Share

Bab 277

Author: Dania Zahra
Tina membuat banyak makanan enak untuk Livy. Setelah mengamati Livy dengan saksama, Tina menghela napas dan berkata, "Nyonya, sesibuk apa pun kamu, jangan sampai mengabaikan kesehatan."

"Mulai sekarang, nggak peduli seberapa larut, kamu tetap pulang saja. Biar sopir yang jemput. Aku akan selalu menyiapkan makanan enak untukmu di rumah."

Livy hampir menangis. Setelah neneknya meninggal, jarang ada orang yang begitu perhatian terhadap kesehatannya. Tina sudah seperti anggota keluarga baginya.

Dengan terharu, Livy mengangguk dan menghabiskan makanannya. Karena sudah malam, Livy berencana mandi dan tidur.

Begitu keluar dari kamar mandi, masuk panggilan dari Charlene. "Livy, akhirnya kamu ada waktu untuk angkat telepon."

Charlene mengeluh, "Kamu punya pacar lain atau gara-gara Preston, kamu jadi mengabaikanku?"

"Mana mungkin!" Livy buru-buru membujuk. Memang belakangan ini dia terlalu sibuk, jadi pesan dari Charlene tidak sempat dibalas.

Ketika Charlene menelpon, Livy hanya bisa bicara sebe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 278

    Livy tanpa sadar ingin melawan. Saat ini, terdengar suara Charlene dari ujung telepon. "Ada apa, Livy? Apa Preston pulang? Aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Dengar-dengar dari temanku, Preston ini punya hubungan nggak jelas dengan Sylvia, putri Keluarga Widodo. Dia memang bajingan ...."Sebelum Charlene selesai berbicara, ponsel Livy telah direbut oleh Preston dan panggilan dimatikan."Pak ...." Livy masih ingin melawan, tetapi Preston semakin dekat. Ciuman panas terus bergulir di bibirnya, sungguh posesif dan agresif."Kamu mabuk, Pak ...." Livy menahan dada Preston dengan kedua tangannya, untuk mencegah pria itu menyerangnya.Namun, tatapan Preston menjadi sangat dingin. Tangan besarnya langsung menggenggam tangan Livy, lalu diangkat ke atas kepala. Saat berikutnya, Preston menindih tubuh Livy."Livy, ini bukan jam kerja. Kamu nggak seharusnya memanggilku dengan sebutan itu." Preston agak mabuk, tetapi masih punya kesadaran.Mereka seharusnya tidur di kamar masing-masing malam ini tan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 279

    Sebelumnya Livy selalu menyambutnya dengan penuh antusiasme. Lantas, kenapa sekarang malah berbeda?Apa mungkin karena Livy telah bertemu Stanley dan pikirannya hanya tertuju pada Stanley, hingga dia tidak ingin berpura-pura lagi di hadapannya?Semakin memikirkan ini, kemarahan dan kecemburuan Preston semakin membara. Hal ini membuat gerakan Preston semakin kasar. Livy yang kesakitan tak kuasa meneteskan air mata. Pada akhirnya, dia mendongak dan menatap Preston dengan keras kepala sekaligus enggan."Ya, aku memang nggak menginginkannya. Apa kamu bisa melepaskanku?" balas Livy. Sebelumnya dia selalu melakukannya dengan sukarela, bahkan dengan senang hati.Namun, Preston yang di bawah pengaruh alkohol hari ini, tampak berbeda. Preston jelas-jelas hanya menganggapnya sebagai alat, sama sekali tidak memberinya kelembutan. Livy tidak menginginkan rasa sakit seperti ini.Namun, Preston tidak berpikir seperti itu. Menurut Preston, Livy ingin menjaga tubuhnya untuk Stanley. Wanita ini menolak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 280

    Livy menarik napas panjang beberapa kali, berusaha menenangkan dirinya sebelum buru-buru mengoleskan obat dan bergegas pergi bekerja. Untungnya, sopir mengemudi cukup cepat sehingga dia tiba di kantor tepat waktu.Begitu duduk, Sherly datang dengan membawa setumpuk dokumen. Dia bertanya, "Livy, kamu mengurus proyek ini sendirian, pasti capek ya?"Livy tertegun sesaat, mengira Sherly khawatir dia tidak bisa menyelesaikan tugas dan akan dimarahi oleh Preston. Dia segera menyahut "Nggak juga. Memang ada banyak hal yang belum aku pahami, tapi aku pasti bisa mengatasinya.""Pak Preston juga keterlaluan .... Kamu baru 3 tahun di perusahaan ini, tapi dia sudah menyerahkan proyek ini sepenuhnya kepadamu."Sherly menghela napas pelan, menatap Livy dengan agak kasihan. Kemudian, dia berkata, "Kebetulan aku sedang nggak ada kerjaan. Nanti kita kerjakan bersama saja. Kita bagi tugas supaya lebih efisien."Livy langsung berseri-seri mendengar tawarannya. Proyek yang diberikan Preston memang tidak b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 281

    Setelah mengunjungi beberapa toko bahan, Livy akhirnya tiba di pusat material. Dari kejauhan, dia melihat seseorang yang sangat dikenalnya."Livy, kita ini memang punya jodoh yang unik ya ...." Bahran melangkah besar mantap mendekati Livy.Penampilan seseorang ditentukan oleh cara berpakaiannya. Setelah mengenakan setelan jas, Bahran memang terlihat agak lebih rapi, meskipun tidak bisa menutupi wajahnya yang pucat akibat gaya hidup berlebihan.Rambutnya disisir ke belakang dengan minyak rambut sehingga memberikan kesan necis. Dengan senyuman sinis yang menyiratkan maksud buruk, dia berkata, "Kamu datang untuk urusan Preston, ya? Aneh sekali, punya istri secantik kamu, bukannya dijaga di rumah dengan baik, malah dibiarkan keluar pamer ke mana-mana."Kata-katanya membuat Livy merasa mual. Dia mundur dua langkah tanpa sadar, tapi Bahran tak menyadarinya sama sekali. Dia malah mendekat lagi.Pandangannya tertuju ke leher Livy, lalu berkata, "Oh, ternyata baru bersenang-senang, ya? Tapi sud

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 282

    Setelah hampir sepanjang hari berkeliling pasar, Livy berhasil mendapatkan gambaran harga dari bahan-bahan yang dibutuhkannya. Setelah data terkumpul, dia berencana untuk pulang, menyusun dokumen, dan mulai merancang kerja sama sesuai kebutuhan.Namun, ada yang aneh. Remis yang dimintanya untuk menjemput pada pukul enam, masih belum muncul meskipun waktu sudah lewat lebih dari setengah jam. Saat hendak menelepon untuk menanyakan keberadaannya, sebuah mobil yang dikenalnya berhenti di depannya.Seorang pria yang mengenakan masker berada di balik kemudi. Matanya tampak sedikit gugup saat menatap Livy, lalu berkata, "Apakah ini Bu Livy? Aku adik Remis. Barusan dia mendadak kena radang usus buntu dan harus dibawa ke rumah sakit. Aku datang untuk mengantar Bu Livy pulang.""Baiklah," jawab Livy tanpa berpikir panjang.Remis yang merupakan sopir Keluarga Sandiaga, selalu siap siaga kapan saja. Livy berpikir, mungkin selama ini dia tidak menjaga pola makan dengan baik, sehingga jatuh sakit.S

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 283

    Sebagai karyawan di departemen sekretaris, Livy tahu bahwa ponselnya tidak boleh dimatikan dalam keadaan apa pun. Lagi pula, dia juga bukan tipe orang yang mematikan ponsel, bahkan saat tidur.Preston berdiri dengan cepat, ekspresinya menjadi semakin dingin. Dia memastikan, "Dia nggak ada di kantor? Apa dia bilang dia lembur di kantor?""Ng-nggak," jawab Tina gugup. "Nyonya cuma bilang akan pulang lebih lambat."Nada Tina semakin penuh kecemasan. "Tuan, biasanya Nyonya nggak pernah seperti ini, tiba-tiba nggak bisa dihubungi. Jangan-jangan dia ...."Kata-kata Tina terputus. Dia buru-buru meludah beberapa kali, mencoba menepis pikiran buruk. "Nggak mungkin, nggak mungkin ada sesuatu yang terjadi pada Nyonya."Namun, Preston tidak lagi mendengarkan. Dengan penuh ketegangan, dia menutup telepon dengan cepat dan segera menghubungi anak buahnya. "Cari tahu di mana Livy! Kalau dalam satu jam kalian nggak menemukannya, kalian nggak perlu kembali lagi!"....Sementara itu, di dalam ruangan sem

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 284

    Suara yang tidak asing itu masuk ke telinga Livy, membuat matanya yang sudah memerah menjadi lebih berkaca-kaca. Emosi yang lama dia tahan akhirnya menyeruak.Pria yang sedang melakukan kekerasan padanya, Margo, mendadak terdiam. Wajahnya berubah drastis menjadi penuh ketakutan. Dengan suara gemetar, dia berkata, "Pak Preston ...?"Bugh!Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Margo, diikuti dengan tendangan brutal yang mengenai bagian bawah tubuhnya. Preston tidak menunjukkan belas kasihan. Tendangan itu membuat Margo terjatuh ke lantai dan merintih kesakitan sambil memegangi tubuhnya."Preston ...." Livy menatap kosong ke arah pria yang semakin dekat dengannya. Suaranya serak dan sulit didengar setelah semua penderitaan yang dia alami. "A ... akhirnya kamu datang ...."Preston segera melepas jasnya dan menyelimutkannya ke tubuh Livy yang gemetar. Saat Livy bersandar di dadanya yang hangat, semua ketahanannya hancur. Air matanya mengalir deras."Aku ... aku pikir kamu nggak akan datang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 285

    "Apa yang mau dimainkan?" Nada bicara Preston tetap sedingin es. Tanpa memberi kesempatan pada Bahran untuk menjawab, dia menambahkan dengan dingin, "Main-main dengan nyawamu, Kak?"Suara penuh amarah itu membuat Bahran tercekat. Dia terdiam sesaat sebelum mencoba menutupi rasa takutnya dengan kemarahan palsu. "Hei, apa maksudmu?"Namun, Preston tidak berniat melanjutkan percakapan. Dia langsung memutuskan telepon tanpa sepatah kata pun.....Setelah menutup telepon, Preston kembali ke kamar. David baru saja selesai memeriksa kondisi Livy dan langsung memberi laporan begitu dia masuk."Semua cuma luka luar, nggak ada yang kena tulang. Setelah diobati dan beristirahat beberapa hari, kondisinya akan membaik," kata David."Baik." Preston menjawab singkat sambil mengarahkan pandangannya pada Livy yang terbaring di tempat tidur. Matanya dipenuhi rasa sakit yang mendalam.Melihat itu, David mendekatinya dan bertanya dengan suara pelan, "Kak Preston, kalau tadi memang sampai terjadi sesuatu y

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status