Share

Bab 303

Author: Dania Zahra
Duar! Otak Livy seakan-akan berhenti bekerja. Bendy gay? Dan sering datang mencarinya hanya untuk menjadikan dia mak comblang? Demi mengklarifikasi hubungan mereka, Bendy sampai berkorban sejauh ini? Ini benar-benar membingungkan ....

"Livy, kita termasuk teman dekat lho. Kasih tahu sedikit dong, siapa pria itu sebenarnya?" Ivana semakin penasaran, antusiasme terpancar jelas dari matanya.

"Uh ... soal itu, aku tetap nggak bisa bilang. Sudahlah, kita kerja dulu. Nanti kamu boleh pilih mau makan apa." Livy buru-buru mengganti topik pembicaraan.

Ivana segera mengangguk dan terpaksa berhenti bertanya. "Aku pilih yang sering aku bilang itu ya. Enak banget! Oh ya, tanganmu kenapa?"

"Cuma kejepit di lift, nggak apa-apa." Livy mencatat makanan yang diinginkan Ivana. Setelah mengobrol sesaat lagi, mereka mulai fokus bekerja.

Sepanjang pagi, ponsel Livy terus berbunyi. Semua pesan itu adalah makian dari Zoey. Salah satu pesan kebetulan terlihat oleh Ivana.

Ivana langsung merasa geram dan berkata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 304

    Hah? Livy merasa bingung. Apakah dia seharusnya berterima kasih kepada Preston lebih dulu? Sebenarnya, dia tidak terlalu memperhatikan hal itu. Ini karena kantor Bendy lebih dekat, jadi dia langsung kemari.Preston juga menyadari bahwa nada bicaranya tadi agak aneh. Dia mengubah nada bicaranya menjadi lebih dingin dan memerintah, "Ikut aku ke kantor.""Oh, baik." Livy mengikuti Preston dengan patuh.Setelah mereka masuk, Preston tidak mengatakan apa pun. Dia hanya memandang dokumen di mejanya tanpa melirik Livy.Apa maksud pria ini? Livy tidak bisa memahami mood Preston. Dia curiga dirinya dipanggil hanya untuk berdiri diam sebagai hukuman.Setelah ragu sejenak, Livy akhirnya bertanya, "Pak, apa ada tugas untukku?""Ingat untuk pulang tepat waktu malam ini," ujar Preston tiba-tiba."Hah?" Livy masih bingung.Preston memandangnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan berkata, "Sepertinya kamu kurang suka dengan pakaian yang ada di rumah. Jadi, malam ini aku akan membawamu memilih paka

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 305

    "Semua pakaian di lemari disiapkan untukmu. Bukan karena aku meremehkan pakaianmu yang sederhana, tapi karena aku adalah suamimu. Apa salahnya kalau aku membeli pakaian untuk istri sendiri?" tanya Preston dengan suara rendah. Dia mengangkat dagu Livy agar mereka saling menatap.Entah itu hanya perasaannya atau bukan, tetapi Livy merasa dirinya melihat sedikit kelembutan di mata Preston yang biasanya dingin.Dengan gelisah, Livy mencengkeram ujung bajunya dan membalas dengan suara lirih, "Tapi, semua barang itu terlalu mahal. Aku nggak bisa membalasmu dengan sesuatu yang setara."Preston tidak peduli dan berkata dengan santai, "Nggak masalah. Kamu bisa pakai uangku untuk membelikanku sesuatu, itu juga dianggap hadiah. Lagian, aku punya banyak uang. Harga bukan masalah untukku."Orang kaya memang selalu seenaknya."Jadi, Livy, apa kamu bisa meluangkan waktumu malam ini?" Preston kembali ke topik utama.Livy tetap merasa pemborosan seperti itu tidak perlu, jadi menjawab, "Pakaian di lemar

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 306

    Situasi Zoey saat ini jelas tidak menyenangkan. Grup Sandiaga terlalu besar sehingga tidak bisa dihindari adanya diskriminasi di tempat kerja.Apalagi Zoey, yang langsung ditempatkan di departemen iklan tanpa pengalaman sebelumnya. Ditambah lagi insiden semalam, hari-harinya di departemen itu tentu tidak akan mudah."Terserah kamu. Sekarang aku nggak punya kemampuan untuk membantumu," ujar Livy dengan dingin.Zoey terdiam cukup lama sebelum tiba-tiba tertawa sinis dan berkata, "Livy, aku tahu apa yang kamu inginkan! Sebagai istri Preston, kamu pasti sangat ingin mendapatkan hati Preston, 'kan?"Livy tidak bisa menyangkalnya. Dia memang cukup menyukai Preston. Lagi pula, wanita mana yang tidak ingin mendapatkan hati pria seperti Preston setelah berada di sisinya?"Gimana kalau kita buat kesepakatan?" Zoey tiba-tiba berkata, "Aku akan membantumu mendapatkan hati Preston dan menghancurkan Sylvia. Sebagai gantinya, kamu harus bantu aku mendapatkan posisi tetap di Grup Sandiaga dan memperke

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 307

    "Pak?" Preston kembali merasa terganggu dengan panggilan itu.Namun, Livy tidak mengubah panggilannya dan menjawab dengan tegas, "Ini masih dalam area perusahaan, sudah seharusnya aku memanggilmu Pak.""Pandai sekali menjawab." Preston mendengus, lalu memberi instruksi kepada sopir di depan. "Masuk dari pintu belakang mal.""Baik, Pak."Jarak mal dari perusahaan tidak jauh, hanya dua blok. Sebelum turun dari mobil, Livy masih sangat berwaspada dan mengenakan maskernya dengan hati-hati."Ini pintu belakang dan toko sudah kukosongkan. Kamu nggak perlu terlalu khawatir." Preston takut wanita ini sesak napas karena memakai masker."Oh." Livy menjawab singkat, tetapi tetap tidak melepaskan maskernya. Dia mengikuti di sisi Preston dengan patuh.Tatapan Preston tertuju padanya dan memancarkan sedikit kekesalan. Saat ini, Livy yang memakai kardigan rajut tampak sangat patuh seperti kucing kecil yang manis. Wanita itu berdiri tenang di sisinya.Pada saat seperti ini, Preston bisa sepenuhnya mem

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 308

    Orang-orang bilang, memakai pakaian yang sama itu bukan masalah. Namun, siapa yang terlihat jelek yang akan merasa malu.Meskipun Livy merasa dirinya terlihat cantik dengan pakaian ini, dibandingkan dengan Sylvia yang memang merupakan seorang putri keluarga kaya, penampilannya terasa kurang mencolok."Preston, ternyata benaran kamu," sapa Sylvia sambil tersenyum lembut. "Tadi kudengar dari orang mal kalau lantai ini disewa. Aku sempat berpikir apa mungkin kamu ada di sini. Siapa sangka, kita langsung bertemu."Jadi, lantai ini sudah disewa? Lantas, kenapa Sylvia masih bisa naik ke sini? Pertanyaan ini hanya berputar sebentar di kepala Livy sebelum dia mentertawakan diri sendiri karena pertanyaan itu. Orang lain mungkin tidak bisa masuk, tetapi Sylvia berbeda. Bagi Preston, Sylvia selalu menjadi pengecualian."Hm, aku menemaninya membeli pakaian," sahut Preston dengan tenang."Oh, begitu." Pandangan Sylvia tertuju pada Livy, senyumnya semakin lembut. "Bu Livy, ini pasti Preston yang pil

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 309

    "Livy, apa aku pernah bilang kalau kamu sangat buruk dalam berbohong?" Preston menatap wanita di depannya. Nada bicaranya terdengar ambigu, entah marah atau ada maksud lain.Livy yang tidak bisa menebak suasana hati Preston, hanya bisa menjelaskan dengan canggung, "Aku ... aku nggak akan begini lagi. Aku cuma nggak tahu harus gimana berinteraksi dengan Bu Sylvia.""Kalau kamu merasa aku salah, kamu bisa pergi menemaninya sekarang dan menghiburnya. Aku nggak masalah kalau makan hotpot sendiri, lalu pulang.""Nggak perlu, Sylvia bukan orang yang mudah merajuk." Usai berbicara, dia menggandeng Livy masuk ke restoran hotpot.Livy yang mengikuti di belakang merasa agak jengkel. Jadi, maksud Preston adalah dirinya yang mudah merajuk?Ketika makan hotpot, Livy pun kehilangan semangat. Paket makan berdua yang dipesan, pada akhirnya tidak dimakan habis."Kenapa nggak makan?" tanya Preston yang sudah selesai makan dan mengelap mulutnya.Livy tidak ingin menjelaskan bahwa dia kehilangan selera ma

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 310

    Segera, Livy menghabiskan sisa makanan, lalu berdiri dan meninggalkan restoran. Saat keluar dari restoran, dia kebetulan melewati sebuah restoran barat.Dari jendela kaca transparan, Livy bisa langsung melihat ke dalam. Di tempat duduk dekat jendela, ada dua orang, yaitu Sylvia dan Preston.Sylvia tampak anggun dan duduk di sisi Preston. Keduanya terlihat begitu serasi. Tanpa sengaja, pandangan Sylvia bertemu dengan Livy.Namun, Sylvia segera mengalihkan pandangannya, seperti sengaja menunjukkan sesuatu padanya. Dia bahkan mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Preston.Gerakan itu begitu mesra, bahkan Livy yang merupakan istri sah tidak pernah menyentuh Preston seperti itu. Sementara itu, Preston tidak menunjukkan tanda-tanda menolak.Hah, dia benar-benar terlalu naif. Livy berpikir, dua hari terakhir ini, Preston merawatnya dengan lembut dan menemaninya belanja, itu berarti Preston sudah mulai punya perasaan untuknya.Sekarang setelah dipikir-pikir, mungkin Preston hanya merasa b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 311

    Livy agak terkejut, "Konser Rayn?""Iya! Bukannya kamu suka dia sejak kuliah? Dia sudah satu tahun nggak mengadakan konser. Kali ini, aku berusaha keras dapatin tiketnya. Jadi gimana? Ada waktu, 'kan?" Charlene menjelaskan dengan antusias."Tentu saja ada!" Livy menjawab dengan cepat, "Setelah pekerjaanku selesai minggu depan, aku punya libur panjang lima hari. Charlene, gimana kalau kita liburan bersama?"Dulu, Livy dan Charlene memiliki kebiasaan bepergian bersama setiap tahun, meskipun keduanya tidak punya banyak uang. Tahun ini, mereka masing-masing sibuk dengan urusan sendiri, sehingga belum sempat pergi liburan."Setuju! Nanti aku atur ulang jadwalku. Ngomong-ngomong, gimana kalau aku ajak beberapa pria tampan?" Charlene tertawa dengan usil.Livy sangat mengenal sifat Charlene yang santai dalam hal hubungan asmara. Selama bertahun-tahun, jumlah pacar Charlene bahkan tidak bisa dihitung. Meskipun Livy menyukai cara Charlene yang bebas dan tidak terikat pada satu hubungan, dia send

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status