Share

Bab 276

Author: Dania Zahra
Beban yang ada di dalam hati Preston semakin berat. Perasaan peduli Preston terhadap Livy kini sirna tanpa jejak.

"Karena kamu sudah terbiasa dengan lembur, proyek selanjutnya akan kuserahkan kepadamu," ujar Preston sambil melemparkan sebuah berkas dengan santai.

Livy menerima berkas itu dan melihatnya. Matanya agak berbinar-binar. Dia segera berkata, "Baik, aku mengerti, Pak."

Setelah itu, Livy membawa berkas itu dan pergi dengan senang hati. Proyek ini mungkin bukan proyek yang sangat penting di Grup Sandiaga. Namun bagi Livy, ini adalah kesempatan yang baik untuk naik jabatan.

Jika berhasil dikerjakan dengan baik, kemungkinan besar dia akan dipromosikan. Bahkan jika hasilnya biasa-biasa saja, bonus dari proyek ini pasti tidak sedikit. Apa pun hasilnya, ini jelas hanya akan menguntungkan Livy.

Livy merasa senang karena mengira Preston memberinya kesempatan untuk naik jabatan. Sementara itu di dalam kantor, Preston memegang cangkir kopinya dengan erat. Urat-uratnya sampai terlihat.

To
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 277

    Tina membuat banyak makanan enak untuk Livy. Setelah mengamati Livy dengan saksama, Tina menghela napas dan berkata, "Nyonya, sesibuk apa pun kamu, jangan sampai mengabaikan kesehatan.""Mulai sekarang, nggak peduli seberapa larut, kamu tetap pulang saja. Biar sopir yang jemput. Aku akan selalu menyiapkan makanan enak untukmu di rumah."Livy hampir menangis. Setelah neneknya meninggal, jarang ada orang yang begitu perhatian terhadap kesehatannya. Tina sudah seperti anggota keluarga baginya.Dengan terharu, Livy mengangguk dan menghabiskan makanannya. Karena sudah malam, Livy berencana mandi dan tidur.Begitu keluar dari kamar mandi, masuk panggilan dari Charlene. "Livy, akhirnya kamu ada waktu untuk angkat telepon."Charlene mengeluh, "Kamu punya pacar lain atau gara-gara Preston, kamu jadi mengabaikanku?""Mana mungkin!" Livy buru-buru membujuk. Memang belakangan ini dia terlalu sibuk, jadi pesan dari Charlene tidak sempat dibalas.Ketika Charlene menelpon, Livy hanya bisa bicara sebe

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 278

    Livy tanpa sadar ingin melawan. Saat ini, terdengar suara Charlene dari ujung telepon. "Ada apa, Livy? Apa Preston pulang? Aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Dengar-dengar dari temanku, Preston ini punya hubungan nggak jelas dengan Sylvia, putri Keluarga Widodo. Dia memang bajingan ...."Sebelum Charlene selesai berbicara, ponsel Livy telah direbut oleh Preston dan panggilan dimatikan."Pak ...." Livy masih ingin melawan, tetapi Preston semakin dekat. Ciuman panas terus bergulir di bibirnya, sungguh posesif dan agresif."Kamu mabuk, Pak ...." Livy menahan dada Preston dengan kedua tangannya, untuk mencegah pria itu menyerangnya.Namun, tatapan Preston menjadi sangat dingin. Tangan besarnya langsung menggenggam tangan Livy, lalu diangkat ke atas kepala. Saat berikutnya, Preston menindih tubuh Livy."Livy, ini bukan jam kerja. Kamu nggak seharusnya memanggilku dengan sebutan itu." Preston agak mabuk, tetapi masih punya kesadaran.Mereka seharusnya tidur di kamar masing-masing malam ini tan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 279

    Sebelumnya Livy selalu menyambutnya dengan penuh antusiasme. Lantas, kenapa sekarang malah berbeda?Apa mungkin karena Livy telah bertemu Stanley dan pikirannya hanya tertuju pada Stanley, hingga dia tidak ingin berpura-pura lagi di hadapannya?Semakin memikirkan ini, kemarahan dan kecemburuan Preston semakin membara. Hal ini membuat gerakan Preston semakin kasar. Livy yang kesakitan tak kuasa meneteskan air mata. Pada akhirnya, dia mendongak dan menatap Preston dengan keras kepala sekaligus enggan."Ya, aku memang nggak menginginkannya. Apa kamu bisa melepaskanku?" balas Livy. Sebelumnya dia selalu melakukannya dengan sukarela, bahkan dengan senang hati.Namun, Preston yang di bawah pengaruh alkohol hari ini, tampak berbeda. Preston jelas-jelas hanya menganggapnya sebagai alat, sama sekali tidak memberinya kelembutan. Livy tidak menginginkan rasa sakit seperti ini.Namun, Preston tidak berpikir seperti itu. Menurut Preston, Livy ingin menjaga tubuhnya untuk Stanley. Wanita ini menolak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 280

    Livy menarik napas panjang beberapa kali, berusaha menenangkan dirinya sebelum buru-buru mengoleskan obat dan bergegas pergi bekerja. Untungnya, sopir mengemudi cukup cepat sehingga dia tiba di kantor tepat waktu.Begitu duduk, Sherly datang dengan membawa setumpuk dokumen. Dia bertanya, "Livy, kamu mengurus proyek ini sendirian, pasti capek ya?"Livy tertegun sesaat, mengira Sherly khawatir dia tidak bisa menyelesaikan tugas dan akan dimarahi oleh Preston. Dia segera menyahut "Nggak juga. Memang ada banyak hal yang belum aku pahami, tapi aku pasti bisa mengatasinya.""Pak Preston juga keterlaluan .... Kamu baru 3 tahun di perusahaan ini, tapi dia sudah menyerahkan proyek ini sepenuhnya kepadamu."Sherly menghela napas pelan, menatap Livy dengan agak kasihan. Kemudian, dia berkata, "Kebetulan aku sedang nggak ada kerjaan. Nanti kita kerjakan bersama saja. Kita bagi tugas supaya lebih efisien."Livy langsung berseri-seri mendengar tawarannya. Proyek yang diberikan Preston memang tidak b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 281

    Setelah mengunjungi beberapa toko bahan, Livy akhirnya tiba di pusat material. Dari kejauhan, dia melihat seseorang yang sangat dikenalnya."Livy, kita ini memang punya jodoh yang unik ya ...." Bahran melangkah besar mantap mendekati Livy.Penampilan seseorang ditentukan oleh cara berpakaiannya. Setelah mengenakan setelan jas, Bahran memang terlihat agak lebih rapi, meskipun tidak bisa menutupi wajahnya yang pucat akibat gaya hidup berlebihan.Rambutnya disisir ke belakang dengan minyak rambut sehingga memberikan kesan necis. Dengan senyuman sinis yang menyiratkan maksud buruk, dia berkata, "Kamu datang untuk urusan Preston, ya? Aneh sekali, punya istri secantik kamu, bukannya dijaga di rumah dengan baik, malah dibiarkan keluar pamer ke mana-mana."Kata-katanya membuat Livy merasa mual. Dia mundur dua langkah tanpa sadar, tapi Bahran tak menyadarinya sama sekali. Dia malah mendekat lagi.Pandangannya tertuju ke leher Livy, lalu berkata, "Oh, ternyata baru bersenang-senang, ya? Tapi sud

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 282

    Setelah hampir sepanjang hari berkeliling pasar, Livy berhasil mendapatkan gambaran harga dari bahan-bahan yang dibutuhkannya. Setelah data terkumpul, dia berencana untuk pulang, menyusun dokumen, dan mulai merancang kerja sama sesuai kebutuhan.Namun, ada yang aneh. Remis yang dimintanya untuk menjemput pada pukul enam, masih belum muncul meskipun waktu sudah lewat lebih dari setengah jam. Saat hendak menelepon untuk menanyakan keberadaannya, sebuah mobil yang dikenalnya berhenti di depannya.Seorang pria yang mengenakan masker berada di balik kemudi. Matanya tampak sedikit gugup saat menatap Livy, lalu berkata, "Apakah ini Bu Livy? Aku adik Remis. Barusan dia mendadak kena radang usus buntu dan harus dibawa ke rumah sakit. Aku datang untuk mengantar Bu Livy pulang.""Baiklah," jawab Livy tanpa berpikir panjang.Remis yang merupakan sopir Keluarga Sandiaga, selalu siap siaga kapan saja. Livy berpikir, mungkin selama ini dia tidak menjaga pola makan dengan baik, sehingga jatuh sakit.S

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 1

    Sebagai seorang sekretaris, bagaimana caranya menggoda atasan yang merupakan seorang presdir? Langsung tidur dengannya. Itulah yang dilakukan oleh Livy Pratama.Saat ini, keningnya dibasahi keringat, rambut hitam panjangnya terurai di bahu, dan telapak tangannya menempel di dinding .... Tubuhnya bergetar dan kedua kakinya terasa sangat lemas hingga tak bisa berdiri tegak.Dia hampir terjatuh, tetapi Preston Sandiaga buru-buru menangkapnya dan melemparkannya ke atas ranjang. Livy merasakan ranjang itu tenggelam dan tak lama kemudian, dia harus menghadapi babak baru yang penuh gairah.Livy tidak menyangka semuanya akan berjalan begitu lancar malam ini.Mereka sedang dalam perjalanan bisnis saat ini dan keduanya menginap di hotel yang sama. Livy merasa agak mabuk setelah jamuan makan malam tadi, sehingga dia memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Preston.Preston membuka pintu kamar dan melihatnya. Livy bahkan belum sempat memulai pertunjukan yang telah dipersiapkannya. Namun, dia telah di

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 2

    Mendengar perkataan itu, tangan Livy langsung gemetaran. Ponselnya tergelincir dari tangannya dan terjatuh ke lantai. Livy bahkan sempat curiga pendengarannya bermasalah.Sambil memegang dadanya, Livy buru-buru memungut kembali ponselnya dan bertanya dengan terbata-bata, "Pak Preston, apa ... ada masalah?""Kamu tahu sendiri." Setelah melontarkan ucapan tersebut, Preston langsung menutup teleponnya. Wajah Livy memucat seketika.Ini benar-benar gawat! Preston pasti mau buat perhitungan dengannya!Setelah Livy meletakkan koper Preston di dalam apartemennya, dia segera pulang ke rumah dan mulai mengirimkan lamaran pekerjaan. Karena terlalu lelah, Livy tertidur di atas meja begitu selesai mengirimkan beberapa lamaran. Tiba-tiba, dering telepon membangunkannya.Melihat nama Preston di layar, Livy langsung terkejut dan rasa kantuknya hilang seketika. Dia segera mengangkat telepon itu. "Pak ... Pak Preston.""Di mana kamu?" Pertanyaan yang sederhana itu membuat bulu kuduknya berdiri.Livy mel

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 282

    Setelah hampir sepanjang hari berkeliling pasar, Livy berhasil mendapatkan gambaran harga dari bahan-bahan yang dibutuhkannya. Setelah data terkumpul, dia berencana untuk pulang, menyusun dokumen, dan mulai merancang kerja sama sesuai kebutuhan.Namun, ada yang aneh. Remis yang dimintanya untuk menjemput pada pukul enam, masih belum muncul meskipun waktu sudah lewat lebih dari setengah jam. Saat hendak menelepon untuk menanyakan keberadaannya, sebuah mobil yang dikenalnya berhenti di depannya.Seorang pria yang mengenakan masker berada di balik kemudi. Matanya tampak sedikit gugup saat menatap Livy, lalu berkata, "Apakah ini Bu Livy? Aku adik Remis. Barusan dia mendadak kena radang usus buntu dan harus dibawa ke rumah sakit. Aku datang untuk mengantar Bu Livy pulang.""Baiklah," jawab Livy tanpa berpikir panjang.Remis yang merupakan sopir Keluarga Sandiaga, selalu siap siaga kapan saja. Livy berpikir, mungkin selama ini dia tidak menjaga pola makan dengan baik, sehingga jatuh sakit.S

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 281

    Setelah mengunjungi beberapa toko bahan, Livy akhirnya tiba di pusat material. Dari kejauhan, dia melihat seseorang yang sangat dikenalnya."Livy, kita ini memang punya jodoh yang unik ya ...." Bahran melangkah besar mantap mendekati Livy.Penampilan seseorang ditentukan oleh cara berpakaiannya. Setelah mengenakan setelan jas, Bahran memang terlihat agak lebih rapi, meskipun tidak bisa menutupi wajahnya yang pucat akibat gaya hidup berlebihan.Rambutnya disisir ke belakang dengan minyak rambut sehingga memberikan kesan necis. Dengan senyuman sinis yang menyiratkan maksud buruk, dia berkata, "Kamu datang untuk urusan Preston, ya? Aneh sekali, punya istri secantik kamu, bukannya dijaga di rumah dengan baik, malah dibiarkan keluar pamer ke mana-mana."Kata-katanya membuat Livy merasa mual. Dia mundur dua langkah tanpa sadar, tapi Bahran tak menyadarinya sama sekali. Dia malah mendekat lagi.Pandangannya tertuju ke leher Livy, lalu berkata, "Oh, ternyata baru bersenang-senang, ya? Tapi sud

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 280

    Livy menarik napas panjang beberapa kali, berusaha menenangkan dirinya sebelum buru-buru mengoleskan obat dan bergegas pergi bekerja. Untungnya, sopir mengemudi cukup cepat sehingga dia tiba di kantor tepat waktu.Begitu duduk, Sherly datang dengan membawa setumpuk dokumen. Dia bertanya, "Livy, kamu mengurus proyek ini sendirian, pasti capek ya?"Livy tertegun sesaat, mengira Sherly khawatir dia tidak bisa menyelesaikan tugas dan akan dimarahi oleh Preston. Dia segera menyahut "Nggak juga. Memang ada banyak hal yang belum aku pahami, tapi aku pasti bisa mengatasinya.""Pak Preston juga keterlaluan .... Kamu baru 3 tahun di perusahaan ini, tapi dia sudah menyerahkan proyek ini sepenuhnya kepadamu."Sherly menghela napas pelan, menatap Livy dengan agak kasihan. Kemudian, dia berkata, "Kebetulan aku sedang nggak ada kerjaan. Nanti kita kerjakan bersama saja. Kita bagi tugas supaya lebih efisien."Livy langsung berseri-seri mendengar tawarannya. Proyek yang diberikan Preston memang tidak b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 279

    Sebelumnya Livy selalu menyambutnya dengan penuh antusiasme. Lantas, kenapa sekarang malah berbeda?Apa mungkin karena Livy telah bertemu Stanley dan pikirannya hanya tertuju pada Stanley, hingga dia tidak ingin berpura-pura lagi di hadapannya?Semakin memikirkan ini, kemarahan dan kecemburuan Preston semakin membara. Hal ini membuat gerakan Preston semakin kasar. Livy yang kesakitan tak kuasa meneteskan air mata. Pada akhirnya, dia mendongak dan menatap Preston dengan keras kepala sekaligus enggan."Ya, aku memang nggak menginginkannya. Apa kamu bisa melepaskanku?" balas Livy. Sebelumnya dia selalu melakukannya dengan sukarela, bahkan dengan senang hati.Namun, Preston yang di bawah pengaruh alkohol hari ini, tampak berbeda. Preston jelas-jelas hanya menganggapnya sebagai alat, sama sekali tidak memberinya kelembutan. Livy tidak menginginkan rasa sakit seperti ini.Namun, Preston tidak berpikir seperti itu. Menurut Preston, Livy ingin menjaga tubuhnya untuk Stanley. Wanita ini menolak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 278

    Livy tanpa sadar ingin melawan. Saat ini, terdengar suara Charlene dari ujung telepon. "Ada apa, Livy? Apa Preston pulang? Aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Dengar-dengar dari temanku, Preston ini punya hubungan nggak jelas dengan Sylvia, putri Keluarga Widodo. Dia memang bajingan ...."Sebelum Charlene selesai berbicara, ponsel Livy telah direbut oleh Preston dan panggilan dimatikan."Pak ...." Livy masih ingin melawan, tetapi Preston semakin dekat. Ciuman panas terus bergulir di bibirnya, sungguh posesif dan agresif."Kamu mabuk, Pak ...." Livy menahan dada Preston dengan kedua tangannya, untuk mencegah pria itu menyerangnya.Namun, tatapan Preston menjadi sangat dingin. Tangan besarnya langsung menggenggam tangan Livy, lalu diangkat ke atas kepala. Saat berikutnya, Preston menindih tubuh Livy."Livy, ini bukan jam kerja. Kamu nggak seharusnya memanggilku dengan sebutan itu." Preston agak mabuk, tetapi masih punya kesadaran.Mereka seharusnya tidur di kamar masing-masing malam ini tan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 277

    Tina membuat banyak makanan enak untuk Livy. Setelah mengamati Livy dengan saksama, Tina menghela napas dan berkata, "Nyonya, sesibuk apa pun kamu, jangan sampai mengabaikan kesehatan.""Mulai sekarang, nggak peduli seberapa larut, kamu tetap pulang saja. Biar sopir yang jemput. Aku akan selalu menyiapkan makanan enak untukmu di rumah."Livy hampir menangis. Setelah neneknya meninggal, jarang ada orang yang begitu perhatian terhadap kesehatannya. Tina sudah seperti anggota keluarga baginya.Dengan terharu, Livy mengangguk dan menghabiskan makanannya. Karena sudah malam, Livy berencana mandi dan tidur.Begitu keluar dari kamar mandi, masuk panggilan dari Charlene. "Livy, akhirnya kamu ada waktu untuk angkat telepon."Charlene mengeluh, "Kamu punya pacar lain atau gara-gara Preston, kamu jadi mengabaikanku?""Mana mungkin!" Livy buru-buru membujuk. Memang belakangan ini dia terlalu sibuk, jadi pesan dari Charlene tidak sempat dibalas.Ketika Charlene menelpon, Livy hanya bisa bicara sebe

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 276

    Beban yang ada di dalam hati Preston semakin berat. Perasaan peduli Preston terhadap Livy kini sirna tanpa jejak."Karena kamu sudah terbiasa dengan lembur, proyek selanjutnya akan kuserahkan kepadamu," ujar Preston sambil melemparkan sebuah berkas dengan santai.Livy menerima berkas itu dan melihatnya. Matanya agak berbinar-binar. Dia segera berkata, "Baik, aku mengerti, Pak."Setelah itu, Livy membawa berkas itu dan pergi dengan senang hati. Proyek ini mungkin bukan proyek yang sangat penting di Grup Sandiaga. Namun bagi Livy, ini adalah kesempatan yang baik untuk naik jabatan.Jika berhasil dikerjakan dengan baik, kemungkinan besar dia akan dipromosikan. Bahkan jika hasilnya biasa-biasa saja, bonus dari proyek ini pasti tidak sedikit. Apa pun hasilnya, ini jelas hanya akan menguntungkan Livy.Livy merasa senang karena mengira Preston memberinya kesempatan untuk naik jabatan. Sementara itu di dalam kantor, Preston memegang cangkir kopinya dengan erat. Urat-uratnya sampai terlihat.To

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 275

    Livy tidak berani bertindak sembarangan. Dia hanya duduk dengan patuh, memegang cangkir teh hangat yang belum tersentuh, lalu menyeruput dengan perlahan.Meskipun sebagian besar perhatian Preston terfokus pada dokumen di hadapannya, sesekali matanya akan melirik ke arah Livy. Setelah lembur dua malam, Livy memang terlihat kelelahan.Semalam setelah mengantar Sylvia pulang, Preston berniat singgah untuk melihat Livy sebentar. Namun, ketika dia sampai di kantor, hari sudah tengah malam dan Livy sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin beristirahat. Dia terus melanjutkan pekerjaannya.Karena gengsi, Preston tidak langsung muncul. Sebaliknya, dia kembali ke ruangannya. Dia turun beberapa kali dan khawatir akan bertemu dengan Livy. Pada akhirnya, Livy tidur pada pukul 2 dini hari lewat.Preston pun mengambil jas yang tertinggal oleh Bendy dan menyelimuti Livy dengan jas itu. Saat melihatnya begitu lelah, sedikit rasa iba muncul dalam hati Preston. Dia tidak seharusnya menggunakan car

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 274

    Bendy? Livy semakin bingung. Apa mungkin Bendy juga lembur sampai dini hari kemarin? Bekerja di bawah Preston memang sangat melelahkan. Namun, bagaimana bisa Bendy tiba-tiba memberinya jas?Sebelum Livy sempat menemukan jawaban, suara Ivana yang penuh semangat terdengar lagi. "Livy, aku sudah bilang, kamu dan Pak Bendy sangat serasi! Meskipun kalian bertengkar, dia tetap nggak melupakanmu dan diam-diam peduli padamu! Ahhh, aku bisa mati melihat cinta kalian!"Ha .... Livy merasa canggung dan hanya bisa tersenyum. Kini, dia merasa jas itu benar-benar panas. Bendy tidak mungkin tertarik padanya. Mungkin dia hanya kasihan melihat Livy tidur di meja, jadi memberinya jas agar tidak kedinginan. Pasti hanya seperti itu.Livy mencari alasan untuk menenangkan dirinya, lalu mengambil barang yang sudah disiapkan oleh Ivana dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Untungnya, setelah lembur semalam, dia berhasil menyelesaikan dokumennya dengan cukup lancar. Sekitar pukul 10 pagi, dokumen i

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status