentingnya kelancaran presentasinya besok, dia hanya bisa memaksakan diri untuk "lembur" sedikit lagi malam ini.Sambil menggigit bibirnya, Livy akhirnya mengesampingkan rasa malunya. Dia lantas berjinjit dan menempelkan bibir lembutnya ke bibir tipis Preston.Setelah berkali-kali melakukannya, Livy sudah cukup memahami caranya. Sambil menggesekkan bibirnya pada Preston, t

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 362

    Preston hanya bisa pasrah menghadapi kecerobohan Livy."Sekarang bahkan belum jam 8. Waktu kerja Grup Sandiaga dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Sejak kapan aturan itu berubah?"Belum jam delapan? Livy terdiam sejenak, lalu buru-buru mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa waktu. Baru pukul 7.55 pagi, masih cukup banyak waktu."Aku ... aku masih setengah sadar." Livy menggigit bibirnya dengan frustrasi, lalu menatap Preston dengan sedikit rasa bersalah. Suaranya lembut saat berkata, "Aku akan lebih pelan. Kamu tidur saja lagi. Aku nggak akan mengganggumu."Preston meliriknya sekilas dan berkata dengan nada datar, "Nggak usah tidur lagi. Biar aku lihat lututmu dulu, ada luka nggak?"Livy menggeleng. "Nggak apa-apa. Ada karpet di lantai, aku juga nggak terjatuh keras."Saat mengatakan itu, Livy berusaha bangkit. Namun, dia kembali ditarik ke pelukan Preston.Dengan posisi setengah memeluk, tubuhnya berada dalam dekapan Preston. Piama yang setengah melorot memperlihatkan sebagian besar ku

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 363

    "Livy, apa PPT-nya sudah selesai?"Percakapan mereka dipotong oleh Sherly. Wanita itu mengenakan setelan kerja profesional. Dengan wajah tersenyum tipis, dia menyerahkan sebungkus sarapan."Semalam pasti sangat melelahkan untukmu. Dari tampangmu, sepertinya kamu nggak ada waktu istirahat, 'kan?""Aku memang bergadang sedikit, tapi PPT-nya sudah selesai. Tenang saja, untuk laporan sore nanti, aku pasti akan ...."Sebelum Livy selesai bicara, Sherly menyela lagi, "Aku lihat kamu kurang istirahat semalam. Rapat sore nanti sangat penting, sedangkan kamu belum terlalu berpengalaman dalam hal ini. Biar aku saja yang menangani laporan ini. Jangan khawatir, aku pasti akan mengingat kontribusimu."Tidak jadi membiarkannya presentasi? Dada Livy terasa semakin sesak. Semalam, dia sudah bekerja keras, bahkan sampai menggunakan pesona wanita untuk merayu Preston agar mempelajari beberapa teknik presentasi.Sekarang setelah semuanya sudah siap, Sherly justru tiba-tiba mengubah keputusan. Jika diucap

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 364

    Melihat pesan itu, Livy lantas mengernyit. Berpakaian seksi dan harus minum alkohol?Livy tahu bahwa banyak kerja sama bisnis disepakati di meja minum, tetapi pembagian tugas di departemen sekretaris sangat jelas. Biasanya, mereka tidak perlu melakukan hal seperti ini.[ Bu, aku nggak kuat minum. Gimana kalau orang lain saja yang pergi? ]Balasan Sherly masuk dengan cepat.[ Kalau begitu, aku akan menyuruh Richard menemanimu. ]Richard .... Salah satu dari sedikit staf pria di departemen sekretaris mereka. Karena merasa dirinya dikelilingi wanita, Richard ini menjadi sangat menjijikkan.Bahkan sebelumnya, dia pernah menggoda Ivana dan sering kali menatap Livy dengan tatapan yang tidak bermaksud baik.Namun, karena Livy selalu mengabaikannya, Richard akhirnya berhenti mengganggunya. Meskipun tidak setuju, Livy tahu bahwa di antara para pria di departemennya, Richard adalah salah satu yang cukup kuat minum.Setelah menghela napas, Livy mencoba menyiapkan mentalnya.Sore harinya, Richard

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 365

    "Uh ... kurang lebih sama." Livy tetap memberikan jawaban yang samar.Awalnya, dia hanya ingin menghentikan Richard dari terus mengeluarkan komentar menjijikkan. Namun, setelah tahu Livy sudah menikah, Richard malah mengajukan semakin banyak pertanyaan."Bu Livy, siapa nama suamimu? Dia bekerja di bidang apa? Gimana dengan gaji dan tunjangan di perusahaannya? Kita ini rekan kerja, kenapa kamu nggak memperkenalkanku ke sana?""Kalau suamimu sekaya itu, kenapa kamu masih repot-repot bekerja? Oh, aku mengerti! Wanita mandiri ya? Kalau seharian di rumah, nanti malah jadi istri yang membosankan dan akhirnya suaminya akan muak."Livy mulai kesal dengan ocehan Richard yang tiada habisnya. Dia pun menegaskan dengan sopan, "Pak Richard, ini masih jam kerja. Aku nggak ingin membahas urusan pribadiku."Baru setelah itu, Richard akhirnya menutup mulutnya.Mereka akhirnya tiba di tempat pertemuan. Namun, Elon dari Grup Gunarso tiba-tiba menelepon, mengatakan bahwa dia sedang ada urusan dan meminta

บทล่าสุด

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status