Share

Bab 300

Penulis: Dania Zahra
Kata-kata ini tidak terdengar seperti nada menyalahkan, melainkan penuh kasih sayang.

Livy tertegun mendengarnya. Dia tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke arah pria yang begitu dekat dengannya. Jantungnya berdegup cepat. Dengan sedikit canggung, dia mengalihkan topik pembicaraan, "Bukannya malam ini kamu ada acara makan malam?"

Apalagi, Livy tahu Preston pergi bersama Sylvia malam ini. Livy pun mengira Preston tidak akan pulang malam ini.

"Ya, makan malamnya sudah selesai. Memangnya sekarang sudah jam berapa?" Preston meliriknya dengan ekspresi datar.

Livy menjawab dengan ragu, "Jam 11 lebih?"

"Sekarang sudah jam 1 lewat. Livy, kalau aku nggak pulang malam ini, apa kamu akan merendam dirimu di bak mandi sampai mengembang?"

Nada suara Preston terdengar seperti menyalahkan, tetapi jelas menyiratkan kekhawatiran dan ketidakberdayaan.

Malam ini adalah pesta ulang tahun Xavier. Preston berencana menghabiskan malam dengan suasana yang meriah, tetapi seorang pengawal yang diam-diam menjag
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 301

    "Tadi ... tadi pas pulang kerja," jawab Livy dengan agak gugup, khawatir Preston tidak percaya. Dia buru-buru menambahkan, "Waktu keluar dari lift, aku nggak sengaja kejepit di pintu.""Bodoh sekali. Aku jadi penasaran, gimana caranya kamu bisa diterima di Grup Sandiaga?" Preston menatapnya tajam, seperti ingin menembus pikirannya.Livy menggigit bibirnya. Apakah Preston sedang meragukan kecerdasannya? Dia bisa bergabung dengan Grup Sandiaga tentu karena kemampuannya!Di antara para lulusan seusianya, Livy termasuk salah satu yang terbaik. Namun, tentu tidak semua orang secerdas Preston. Bagaimanapun Livy berusaha, dia tahu dirinya tidak akan bisa menyaingi Preston.Kecerdasan adalah bawaan lahir. Walaupun kerja keras bisa membantu, tetap saja, usaha tidak bisa dibandingkan dengan bakat.Livy ingin membantah, tetapi mengingat pria di hadapannya adalah bosnya, dia menahan diri untuk tidak berbicara lebih jauh.Setelah Preston selesai mengoleskan obat ke semua luka di tubuhnya, Livy buru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 302

    Malam itu, Livy tidur dengan nyenyak. Ketika dia bangun, Preston tepat berada di sampingnya dan mengobati luka di tangannya dengan teliti.Melihat Livy terbangun, Preston mengingatkannya dengan nada datar, "Usahakan jangan terlalu banyak menggunakan tangan kiri. Selain itu, pergi ke departemen keuangan untuk laporkan ini sebagai cedera kerja."Fasilitas di Grup Sandiaga sangat baik. Jika dianggap sebagai cedera kerja, bukan hanya biaya pengobatan yang akan diganti, tetapi Livy juga akan mendapatkan 3 hari cuti."Oke, terima kasih." Membayangkan bisa libur 5 hari karena masih ada akhir pekan, Livy pun tersenyum penuh harapan.Setelah selesai menangani luka Livy, Preston pergi ke rumah sakit dulu. Sementara itu, Livy sarapan dan diantar oleh Remis ke perusahaan.Di perusahaan, tatapan para rekan kerja masih terlihat aneh. Namun, hari ini tatapan mereka bercampur dengan rasa simpati dan makna lain yang sulit dipahami."Livy, dasar kamu ini." Salah satu rekan kerjanya menghela napas panjan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 303

    Duar! Otak Livy seakan-akan berhenti bekerja. Bendy gay? Dan sering datang mencarinya hanya untuk menjadikan dia mak comblang? Demi mengklarifikasi hubungan mereka, Bendy sampai berkorban sejauh ini? Ini benar-benar membingungkan ...."Livy, kita termasuk teman dekat lho. Kasih tahu sedikit dong, siapa pria itu sebenarnya?" Ivana semakin penasaran, antusiasme terpancar jelas dari matanya."Uh ... soal itu, aku tetap nggak bisa bilang. Sudahlah, kita kerja dulu. Nanti kamu boleh pilih mau makan apa." Livy buru-buru mengganti topik pembicaraan.Ivana segera mengangguk dan terpaksa berhenti bertanya. "Aku pilih yang sering aku bilang itu ya. Enak banget! Oh ya, tanganmu kenapa?""Cuma kejepit di lift, nggak apa-apa." Livy mencatat makanan yang diinginkan Ivana. Setelah mengobrol sesaat lagi, mereka mulai fokus bekerja.Sepanjang pagi, ponsel Livy terus berbunyi. Semua pesan itu adalah makian dari Zoey. Salah satu pesan kebetulan terlihat oleh Ivana.Ivana langsung merasa geram dan berkata

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 304

    Hah? Livy merasa bingung. Apakah dia seharusnya berterima kasih kepada Preston lebih dulu? Sebenarnya, dia tidak terlalu memperhatikan hal itu. Ini karena kantor Bendy lebih dekat, jadi dia langsung kemari.Preston juga menyadari bahwa nada bicaranya tadi agak aneh. Dia mengubah nada bicaranya menjadi lebih dingin dan memerintah, "Ikut aku ke kantor.""Oh, baik." Livy mengikuti Preston dengan patuh.Setelah mereka masuk, Preston tidak mengatakan apa pun. Dia hanya memandang dokumen di mejanya tanpa melirik Livy.Apa maksud pria ini? Livy tidak bisa memahami mood Preston. Dia curiga dirinya dipanggil hanya untuk berdiri diam sebagai hukuman.Setelah ragu sejenak, Livy akhirnya bertanya, "Pak, apa ada tugas untukku?""Ingat untuk pulang tepat waktu malam ini," ujar Preston tiba-tiba."Hah?" Livy masih bingung.Preston memandangnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan berkata, "Sepertinya kamu kurang suka dengan pakaian yang ada di rumah. Jadi, malam ini aku akan membawamu memilih paka

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 305

    "Semua pakaian di lemari disiapkan untukmu. Bukan karena aku meremehkan pakaianmu yang sederhana, tapi karena aku adalah suamimu. Apa salahnya kalau aku membeli pakaian untuk istri sendiri?" tanya Preston dengan suara rendah. Dia mengangkat dagu Livy agar mereka saling menatap.Entah itu hanya perasaannya atau bukan, tetapi Livy merasa dirinya melihat sedikit kelembutan di mata Preston yang biasanya dingin.Dengan gelisah, Livy mencengkeram ujung bajunya dan membalas dengan suara lirih, "Tapi, semua barang itu terlalu mahal. Aku nggak bisa membalasmu dengan sesuatu yang setara."Preston tidak peduli dan berkata dengan santai, "Nggak masalah. Kamu bisa pakai uangku untuk membelikanku sesuatu, itu juga dianggap hadiah. Lagian, aku punya banyak uang. Harga bukan masalah untukku."Orang kaya memang selalu seenaknya."Jadi, Livy, apa kamu bisa meluangkan waktumu malam ini?" Preston kembali ke topik utama.Livy tetap merasa pemborosan seperti itu tidak perlu, jadi menjawab, "Pakaian di lemar

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 306

    Situasi Zoey saat ini jelas tidak menyenangkan. Grup Sandiaga terlalu besar sehingga tidak bisa dihindari adanya diskriminasi di tempat kerja.Apalagi Zoey, yang langsung ditempatkan di departemen iklan tanpa pengalaman sebelumnya. Ditambah lagi insiden semalam, hari-harinya di departemen itu tentu tidak akan mudah."Terserah kamu. Sekarang aku nggak punya kemampuan untuk membantumu," ujar Livy dengan dingin.Zoey terdiam cukup lama sebelum tiba-tiba tertawa sinis dan berkata, "Livy, aku tahu apa yang kamu inginkan! Sebagai istri Preston, kamu pasti sangat ingin mendapatkan hati Preston, 'kan?"Livy tidak bisa menyangkalnya. Dia memang cukup menyukai Preston. Lagi pula, wanita mana yang tidak ingin mendapatkan hati pria seperti Preston setelah berada di sisinya?"Gimana kalau kita buat kesepakatan?" Zoey tiba-tiba berkata, "Aku akan membantumu mendapatkan hati Preston dan menghancurkan Sylvia. Sebagai gantinya, kamu harus bantu aku mendapatkan posisi tetap di Grup Sandiaga dan memperke

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 307

    "Pak?" Preston kembali merasa terganggu dengan panggilan itu.Namun, Livy tidak mengubah panggilannya dan menjawab dengan tegas, "Ini masih dalam area perusahaan, sudah seharusnya aku memanggilmu Pak.""Pandai sekali menjawab." Preston mendengus, lalu memberi instruksi kepada sopir di depan. "Masuk dari pintu belakang mal.""Baik, Pak."Jarak mal dari perusahaan tidak jauh, hanya dua blok. Sebelum turun dari mobil, Livy masih sangat berwaspada dan mengenakan maskernya dengan hati-hati."Ini pintu belakang dan toko sudah kukosongkan. Kamu nggak perlu terlalu khawatir." Preston takut wanita ini sesak napas karena memakai masker."Oh." Livy menjawab singkat, tetapi tetap tidak melepaskan maskernya. Dia mengikuti di sisi Preston dengan patuh.Tatapan Preston tertuju padanya dan memancarkan sedikit kekesalan. Saat ini, Livy yang memakai kardigan rajut tampak sangat patuh seperti kucing kecil yang manis. Wanita itu berdiri tenang di sisinya.Pada saat seperti ini, Preston bisa sepenuhnya mem

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 308

    Orang-orang bilang, memakai pakaian yang sama itu bukan masalah. Namun, siapa yang terlihat jelek yang akan merasa malu.Meskipun Livy merasa dirinya terlihat cantik dengan pakaian ini, dibandingkan dengan Sylvia yang memang merupakan seorang putri keluarga kaya, penampilannya terasa kurang mencolok."Preston, ternyata benaran kamu," sapa Sylvia sambil tersenyum lembut. "Tadi kudengar dari orang mal kalau lantai ini disewa. Aku sempat berpikir apa mungkin kamu ada di sini. Siapa sangka, kita langsung bertemu."Jadi, lantai ini sudah disewa? Lantas, kenapa Sylvia masih bisa naik ke sini? Pertanyaan ini hanya berputar sebentar di kepala Livy sebelum dia mentertawakan diri sendiri karena pertanyaan itu. Orang lain mungkin tidak bisa masuk, tetapi Sylvia berbeda. Bagi Preston, Sylvia selalu menjadi pengecualian."Hm, aku menemaninya membeli pakaian," sahut Preston dengan tenang."Oh, begitu." Pandangan Sylvia tertuju pada Livy, senyumnya semakin lembut. "Bu Livy, ini pasti Preston yang pil

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 421

    Hesti mencengkeram tangan Livy dengan begitu bersemangat sampai meninggalkan bekas.Livy yang merasa lucu menepuk tangan Hesti dan berkata, "Aku juga nggak begitu yakin. Tapi, dia sepertinya hanya ingin keluar untuk bersantai, kita pura-pura nggak mengenalnya saja.""Benar! Sebagai penggemar yang baik, kita nggak boleh mengganggu idola," kata Hesti yang berusaha menahan kegembiraannya. Namun, saat memesan makanan, dia tetap terus menatap Ryan dan tidak berkedip sedikit pun. Setelah selesai memesan makanan, dia memilih meja yang sangat dekat dan terus menatap Ryan."Livy, bolehkah ... aku foto sekali saja? Aku benar-benar sangat senang, aku janji hanya satu foto saja," kata Hesti, lalu diam-diam mengeluarkan ponselnya.Namun, begitu kamera diarahkan pada Ryan, dua pengawal sudah mendekat dari kejauhan. Pada saat yang bersamaan, kilatan kamera ponsel pun menyala dan terlihat begitu jelas di tengah kegelapan malam. Restoran bakaran yang memang sepi tiba-tiba dikepung oleh dua pengawal yan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 420

    Livy terlihat bingung, tidak mengerti apa maksud perkataan Sherly. Dia ingin mengusir Sherly? Sejak kapan dia melakukan hal ini?Livy mengernyitkan alis dan menjawab, "Bu Sherly, aku nggak mengerti apa yang kamu katakan."Sherly langsung berkata, "Livy, soal malam itu, sebenarnya aku juga terpaksa. Itu semua karena Gavin tertarik padamu. Dia bilang ada seorang wanita cantik dari Grup Sandiaga di pesta itu, jadi dia menyuruhku pergi ke pesta itu untuk memberimu obat.""Aku benar-benar nggak punya pilihan, aku juga nggak bisa menyinggungnya. Aku minta maaf, aku mohon padamu. Aku rela kehilangan posisiku, aku akan menyerahkan posisiku padamu ...."Cara bicara Sherly makin kacau dan bahkan terus memohon dengan nada yang sangat putus asa, membuat Livy langsung tidak tahu bagaimana harus merespons. Meskipun pada akhirnya dia baik-baik saja, dia tetap merasa perbuatan Sherly padanya sungguh keterlaluan. Dia sulit untuk memaafkan Sherly tanpa perasaan dendam sedikit pun.Selain itu, Livy juga

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 419

    Melihat Hesti masih terus sibuk bergosip, Livy tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dia juga tidak mungkin mengaku wanita yang dirumorkan sakit-sakitan adalah dia sendiri. "Aku nggak terlalu memperhatikan."Hesti menganggukkan kepala dengan kecewa. "Baiklah. Aduh. Aku sebenarnya sangat penasaran wanita seperti apa yang bisa menaklukkan Pak Preston, dia pasti sangat luar biasa."Livy berpikir sebenarnya tidak juga, dia hanya seorang wanita biasa saja.Setelah mengobrol dengan Hesti sebentar lagi, Livy kembali ke mejanya. Namun, entah mengapa, sikap rekan-rekan kerjanya sepertinya jauh lebih ramah dibandingkan sebelumnya. Dia juga tidak mendapatkan tugas-tugas aneh dan disuruh membeli kopi lagi, bahkan Darren juga memberikannya beberapa dokumen secara khusus."Livy, ini daftar mitra bisnis yang sering bekerja sama dengan Grup Sandiaga, aku berencana membawamu bertemu dengan mereka nanti. Tapi, mereka ini hanya mitra kecil. Kalau mitra yang besar, kamu juga tahu mereka sudah ditangani mas

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 418

    Suka? Suka siapa? Suka Preston? Pikiran Livy langsung menjadi kacau.Namun, saat melihat tatapan Preston yang sulit ditebak maksudnya, Livy langsung menggelengkan kepala sambil menggigit bibirnya dan segera memalingkan kepalanya. "Sayang, aku nggak mengerti apa yang kamu katakan. Siapa pun pasti akan menyukai wajahmu yang begitu tampan ini, suka melihat wajahmu."Bagaimanapun juga, tidak banyak wanita yang sanggup menolak wajah tampan seperti ini."Yang aku maksud bukan hanya wajahku saja," kata Preston sambil mencengkeram bahu Livy untuk memaksa Livy terus menatapnya. Jika tidak menyukainya, Livy tidak mungkin akan bereaksi seperti ini."Livy, apa kamu punya perasaan lain padaku?" tanya Preston lagi dengan penuh tekanan.Livy membuka mulutnya, tetapi dia merasa sangat gelisah sampai tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dia memang menyukai Preston, tetapi Preston sudah menegaskan sejak awal bahwa hubungan mereka hanya saling menguntungkan saja. Jika Preston tahu perasaannya yang sebena

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 417

    Tanpa mempertimbangkan sudah berapa banyak nyawa yang telah dihabisi Gavin dan hanya bagi Livy sendiri saja, Gavin adalah pria yang hampir saja merenggut nyawanya."Aku nggak begitu mengerti urusan seperti ini. Sayang, kamu saja yang menanganinya," kata Livy yang tidak mungkin memaafkan Gavin begitu saja di depan Fabian. Menurutnya, pilihan terbaik adalah menyerahkan masalah ini pada Preston."Pak Preston, aku mohon padamu. Anakku memang bersalah. Tenang saja, aku akan membuangnya ke luar negeri dan nggak akan kembali mengganggumu selama sepuluh tahun ke depan. Bisakah kamu memaafkan Keluarga Soedjono dan mengampuni nyawanya?" kata Fabian yang terus memohon pada Preston dengan air mata mengalir di wajahnya, menunjukkan dirinya adalah ayah yang baik.Namun, Preston hanya menatap Fabian dengan dingin dan berkata dengan cuek, "Pak Fabian, manusia nggak boleh serakah. Antara Keluarga Soedjono atau Gavin, kamu harus memilih salah satu."Fabian langsung tertegun sejenak, lalu menoleh ke arah

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 416

    Setelah diam-diam melirik Preston, Livy meneguk habis dua gelas air dingin dan mengganti filmnya dengan tegas.Preston langsung menatap Livy dan berkata, "Kenapa? Filmnya masih belum berakhir."Livy berkata dengan canggung, "Aku tiba-tiba nggak ingin menontonnya lagi. Sayang, bagaimana kalau kita jalan-jalan di luar?"Saat ini, cuaca di luar sangat dingin. Livy tidak percaya sisa obat yang terakhir ini akan membuatnya terangsang lagi setelah terkena angin dingin.Namun, begitu mendengar perkataan itu, Preston langsung menatap Livy dengan ambigu. "Sepertinya semalam kamu masih belum lelah, jadi sekarang masih punya tenaga untuk jalan-jalan."Livy berpikir bagaimana mungkin dan secara refleks menggigil. Meskipun Preston tidak lelah setelah berhubungan selama dua hari berturut-turut, kakinya sudah gemetar. Namun, justru karena begitu, dia baru merasa tubuhnya tidak kuat dan ingin jalan-jalan di luar. "Aku hanya merasa terlalu pengap di rumah. Sayang, bagaimana kalau aku pergi jalan-jalan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 415

    "Mengadu apa?" Livy tertegun. Dia hanya merasa bahwa Preston pasti salah paham lagi."Aku nggak tahu apa yang kamu salah pahami kali ini, tapi aku sama sekali nggak mengatakan apa pun pada Ayah. Kalau kamu nggak percaya, ada rekaman di ruang tamu. Kamu bisa memeriksanya!"Meskipun Livy sudah terbiasa dengan kenyataan bahwa Preston sering salah paham padanya, saat mengatakan ini, dia tetap ingin menangis.Matanya memerah, tetapi dia tetap menatap Preston dengan keras kepala. Bibir merahnya sedikit bergetar, lalu air mata mulai jatuh.Melihat itu, Preston merasa gusar. Dengan kesal, dia menghapus air mata di sudut mata Livy dan menggerutu, "Kenapa kamu cengeng sekali? Kamu ini terbuat dari air atau apa?""Bukan begitu." Livy menggeleng dengan cepat, tetapi wajahnya masih ditahan oleh tangan Preston. Jari-jari kasar pria itu menyapu sudut matanya."Kamu yang selalu salah paham padaku." Suaranya terisak karena menangis. Dia terdengar seperti kelinci kecil yang sedang ditindas, membuat siap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status