Share

Bab 268

Penulis: Dania Zahra
Tingkah laku Sylvia yang seperti istri sah ini membuat Livy agak bingung. Apa salahnya dia mencari Preston di malam hari? Di waktu seperti ini, seharusnya suaminya berada di sisinya, 'kan?

Meskipun Preston mencintai Sylvia, Livy tetap adalah istri sah Preston. Sikap Sylvia ini sepertinya agak berlebihan.

Selain itu, jika mereka memang ingin bersama dengan terang-terangan, Sylvia bisa saja menyuruh Preston membatalkan pernikahannya dengan Livy. Dengan demikian, bukankah hubungan mereka bisa sah? Kenapa harus berbelit-belit begini?

Melihat data yang jelas-jelas salah di depannya, Livy tidak ingin berpikir terlalu banyak. Dia mencoba menenangkan emosinya dan segera berkata, "Aku ingin mengonfirmasi data dengan Pak Preston."

"Preston, Bu Livy bilang ada urusan pekerjaan denganmu." Suara Sylvia terdengar agak menjauh.

Kemudian, Livy mendengar suara kartu yang sedang dimainkan dengan jelas. Livy merasa dirinya benar-benar seperti badut.

Preston sedang bersenang-senang dengan wanita cantik, s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 269

    Xavier mengerutkan alisnya dan menggoda dengan nada santai, "Sylvia, kamu 'kan adikku, kenapa terus membela Preston? Kemari, duduk di sampingku.""Kak, masa kamu cemburu sama Preston?" Sylvia terkekeh-kekeh.Xavier tidak melanjutkan pembicaraan. Saat hampir selesai, Xavier dan Preston pergi membayar tagihan."Preston, saat kamu menikah, aku di luar negeri dan belum sempat mengucapkan selamat." Wajah Xavier tampak tulus.Meskipun belum pernah bertemu dengan wanita itu, Xavier yakin wanita itu tidak buruk. Lagi pula, sahabatnya yang sudah lama menjomblo ini tiba-tiba memutuskan untuk menikah."Nggak apa-apa," sahut Preston. Mengenai masalah pernikahan kontrak, dia tidak ingin terlalu banyak orang tahu. Kalau sampai terdengar oleh Tristan, pasti sulit untuk menghadapinya."Ada sesuatu yang harus kutanyakan." Xavier berbicara lagi, tetapi kali ini terdengar ragu. "Apa perasaanmu terhadap Sylvia?"Preston menjawab tanpa ragu, "Sylvia telah berjasa padaku. Aku sangat berterima kasih atas apa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 270

    Preston memanggilnya? Apa dia tidak puas dengan dokumen kemarin? Livy merasa agak tertekan.Kenapa harus dikumpulkan kemarin malam, sementara Preston jelas-jelas tidak berniat untuk memeriksa dokumen itu kemarin malam? Bukankah dia baru memeriksanya pagi ini? Preston malah memintanya untuk lembur.Karena Preston adalah bos yang menggajinya, Livy hanya bisa menahan kekesalannya dan segera mengiakan. Kemudian, dia masuk ke lift dengan terburu-buru.Setibanya di depan ruangan Preston, sebelum masuk, Livy sudah mendengar suara pertengkaran dari dalam. "Preston, apa maksudmu?"Suara itu tidak asing bagi Livy, itu adalah suara Bahran."Kamu ingin menindasku ya! Kamu tahu berapa kerugian yang akan kutanggung karena kamu menahan dua drama besar ini? Jangan kira karena Ayah mendukungmu, kamu bisa bertindak semaunya! Kamu cuma anak haram!"Kemudian, terdengar suara Preston yang dingin. "Aku melakukannya demi Keluarga Sandiaga. Setelah kedua drama itu tayang, kamu pikir kamu dan dua aktris itu ma

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 271

    Hubungan Livy dan Stanley membuat Preston merasa sangat tidak nyaman sampai sekarang. Malam itu, Preston sebenarnya berniat untuk bicara dengan baik-baik, tetapi wanita itu meneteskan air mata dengan cerdik, membuatnya terlihat seperti pihak yang bersalah.Namun, bagaimanapun Livy masih istri sahnya dan Preston sangat terobsesi pada tubuhnya. Jika Livy sedikit memanjakannya dan menyelesaikan masalahnya dengan Stanley, Preston tidak akan sengaja menyulitkannya dalam hal pekerjaan.Namun ... Livy yang ada di depannya jelas tidak berpikir demikian. Dia mengira Preston sedang mengancamnya. Dia mengira Preston sedang memberi peringatan bahwa dia masih istri sahnya. Jadi, jika tidak bisa menyelesaikan pekerjaan semudah ini, dia bukan hanya akan dipecat, tetapi juga akan dibuang. Ketika saat itu tiba, hidupnya benar-benar akan hancur.Dengan ekspresi bingung, Livy menggenggam berkas di tangannya dengan semakin erat. "Baik, aku mengerti. Aku akan menyerahkan berkasnya sebelum besok sore."Sete

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 272

    Livy termangu sejenak, memang tidak tahu soal ini.Ke mana Preston pergi, apa yang dia lakukan, dan dengan siapa dia bersama, jika tidak diberitahukan secara khusus, Livy sama sekali tidak tahu. Atau lebih tepatnya, dia tidak punya hak untuk peduli atau menanyakan tentang keberadaan Preston. Jadi, dia sebenarnya tidak tahu banyak tentang Preston."Zoey, lemburku nggak ada hubungannya denganmu, 'kan? Justru kamu yang aneh. Seingatku, petugas kebersihan sudah pulang jam segini, 'kan?"Livy memandang Zoey dengan agak lelah. Dia benar-benar tidak ingin terlibat konflik dengan Zoey di tempat ini. Setelah seharian bekerja, dia hanya ingin makan dan menyelesaikan pekerjaannya. Dia sangat lelah hingga tidak ada energi untuk berurusan dengan Zoey."Kenapa? Aku nggak boleh lembur?" Zoey mengalihkan pandangannya. Dia dihukum untuk lembur karena bermalas-malasan. Namun, semua ini karena Livy yang tidak berguna!Mengingat hal ini, kebencian Zoey semakin dalam. Dia menggertakkan gigi sambil bertanya

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 273

    Namun, Sylvia tampaknya tidak ingin melepaskan Livy begitu saja. Sepanjang malam, dia terus mengirim pesan, bahkan terus memesan makanan untuk Livy demi menonjolkan eksistensinya."Preston, aku nggak tahu Bu Livy suka makanan dari restoran ini nggak." Setelah kembali dari luar, Sylvia duduk manis di samping dan memandang Preston yang sedang bermain biliar.Mendengar nama itu, tangan Preston yang memegang stik biliar membeku sejenak. Kemudian, dia menyesuaikan emosinya dan bertanya dengan nada datar, "Kamu pesan makanan untuk Livy?""Ya." Sylvia tersenyum dengan murah hati. Sambil menatap Preston dengan manja, dia berkata, "Meskipun sering bertengkar dengan Bu Livy, jangan terlalu keras pada wanita. Dia pasti capek karena lembur terus.""Kalau kamu merasa nggak nyaman, pindahkan saja Bu Livy ke cabang. Dia akan lebih nyaman di sana, kamu juga nggak perlu setiap hari merasa terganggu."Pindah ke cabang? Pikiran ini berkelebat sesaat di benak Preston sebelum dia segera membuang jauh-jauh.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 274

    Bendy? Livy semakin bingung. Apa mungkin Bendy juga lembur sampai dini hari kemarin? Bekerja di bawah Preston memang sangat melelahkan. Namun, bagaimana bisa Bendy tiba-tiba memberinya jas?Sebelum Livy sempat menemukan jawaban, suara Ivana yang penuh semangat terdengar lagi. "Livy, aku sudah bilang, kamu dan Pak Bendy sangat serasi! Meskipun kalian bertengkar, dia tetap nggak melupakanmu dan diam-diam peduli padamu! Ahhh, aku bisa mati melihat cinta kalian!"Ha .... Livy merasa canggung dan hanya bisa tersenyum. Kini, dia merasa jas itu benar-benar panas. Bendy tidak mungkin tertarik padanya. Mungkin dia hanya kasihan melihat Livy tidur di meja, jadi memberinya jas agar tidak kedinginan. Pasti hanya seperti itu.Livy mencari alasan untuk menenangkan dirinya, lalu mengambil barang yang sudah disiapkan oleh Ivana dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Untungnya, setelah lembur semalam, dia berhasil menyelesaikan dokumennya dengan cukup lancar. Sekitar pukul 10 pagi, dokumen i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 1

    Sebagai seorang sekretaris, bagaimana caranya menggoda atasan yang merupakan seorang presdir? Langsung tidur dengannya. Itulah yang dilakukan oleh Livy Pratama.Saat ini, keningnya dibasahi keringat, rambut hitam panjangnya terurai di bahu, dan telapak tangannya menempel di dinding .... Tubuhnya bergetar dan kedua kakinya terasa sangat lemas hingga tak bisa berdiri tegak.Dia hampir terjatuh, tetapi Preston Sandiaga buru-buru menangkapnya dan melemparkannya ke atas ranjang. Livy merasakan ranjang itu tenggelam dan tak lama kemudian, dia harus menghadapi babak baru yang penuh gairah.Livy tidak menyangka semuanya akan berjalan begitu lancar malam ini.Mereka sedang dalam perjalanan bisnis saat ini dan keduanya menginap di hotel yang sama. Livy merasa agak mabuk setelah jamuan makan malam tadi, sehingga dia memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Preston.Preston membuka pintu kamar dan melihatnya. Livy bahkan belum sempat memulai pertunjukan yang telah dipersiapkannya. Namun, dia telah di

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 2

    Mendengar perkataan itu, tangan Livy langsung gemetaran. Ponselnya tergelincir dari tangannya dan terjatuh ke lantai. Livy bahkan sempat curiga pendengarannya bermasalah.Sambil memegang dadanya, Livy buru-buru memungut kembali ponselnya dan bertanya dengan terbata-bata, "Pak Preston, apa ... ada masalah?""Kamu tahu sendiri." Setelah melontarkan ucapan tersebut, Preston langsung menutup teleponnya. Wajah Livy memucat seketika.Ini benar-benar gawat! Preston pasti mau buat perhitungan dengannya!Setelah Livy meletakkan koper Preston di dalam apartemennya, dia segera pulang ke rumah dan mulai mengirimkan lamaran pekerjaan. Karena terlalu lelah, Livy tertidur di atas meja begitu selesai mengirimkan beberapa lamaran. Tiba-tiba, dering telepon membangunkannya.Melihat nama Preston di layar, Livy langsung terkejut dan rasa kantuknya hilang seketika. Dia segera mengangkat telepon itu. "Pak ... Pak Preston.""Di mana kamu?" Pertanyaan yang sederhana itu membuat bulu kuduknya berdiri.Livy mel

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 274

    Bendy? Livy semakin bingung. Apa mungkin Bendy juga lembur sampai dini hari kemarin? Bekerja di bawah Preston memang sangat melelahkan. Namun, bagaimana bisa Bendy tiba-tiba memberinya jas?Sebelum Livy sempat menemukan jawaban, suara Ivana yang penuh semangat terdengar lagi. "Livy, aku sudah bilang, kamu dan Pak Bendy sangat serasi! Meskipun kalian bertengkar, dia tetap nggak melupakanmu dan diam-diam peduli padamu! Ahhh, aku bisa mati melihat cinta kalian!"Ha .... Livy merasa canggung dan hanya bisa tersenyum. Kini, dia merasa jas itu benar-benar panas. Bendy tidak mungkin tertarik padanya. Mungkin dia hanya kasihan melihat Livy tidur di meja, jadi memberinya jas agar tidak kedinginan. Pasti hanya seperti itu.Livy mencari alasan untuk menenangkan dirinya, lalu mengambil barang yang sudah disiapkan oleh Ivana dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Untungnya, setelah lembur semalam, dia berhasil menyelesaikan dokumennya dengan cukup lancar. Sekitar pukul 10 pagi, dokumen i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 273

    Namun, Sylvia tampaknya tidak ingin melepaskan Livy begitu saja. Sepanjang malam, dia terus mengirim pesan, bahkan terus memesan makanan untuk Livy demi menonjolkan eksistensinya."Preston, aku nggak tahu Bu Livy suka makanan dari restoran ini nggak." Setelah kembali dari luar, Sylvia duduk manis di samping dan memandang Preston yang sedang bermain biliar.Mendengar nama itu, tangan Preston yang memegang stik biliar membeku sejenak. Kemudian, dia menyesuaikan emosinya dan bertanya dengan nada datar, "Kamu pesan makanan untuk Livy?""Ya." Sylvia tersenyum dengan murah hati. Sambil menatap Preston dengan manja, dia berkata, "Meskipun sering bertengkar dengan Bu Livy, jangan terlalu keras pada wanita. Dia pasti capek karena lembur terus.""Kalau kamu merasa nggak nyaman, pindahkan saja Bu Livy ke cabang. Dia akan lebih nyaman di sana, kamu juga nggak perlu setiap hari merasa terganggu."Pindah ke cabang? Pikiran ini berkelebat sesaat di benak Preston sebelum dia segera membuang jauh-jauh.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 272

    Livy termangu sejenak, memang tidak tahu soal ini.Ke mana Preston pergi, apa yang dia lakukan, dan dengan siapa dia bersama, jika tidak diberitahukan secara khusus, Livy sama sekali tidak tahu. Atau lebih tepatnya, dia tidak punya hak untuk peduli atau menanyakan tentang keberadaan Preston. Jadi, dia sebenarnya tidak tahu banyak tentang Preston."Zoey, lemburku nggak ada hubungannya denganmu, 'kan? Justru kamu yang aneh. Seingatku, petugas kebersihan sudah pulang jam segini, 'kan?"Livy memandang Zoey dengan agak lelah. Dia benar-benar tidak ingin terlibat konflik dengan Zoey di tempat ini. Setelah seharian bekerja, dia hanya ingin makan dan menyelesaikan pekerjaannya. Dia sangat lelah hingga tidak ada energi untuk berurusan dengan Zoey."Kenapa? Aku nggak boleh lembur?" Zoey mengalihkan pandangannya. Dia dihukum untuk lembur karena bermalas-malasan. Namun, semua ini karena Livy yang tidak berguna!Mengingat hal ini, kebencian Zoey semakin dalam. Dia menggertakkan gigi sambil bertanya

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 271

    Hubungan Livy dan Stanley membuat Preston merasa sangat tidak nyaman sampai sekarang. Malam itu, Preston sebenarnya berniat untuk bicara dengan baik-baik, tetapi wanita itu meneteskan air mata dengan cerdik, membuatnya terlihat seperti pihak yang bersalah.Namun, bagaimanapun Livy masih istri sahnya dan Preston sangat terobsesi pada tubuhnya. Jika Livy sedikit memanjakannya dan menyelesaikan masalahnya dengan Stanley, Preston tidak akan sengaja menyulitkannya dalam hal pekerjaan.Namun ... Livy yang ada di depannya jelas tidak berpikir demikian. Dia mengira Preston sedang mengancamnya. Dia mengira Preston sedang memberi peringatan bahwa dia masih istri sahnya. Jadi, jika tidak bisa menyelesaikan pekerjaan semudah ini, dia bukan hanya akan dipecat, tetapi juga akan dibuang. Ketika saat itu tiba, hidupnya benar-benar akan hancur.Dengan ekspresi bingung, Livy menggenggam berkas di tangannya dengan semakin erat. "Baik, aku mengerti. Aku akan menyerahkan berkasnya sebelum besok sore."Sete

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 270

    Preston memanggilnya? Apa dia tidak puas dengan dokumen kemarin? Livy merasa agak tertekan.Kenapa harus dikumpulkan kemarin malam, sementara Preston jelas-jelas tidak berniat untuk memeriksa dokumen itu kemarin malam? Bukankah dia baru memeriksanya pagi ini? Preston malah memintanya untuk lembur.Karena Preston adalah bos yang menggajinya, Livy hanya bisa menahan kekesalannya dan segera mengiakan. Kemudian, dia masuk ke lift dengan terburu-buru.Setibanya di depan ruangan Preston, sebelum masuk, Livy sudah mendengar suara pertengkaran dari dalam. "Preston, apa maksudmu?"Suara itu tidak asing bagi Livy, itu adalah suara Bahran."Kamu ingin menindasku ya! Kamu tahu berapa kerugian yang akan kutanggung karena kamu menahan dua drama besar ini? Jangan kira karena Ayah mendukungmu, kamu bisa bertindak semaunya! Kamu cuma anak haram!"Kemudian, terdengar suara Preston yang dingin. "Aku melakukannya demi Keluarga Sandiaga. Setelah kedua drama itu tayang, kamu pikir kamu dan dua aktris itu ma

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 269

    Xavier mengerutkan alisnya dan menggoda dengan nada santai, "Sylvia, kamu 'kan adikku, kenapa terus membela Preston? Kemari, duduk di sampingku.""Kak, masa kamu cemburu sama Preston?" Sylvia terkekeh-kekeh.Xavier tidak melanjutkan pembicaraan. Saat hampir selesai, Xavier dan Preston pergi membayar tagihan."Preston, saat kamu menikah, aku di luar negeri dan belum sempat mengucapkan selamat." Wajah Xavier tampak tulus.Meskipun belum pernah bertemu dengan wanita itu, Xavier yakin wanita itu tidak buruk. Lagi pula, sahabatnya yang sudah lama menjomblo ini tiba-tiba memutuskan untuk menikah."Nggak apa-apa," sahut Preston. Mengenai masalah pernikahan kontrak, dia tidak ingin terlalu banyak orang tahu. Kalau sampai terdengar oleh Tristan, pasti sulit untuk menghadapinya."Ada sesuatu yang harus kutanyakan." Xavier berbicara lagi, tetapi kali ini terdengar ragu. "Apa perasaanmu terhadap Sylvia?"Preston menjawab tanpa ragu, "Sylvia telah berjasa padaku. Aku sangat berterima kasih atas apa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 268

    Tingkah laku Sylvia yang seperti istri sah ini membuat Livy agak bingung. Apa salahnya dia mencari Preston di malam hari? Di waktu seperti ini, seharusnya suaminya berada di sisinya, 'kan?Meskipun Preston mencintai Sylvia, Livy tetap adalah istri sah Preston. Sikap Sylvia ini sepertinya agak berlebihan.Selain itu, jika mereka memang ingin bersama dengan terang-terangan, Sylvia bisa saja menyuruh Preston membatalkan pernikahannya dengan Livy. Dengan demikian, bukankah hubungan mereka bisa sah? Kenapa harus berbelit-belit begini?Melihat data yang jelas-jelas salah di depannya, Livy tidak ingin berpikir terlalu banyak. Dia mencoba menenangkan emosinya dan segera berkata, "Aku ingin mengonfirmasi data dengan Pak Preston.""Preston, Bu Livy bilang ada urusan pekerjaan denganmu." Suara Sylvia terdengar agak menjauh.Kemudian, Livy mendengar suara kartu yang sedang dimainkan dengan jelas. Livy merasa dirinya benar-benar seperti badut.Preston sedang bersenang-senang dengan wanita cantik, s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 267

    Jadi, Livy langsung menelepon Tina. "Bi, malam ini aku akan tinggal di kantor. Aku nggak pulang.""Kenapa begitu?" Tina terdengar sangat cemas. "Aduh, meskipun perusahaan milik keluarga, kamu nggak boleh kelelahan. Nanti malah sakit.""Nggak masalah, Bi. Akhir-akhir ini aku merasa tubuhku sangat baik, nggak apa-apa." Livy menenangkan Tina.Segera, Livy kembali memeriksa angka-angka di depannya. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Livy menoleh, melihat Bendy berdiri di depan pintu.Suaranya agak canggung. "Bu Livy, kamu masih belum pulang?""Ya, masih ada kerjaan yang belum selesai," sahut Livy."Kalau begitu ...." Bendy menghela napas, lalu maju dan menyerahkan sebuah dokumen kepada Livy. "Dokumen ini cukup mendesak. Awalnya Pak Preston mau minta Bu Sherly untuk mengaturnya, tapi Bu Sherly bilang kamu masih di kantor. Jadi, Pak Preston menyarankan agar kamu yang mengerjakannya saja."Preston .... Apa dia merasa pekerjaannya masih belum cukup banyak? Pikiran Livy yang tadinya suda

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 266

    Tidak peduli apa yang dipikirkan Preston, Livy sangat membutuhkan pekerjaan ini. Selain itu, dia sudah menghabiskan masa mudanya di Grup Sandiaga dan merasa punya hubungan istimewa dengan tempat ini. Semua bukan semata-mata demi Preston.Livy memaksakan senyuman kepada Sherly dan berkata, "Aku paham. Terima kasih banyak atas bantuannya, Bu.""Nggak masalah, kita satu departemen. Semoga kita bisa saling membantu ke depannya." Sherly tersenyum datar dan memberi peringatan, "Tapi, aku tetap harus mengatakan satu hal. Sepertinya kamu telah membuat Preston marah. Kalau ada waktu, coba cari kerjaan di tempat lain.""Grup Sandiaga memang bagus. Tapi, kalau kamu nggak bisa bertahan di sini, setidaknya siapkan jalan mundur untuk diri sendiri.""Baik, terima kasih atas nasihatnya, Bu." Wajah Livy semakin pucat. Dia tahu betul betapa besarnya kekuasaan Preston. Jika benar-benar dipecat, Livy merasa dia tidak akan bisa bertahan di ibu kota."Livy, ada apa? Kenapa tiba-tiba Pak Preston ...." Ivana

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status