Livy agak terkejut, "Konser Rayn?""Iya! Bukannya kamu suka dia sejak kuliah? Dia sudah satu tahun nggak mengadakan konser. Kali ini, aku berusaha keras dapatin tiketnya. Jadi gimana? Ada waktu, 'kan?" Charlene menjelaskan dengan antusias."Tentu saja ada!" Livy menjawab dengan cepat, "Setelah pekerjaanku selesai minggu depan, aku punya libur panjang lima hari. Charlene, gimana kalau kita liburan bersama?"Dulu, Livy dan Charlene memiliki kebiasaan bepergian bersama setiap tahun, meskipun keduanya tidak punya banyak uang. Tahun ini, mereka masing-masing sibuk dengan urusan sendiri, sehingga belum sempat pergi liburan."Setuju! Nanti aku atur ulang jadwalku. Ngomong-ngomong, gimana kalau aku ajak beberapa pria tampan?" Charlene tertawa dengan usil.Livy sangat mengenal sifat Charlene yang santai dalam hal hubungan asmara. Selama bertahun-tahun, jumlah pacar Charlene bahkan tidak bisa dihitung. Meskipun Livy menyukai cara Charlene yang bebas dan tidak terikat pada satu hubungan, dia send
Saat membahas soal pekerjaan, Livy sama sekali tidak berniat untuk bermesraan dengan Preston. Dia mendorong pria di depannya dan buru-buru bertanya, "Ada apa sebenarnya?"Melihat reaksi Livy, Preston sedikit menjauh, lalu menjelaskan, "Ada angka yang salah di proposal proyek kalian. Aku sudah minta Bendy untuk memperbaikinya. Livy, kesalahan seperti ini saja bisa terjadi, sepertinya kemampuanmu masih belum cukup."Ada angka yang salah? Bagaimana mungkin!Setiap dokumen yang dia kerjakan selalu diperiksa berkali-kali dengan cermat. Kesalahan seperti itu tidak mungkin terjadi."Jelas-jelas aku sudah periksa," Livy mengerutkan alis.Preston mengangkat alisnya sedikit, "Mengenai detailnya, besok kamu tanyakan saja sama Bendy. Tapi, kali ini aku yang menyelamatkanmu.""Terima kasih, Sayang," ujar Livy dengan nada manis.Bagaimanapun, Preston memang telah membantunya. Utang budi yang sebelumnya saja belum terbalas, kini dia harus menambah satu lagi."Cuma ucapan terima kasih?" Preston melepa
Saat Livy sedang melamun, tiba-tiba pinggangnya dicubit oleh Preston."Kenapa? Sudah terima uang tapi nggak melakukan pekerjaan dengan benar?" Suara Preston terdengar rendah dan sedikit tidak sabar.Livy segera tersadar dan mendekat ke Preston. Dengan gerakan kaku, dia mulai mencoba melepas pakaian Preston. Namun, baru saja menarik pakaiannya, Preston berbicara di dekat telinganya dengan penuh godaan, "Kamu tahu berapa harga baju ini?"Suara rendahnya membuat Livy tertegun. Tangannya langsung berhenti bergerak. Dengan ragu, dia menjawab, "Sepertinya ... aku sudah merusaknya."Livy menunjukkan telapak tangannya dengan hati-hati, di dalamnya terlihat sebuah kancing yang baru saja terlepas. Dengan gugup, Livy menggigit bibirnya dan bertanya, "Sayang, bajumu ini mahal ya?""Nggak terlalu mahal, mungkin kamu cuma perlu bekerja lima tahun untuk menggantinya," jawab Preston santai, sambil menatap ekspresi Livy yang berubah dari terkejut menjadi kesal."Lama sekali."Setelah menikmati perubaha
Preston mengirim pesan.[ Ada yang kamu suka? ]Livy tidak mengerti, apa sebenarnya maksud Preston?Apakah karena kemarin dia tidak menemani Livy berbelanja, jadi dia membiarkannya memilih sebuah gaun malam sebagai bentuk kompensasi? Namun, mengapa semua gaun itu justru memiliki gaya yang mirip dengan selera Sylvia?Setelah memikirkannya sejenak, meskipun merasa tidak nyaman, Livy tetap menahan perasaannya dan membalas pesan itu.[ Pak Preston, kenapa ngasih aku gaun malam? ]Preston segera membalas.[ Rabu ini pesta ulang tahun Bahran, pilih satu gaun untuk hadir bersamaku. ]Pesta ulang tahun Bahran? Mengapa dia harus pergi? Apakah Preston lupa bahwa belum lama ini Bahran mencoba berbuat hal yang tidak pantas padanya? Livy masih ingat betul bagaimana dia terluka parah, bahkan hampir mengalami hal yang lebih buruk ....Dengan pikiran itu, Livy membalas pesan tersebut dengan penolakan.[ Aku nggak mau pergi. ]Livy mengira Preston akan memahami alasannya, tetapi balasan Preston membuat
"Sayang, kamu belum pulang? Pesta ulang tahun Bahran malam ini …."Sebelum Livy menyelesaikan ucapannya, dia dipotong oleh suara seorang wanita, "Preston, aku … aku sudah bisa berdiri!" Suara Sylvia terdengar penuh kebahagiaan. Tak lama kemudian, terdengar suara seperti seseorang hampir terjatuh, diikuti oleh seruan panik Preston, "Hati-hati!"Lalu, telepon tiba-tiba terputus. Mendengar bunyi nada sibuk di telinganya, Livy terdiam.Sylvia bisa berdiri lagi?Tentu saja, sejak kecelakaan Sylvia beberapa tahun lalu, Preston telah mengerahkan teknologi medis terbaik dan mengirim Sylvia ke luar negeri untuk menjalani perawatan. Bahkan David pernah mengatakan bahwa jika Sylvia menjalani terapi pemulihan dengan baik, dia memang memiliki kemungkinan untuk berdiri kembali.Jika Sylvia benar-benar bisa berdiri lagi, sebagai istri kontrak Preston, apakah itu berarti Livy harus menyerahkan posisinya? Entah kenapa, rasa takut dan enggan tiba-tiba memenuhi hati Livy.Dalam keadaan linglung, dia bar
Mengikuti kepala pelayan itu, Livy berjalan menuju pintu depan vila. Namun, sosok yang dilihatnya di sana benar-benar di luar dugaan. Ternyata itu Zoey!Di depan pintu, Zoey berdiri dengan dandanan lengkap. Gaun malam mewah yang dia kenakan jelas menunjukkan harganya yang tidak murah.Melihat Livy, Zoey segera melambaikan tangan dengan ramah dan berkata dengan antusias, "Aku sudah bilang, 'kan? Aku kenal sama Nyonya keempat kalian!"Setelah itu, Zoey tersenyum lebar pada Livy, lalu berkata, "Kakak, kenapa kamu nggak nunggu aku sebelum masuk?"Ekspresi Livy penuh tanda tanya. Kenapa dia harus menunggu Zoey?Sebelum Livy bisa memproses apa yang sedang terjadi, Zoey sudah mendekat dan mengaitkan lengannya di tangan Livy dengan akrab.Wajahnya berseri-seri sambil berkata, "Bukannya kamu bilang mau bawa aku ketemu sama keluarga suamimu hari ini? Ah, kamu malah masuk sendiri. Apa kamu masih marah sama adikmu ini?"Livy langsung memahami apa yang sedang direncanakan Zoey. Maksudnya sudah sang
Dengan penampilannya seperti itu, Zoey berpikir bahwa mungkin Bahran bisa menjadikannya seorang aktris terkenal di masa depan. Jika itu terjadi, dia tidak perlu lagi bekerja di Grup Sandiaga dengan gaji hanya beberapa juta, apalagi harus menerima sikap dingin dari Livy.Memikirkan hal itu, Zoey sudah menyusun rencana dalam benaknya.Livy yang memperhatikan perubahan ekspresi Zoey, bisa menebak apa yang sedang dipikirkannya. Setelah sekian lama menghadapi sikap Zoey yang tidak tahu malu, Livy bahkan mulai bisa memprediksi langkah berikutnya."Zoey, Bahran sudah menikah!" seru Livy. Apakah Zoey benar-benar tidak tahu malu sampai sejauh ini? Namun, mengingat Zoey tahu Preston sudah menikah tetapi tetap mencoba mendekatinya, hal ini mungkin bukan hal baru.Zoey mendengus, "Livy, jangan pura-pura suci di depanku! Kamu bisa sama Preston sekarang juga karena kamu menggodanya duluan, 'kan?"Livy mengerutkan bibirnya dan nada bicaranya tetap dingin, "Aku beda sama kamu. Satu hal lagi, jangan gu
Tidak jauh dari sana, Preston baru saja turun dari mobil. Dia mengenakan mantel hitam sederhana yang tidak terlalu formal, tetapi auranya yang tegas memberikan kesan wibawa yang tak tertandingi."Baru berapa lama nggak ketemu, Chloe, lidahmu makin tajam saja. Kenapa? Apa akhir-akhir ini Kakak terlalu sibuk sampai nggak sempat mengajarkanmu cara menghormati orang yang lebih tua?"Preston melangkah ke sisi Livy. Nada bicaranya sangat dingin, tetapi memberikan perasaan aman bagi Livy. Dia sedang melindungi Livy.Kesadaran itu membuat semua perasaan tertekan dan cemas yang tadi memenuhi hati Livy langsung mencair. Tanpa sadar, dia menggandeng tangan Preston dengan lembut.Preston menoleh dan melirik sekilas ke arahnya, lalu melanjutkan, "Atau mungkin, kamu terlalu asyik main sampai lupa tata krama dan nggak tahu tempat?"Wajah Chloe langsung memucat. Dengan susah payah, dia memasang ekspresi aneh, "Paman, aku tadi cuma bercanda sama Bibi. Aku tahu hubungan kalian sangat baik, tentu nggak
Tidak jauh dari sana, Preston baru saja turun dari mobil. Dia mengenakan mantel hitam sederhana yang tidak terlalu formal, tetapi auranya yang tegas memberikan kesan wibawa yang tak tertandingi."Baru berapa lama nggak ketemu, Chloe, lidahmu makin tajam saja. Kenapa? Apa akhir-akhir ini Kakak terlalu sibuk sampai nggak sempat mengajarkanmu cara menghormati orang yang lebih tua?"Preston melangkah ke sisi Livy. Nada bicaranya sangat dingin, tetapi memberikan perasaan aman bagi Livy. Dia sedang melindungi Livy.Kesadaran itu membuat semua perasaan tertekan dan cemas yang tadi memenuhi hati Livy langsung mencair. Tanpa sadar, dia menggandeng tangan Preston dengan lembut.Preston menoleh dan melirik sekilas ke arahnya, lalu melanjutkan, "Atau mungkin, kamu terlalu asyik main sampai lupa tata krama dan nggak tahu tempat?"Wajah Chloe langsung memucat. Dengan susah payah, dia memasang ekspresi aneh, "Paman, aku tadi cuma bercanda sama Bibi. Aku tahu hubungan kalian sangat baik, tentu nggak
Dengan penampilannya seperti itu, Zoey berpikir bahwa mungkin Bahran bisa menjadikannya seorang aktris terkenal di masa depan. Jika itu terjadi, dia tidak perlu lagi bekerja di Grup Sandiaga dengan gaji hanya beberapa juta, apalagi harus menerima sikap dingin dari Livy.Memikirkan hal itu, Zoey sudah menyusun rencana dalam benaknya.Livy yang memperhatikan perubahan ekspresi Zoey, bisa menebak apa yang sedang dipikirkannya. Setelah sekian lama menghadapi sikap Zoey yang tidak tahu malu, Livy bahkan mulai bisa memprediksi langkah berikutnya."Zoey, Bahran sudah menikah!" seru Livy. Apakah Zoey benar-benar tidak tahu malu sampai sejauh ini? Namun, mengingat Zoey tahu Preston sudah menikah tetapi tetap mencoba mendekatinya, hal ini mungkin bukan hal baru.Zoey mendengus, "Livy, jangan pura-pura suci di depanku! Kamu bisa sama Preston sekarang juga karena kamu menggodanya duluan, 'kan?"Livy mengerutkan bibirnya dan nada bicaranya tetap dingin, "Aku beda sama kamu. Satu hal lagi, jangan gu
Mengikuti kepala pelayan itu, Livy berjalan menuju pintu depan vila. Namun, sosok yang dilihatnya di sana benar-benar di luar dugaan. Ternyata itu Zoey!Di depan pintu, Zoey berdiri dengan dandanan lengkap. Gaun malam mewah yang dia kenakan jelas menunjukkan harganya yang tidak murah.Melihat Livy, Zoey segera melambaikan tangan dengan ramah dan berkata dengan antusias, "Aku sudah bilang, 'kan? Aku kenal sama Nyonya keempat kalian!"Setelah itu, Zoey tersenyum lebar pada Livy, lalu berkata, "Kakak, kenapa kamu nggak nunggu aku sebelum masuk?"Ekspresi Livy penuh tanda tanya. Kenapa dia harus menunggu Zoey?Sebelum Livy bisa memproses apa yang sedang terjadi, Zoey sudah mendekat dan mengaitkan lengannya di tangan Livy dengan akrab.Wajahnya berseri-seri sambil berkata, "Bukannya kamu bilang mau bawa aku ketemu sama keluarga suamimu hari ini? Ah, kamu malah masuk sendiri. Apa kamu masih marah sama adikmu ini?"Livy langsung memahami apa yang sedang direncanakan Zoey. Maksudnya sudah sang
"Sayang, kamu belum pulang? Pesta ulang tahun Bahran malam ini …."Sebelum Livy menyelesaikan ucapannya, dia dipotong oleh suara seorang wanita, "Preston, aku … aku sudah bisa berdiri!" Suara Sylvia terdengar penuh kebahagiaan. Tak lama kemudian, terdengar suara seperti seseorang hampir terjatuh, diikuti oleh seruan panik Preston, "Hati-hati!"Lalu, telepon tiba-tiba terputus. Mendengar bunyi nada sibuk di telinganya, Livy terdiam.Sylvia bisa berdiri lagi?Tentu saja, sejak kecelakaan Sylvia beberapa tahun lalu, Preston telah mengerahkan teknologi medis terbaik dan mengirim Sylvia ke luar negeri untuk menjalani perawatan. Bahkan David pernah mengatakan bahwa jika Sylvia menjalani terapi pemulihan dengan baik, dia memang memiliki kemungkinan untuk berdiri kembali.Jika Sylvia benar-benar bisa berdiri lagi, sebagai istri kontrak Preston, apakah itu berarti Livy harus menyerahkan posisinya? Entah kenapa, rasa takut dan enggan tiba-tiba memenuhi hati Livy.Dalam keadaan linglung, dia bar
Preston mengirim pesan.[ Ada yang kamu suka? ]Livy tidak mengerti, apa sebenarnya maksud Preston?Apakah karena kemarin dia tidak menemani Livy berbelanja, jadi dia membiarkannya memilih sebuah gaun malam sebagai bentuk kompensasi? Namun, mengapa semua gaun itu justru memiliki gaya yang mirip dengan selera Sylvia?Setelah memikirkannya sejenak, meskipun merasa tidak nyaman, Livy tetap menahan perasaannya dan membalas pesan itu.[ Pak Preston, kenapa ngasih aku gaun malam? ]Preston segera membalas.[ Rabu ini pesta ulang tahun Bahran, pilih satu gaun untuk hadir bersamaku. ]Pesta ulang tahun Bahran? Mengapa dia harus pergi? Apakah Preston lupa bahwa belum lama ini Bahran mencoba berbuat hal yang tidak pantas padanya? Livy masih ingat betul bagaimana dia terluka parah, bahkan hampir mengalami hal yang lebih buruk ....Dengan pikiran itu, Livy membalas pesan tersebut dengan penolakan.[ Aku nggak mau pergi. ]Livy mengira Preston akan memahami alasannya, tetapi balasan Preston membuat
Saat Livy sedang melamun, tiba-tiba pinggangnya dicubit oleh Preston."Kenapa? Sudah terima uang tapi nggak melakukan pekerjaan dengan benar?" Suara Preston terdengar rendah dan sedikit tidak sabar.Livy segera tersadar dan mendekat ke Preston. Dengan gerakan kaku, dia mulai mencoba melepas pakaian Preston. Namun, baru saja menarik pakaiannya, Preston berbicara di dekat telinganya dengan penuh godaan, "Kamu tahu berapa harga baju ini?"Suara rendahnya membuat Livy tertegun. Tangannya langsung berhenti bergerak. Dengan ragu, dia menjawab, "Sepertinya ... aku sudah merusaknya."Livy menunjukkan telapak tangannya dengan hati-hati, di dalamnya terlihat sebuah kancing yang baru saja terlepas. Dengan gugup, Livy menggigit bibirnya dan bertanya, "Sayang, bajumu ini mahal ya?""Nggak terlalu mahal, mungkin kamu cuma perlu bekerja lima tahun untuk menggantinya," jawab Preston santai, sambil menatap ekspresi Livy yang berubah dari terkejut menjadi kesal."Lama sekali."Setelah menikmati perubaha
Saat membahas soal pekerjaan, Livy sama sekali tidak berniat untuk bermesraan dengan Preston. Dia mendorong pria di depannya dan buru-buru bertanya, "Ada apa sebenarnya?"Melihat reaksi Livy, Preston sedikit menjauh, lalu menjelaskan, "Ada angka yang salah di proposal proyek kalian. Aku sudah minta Bendy untuk memperbaikinya. Livy, kesalahan seperti ini saja bisa terjadi, sepertinya kemampuanmu masih belum cukup."Ada angka yang salah? Bagaimana mungkin!Setiap dokumen yang dia kerjakan selalu diperiksa berkali-kali dengan cermat. Kesalahan seperti itu tidak mungkin terjadi."Jelas-jelas aku sudah periksa," Livy mengerutkan alis.Preston mengangkat alisnya sedikit, "Mengenai detailnya, besok kamu tanyakan saja sama Bendy. Tapi, kali ini aku yang menyelamatkanmu.""Terima kasih, Sayang," ujar Livy dengan nada manis.Bagaimanapun, Preston memang telah membantunya. Utang budi yang sebelumnya saja belum terbalas, kini dia harus menambah satu lagi."Cuma ucapan terima kasih?" Preston melepa
Livy agak terkejut, "Konser Rayn?""Iya! Bukannya kamu suka dia sejak kuliah? Dia sudah satu tahun nggak mengadakan konser. Kali ini, aku berusaha keras dapatin tiketnya. Jadi gimana? Ada waktu, 'kan?" Charlene menjelaskan dengan antusias."Tentu saja ada!" Livy menjawab dengan cepat, "Setelah pekerjaanku selesai minggu depan, aku punya libur panjang lima hari. Charlene, gimana kalau kita liburan bersama?"Dulu, Livy dan Charlene memiliki kebiasaan bepergian bersama setiap tahun, meskipun keduanya tidak punya banyak uang. Tahun ini, mereka masing-masing sibuk dengan urusan sendiri, sehingga belum sempat pergi liburan."Setuju! Nanti aku atur ulang jadwalku. Ngomong-ngomong, gimana kalau aku ajak beberapa pria tampan?" Charlene tertawa dengan usil.Livy sangat mengenal sifat Charlene yang santai dalam hal hubungan asmara. Selama bertahun-tahun, jumlah pacar Charlene bahkan tidak bisa dihitung. Meskipun Livy menyukai cara Charlene yang bebas dan tidak terikat pada satu hubungan, dia send
Segera, Livy menghabiskan sisa makanan, lalu berdiri dan meninggalkan restoran. Saat keluar dari restoran, dia kebetulan melewati sebuah restoran barat.Dari jendela kaca transparan, Livy bisa langsung melihat ke dalam. Di tempat duduk dekat jendela, ada dua orang, yaitu Sylvia dan Preston.Sylvia tampak anggun dan duduk di sisi Preston. Keduanya terlihat begitu serasi. Tanpa sengaja, pandangan Sylvia bertemu dengan Livy.Namun, Sylvia segera mengalihkan pandangannya, seperti sengaja menunjukkan sesuatu padanya. Dia bahkan mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Preston.Gerakan itu begitu mesra, bahkan Livy yang merupakan istri sah tidak pernah menyentuh Preston seperti itu. Sementara itu, Preston tidak menunjukkan tanda-tanda menolak.Hah, dia benar-benar terlalu naif. Livy berpikir, dua hari terakhir ini, Preston merawatnya dengan lembut dan menemaninya belanja, itu berarti Preston sudah mulai punya perasaan untuknya.Sekarang setelah dipikir-pikir, mungkin Preston hanya merasa b