Share

Bab 273

Penulis: Dania Zahra
Namun, Sylvia tampaknya tidak ingin melepaskan Livy begitu saja. Sepanjang malam, dia terus mengirim pesan, bahkan terus memesan makanan untuk Livy demi menonjolkan eksistensinya.

"Preston, aku nggak tahu Bu Livy suka makanan dari restoran ini nggak." Setelah kembali dari luar, Sylvia duduk manis di samping dan memandang Preston yang sedang bermain biliar.

Mendengar nama itu, tangan Preston yang memegang stik biliar membeku sejenak. Kemudian, dia menyesuaikan emosinya dan bertanya dengan nada datar, "Kamu pesan makanan untuk Livy?"

"Ya." Sylvia tersenyum dengan murah hati. Sambil menatap Preston dengan manja, dia berkata, "Meskipun sering bertengkar dengan Bu Livy, jangan terlalu keras pada wanita. Dia pasti capek karena lembur terus."

"Kalau kamu merasa nggak nyaman, pindahkan saja Bu Livy ke cabang. Dia akan lebih nyaman di sana, kamu juga nggak perlu setiap hari merasa terganggu."

Pindah ke cabang? Pikiran ini berkelebat sesaat di benak Preston sebelum dia segera membuang jauh-jauh.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 274

    Bendy? Livy semakin bingung. Apa mungkin Bendy juga lembur sampai dini hari kemarin? Bekerja di bawah Preston memang sangat melelahkan. Namun, bagaimana bisa Bendy tiba-tiba memberinya jas?Sebelum Livy sempat menemukan jawaban, suara Ivana yang penuh semangat terdengar lagi. "Livy, aku sudah bilang, kamu dan Pak Bendy sangat serasi! Meskipun kalian bertengkar, dia tetap nggak melupakanmu dan diam-diam peduli padamu! Ahhh, aku bisa mati melihat cinta kalian!"Ha .... Livy merasa canggung dan hanya bisa tersenyum. Kini, dia merasa jas itu benar-benar panas. Bendy tidak mungkin tertarik padanya. Mungkin dia hanya kasihan melihat Livy tidur di meja, jadi memberinya jas agar tidak kedinginan. Pasti hanya seperti itu.Livy mencari alasan untuk menenangkan dirinya, lalu mengambil barang yang sudah disiapkan oleh Ivana dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Untungnya, setelah lembur semalam, dia berhasil menyelesaikan dokumennya dengan cukup lancar. Sekitar pukul 10 pagi, dokumen i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 275

    Livy tidak berani bertindak sembarangan. Dia hanya duduk dengan patuh, memegang cangkir teh hangat yang belum tersentuh, lalu menyeruput dengan perlahan.Meskipun sebagian besar perhatian Preston terfokus pada dokumen di hadapannya, sesekali matanya akan melirik ke arah Livy. Setelah lembur dua malam, Livy memang terlihat kelelahan.Semalam setelah mengantar Sylvia pulang, Preston berniat singgah untuk melihat Livy sebentar. Namun, ketika dia sampai di kantor, hari sudah tengah malam dan Livy sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin beristirahat. Dia terus melanjutkan pekerjaannya.Karena gengsi, Preston tidak langsung muncul. Sebaliknya, dia kembali ke ruangannya. Dia turun beberapa kali dan khawatir akan bertemu dengan Livy. Pada akhirnya, Livy tidur pada pukul 2 dini hari lewat.Preston pun mengambil jas yang tertinggal oleh Bendy dan menyelimuti Livy dengan jas itu. Saat melihatnya begitu lelah, sedikit rasa iba muncul dalam hati Preston. Dia tidak seharusnya menggunakan car

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 276

    Beban yang ada di dalam hati Preston semakin berat. Perasaan peduli Preston terhadap Livy kini sirna tanpa jejak."Karena kamu sudah terbiasa dengan lembur, proyek selanjutnya akan kuserahkan kepadamu," ujar Preston sambil melemparkan sebuah berkas dengan santai.Livy menerima berkas itu dan melihatnya. Matanya agak berbinar-binar. Dia segera berkata, "Baik, aku mengerti, Pak."Setelah itu, Livy membawa berkas itu dan pergi dengan senang hati. Proyek ini mungkin bukan proyek yang sangat penting di Grup Sandiaga. Namun bagi Livy, ini adalah kesempatan yang baik untuk naik jabatan.Jika berhasil dikerjakan dengan baik, kemungkinan besar dia akan dipromosikan. Bahkan jika hasilnya biasa-biasa saja, bonus dari proyek ini pasti tidak sedikit. Apa pun hasilnya, ini jelas hanya akan menguntungkan Livy.Livy merasa senang karena mengira Preston memberinya kesempatan untuk naik jabatan. Sementara itu di dalam kantor, Preston memegang cangkir kopinya dengan erat. Urat-uratnya sampai terlihat.To

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 277

    Tina membuat banyak makanan enak untuk Livy. Setelah mengamati Livy dengan saksama, Tina menghela napas dan berkata, "Nyonya, sesibuk apa pun kamu, jangan sampai mengabaikan kesehatan.""Mulai sekarang, nggak peduli seberapa larut, kamu tetap pulang saja. Biar sopir yang jemput. Aku akan selalu menyiapkan makanan enak untukmu di rumah."Livy hampir menangis. Setelah neneknya meninggal, jarang ada orang yang begitu perhatian terhadap kesehatannya. Tina sudah seperti anggota keluarga baginya.Dengan terharu, Livy mengangguk dan menghabiskan makanannya. Karena sudah malam, Livy berencana mandi dan tidur.Begitu keluar dari kamar mandi, masuk panggilan dari Charlene. "Livy, akhirnya kamu ada waktu untuk angkat telepon."Charlene mengeluh, "Kamu punya pacar lain atau gara-gara Preston, kamu jadi mengabaikanku?""Mana mungkin!" Livy buru-buru membujuk. Memang belakangan ini dia terlalu sibuk, jadi pesan dari Charlene tidak sempat dibalas.Ketika Charlene menelpon, Livy hanya bisa bicara sebe

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 278

    Livy tanpa sadar ingin melawan. Saat ini, terdengar suara Charlene dari ujung telepon. "Ada apa, Livy? Apa Preston pulang? Aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Dengar-dengar dari temanku, Preston ini punya hubungan nggak jelas dengan Sylvia, putri Keluarga Widodo. Dia memang bajingan ...."Sebelum Charlene selesai berbicara, ponsel Livy telah direbut oleh Preston dan panggilan dimatikan."Pak ...." Livy masih ingin melawan, tetapi Preston semakin dekat. Ciuman panas terus bergulir di bibirnya, sungguh posesif dan agresif."Kamu mabuk, Pak ...." Livy menahan dada Preston dengan kedua tangannya, untuk mencegah pria itu menyerangnya.Namun, tatapan Preston menjadi sangat dingin. Tangan besarnya langsung menggenggam tangan Livy, lalu diangkat ke atas kepala. Saat berikutnya, Preston menindih tubuh Livy."Livy, ini bukan jam kerja. Kamu nggak seharusnya memanggilku dengan sebutan itu." Preston agak mabuk, tetapi masih punya kesadaran.Mereka seharusnya tidur di kamar masing-masing malam ini tan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 1

    Sebagai seorang sekretaris, bagaimana caranya menggoda atasan yang merupakan seorang presdir? Langsung tidur dengannya. Itulah yang dilakukan oleh Livy Pratama.Saat ini, keningnya dibasahi keringat, rambut hitam panjangnya terurai di bahu, dan telapak tangannya menempel di dinding .... Tubuhnya bergetar dan kedua kakinya terasa sangat lemas hingga tak bisa berdiri tegak.Dia hampir terjatuh, tetapi Preston Sandiaga buru-buru menangkapnya dan melemparkannya ke atas ranjang. Livy merasakan ranjang itu tenggelam dan tak lama kemudian, dia harus menghadapi babak baru yang penuh gairah.Livy tidak menyangka semuanya akan berjalan begitu lancar malam ini.Mereka sedang dalam perjalanan bisnis saat ini dan keduanya menginap di hotel yang sama. Livy merasa agak mabuk setelah jamuan makan malam tadi, sehingga dia memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Preston.Preston membuka pintu kamar dan melihatnya. Livy bahkan belum sempat memulai pertunjukan yang telah dipersiapkannya. Namun, dia telah di

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 2

    Mendengar perkataan itu, tangan Livy langsung gemetaran. Ponselnya tergelincir dari tangannya dan terjatuh ke lantai. Livy bahkan sempat curiga pendengarannya bermasalah.Sambil memegang dadanya, Livy buru-buru memungut kembali ponselnya dan bertanya dengan terbata-bata, "Pak Preston, apa ... ada masalah?""Kamu tahu sendiri." Setelah melontarkan ucapan tersebut, Preston langsung menutup teleponnya. Wajah Livy memucat seketika.Ini benar-benar gawat! Preston pasti mau buat perhitungan dengannya!Setelah Livy meletakkan koper Preston di dalam apartemennya, dia segera pulang ke rumah dan mulai mengirimkan lamaran pekerjaan. Karena terlalu lelah, Livy tertidur di atas meja begitu selesai mengirimkan beberapa lamaran. Tiba-tiba, dering telepon membangunkannya.Melihat nama Preston di layar, Livy langsung terkejut dan rasa kantuknya hilang seketika. Dia segera mengangkat telepon itu. "Pak ... Pak Preston.""Di mana kamu?" Pertanyaan yang sederhana itu membuat bulu kuduknya berdiri.Livy mel

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 3

    Stanley bahkan mengira Livy sedang bercanda dengannya. Hingga saat dia melihat bekas berwarna merah di leher Livy, emosi Stanley langsung memuncak. "Pria mana itu? Livy, kamu mengkhianatiku!""Maling teriak maling nih? Stanley, kamu boleh menikahi wanita lain, tapi aku nggak boleh nikah duluan?" ucap Livy sambil mendengus dingin. Saat ini, Livy masih tidak ingin memberi tahu Stanley tentang Preston.Setelah Stanley menikahi Chloe nanti, Livy akan jadi bibinya. Livy sangat penasaran, bagaimana reaksi Stanley nantinya setelah mengetahui hal ini?"Nggak mungkin! Kamu nikah sama siapa? Siapa yang mau nikahin kamu? Kenapa aku nggak tahu sama sekali?" teriak Stanley dengan marah.Livy benar-benar heran mengapa dulu dia begitu mencintai Stanley. Apa pun yang Stanley katakan, dia percayai sepenuhnya. Namun pada akhirnya, dia hanya dipermainkan.Tiga bulan lalu saat mendengar berita pernikahan Stanley, Livy kehilangan berat badan hingga 10 kilogram dalam waktu 10 hari. Tubuhnya sangat lemah, se

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 278

    Livy tanpa sadar ingin melawan. Saat ini, terdengar suara Charlene dari ujung telepon. "Ada apa, Livy? Apa Preston pulang? Aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Dengar-dengar dari temanku, Preston ini punya hubungan nggak jelas dengan Sylvia, putri Keluarga Widodo. Dia memang bajingan ...."Sebelum Charlene selesai berbicara, ponsel Livy telah direbut oleh Preston dan panggilan dimatikan."Pak ...." Livy masih ingin melawan, tetapi Preston semakin dekat. Ciuman panas terus bergulir di bibirnya, sungguh posesif dan agresif."Kamu mabuk, Pak ...." Livy menahan dada Preston dengan kedua tangannya, untuk mencegah pria itu menyerangnya.Namun, tatapan Preston menjadi sangat dingin. Tangan besarnya langsung menggenggam tangan Livy, lalu diangkat ke atas kepala. Saat berikutnya, Preston menindih tubuh Livy."Livy, ini bukan jam kerja. Kamu nggak seharusnya memanggilku dengan sebutan itu." Preston agak mabuk, tetapi masih punya kesadaran.Mereka seharusnya tidur di kamar masing-masing malam ini tan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 277

    Tina membuat banyak makanan enak untuk Livy. Setelah mengamati Livy dengan saksama, Tina menghela napas dan berkata, "Nyonya, sesibuk apa pun kamu, jangan sampai mengabaikan kesehatan.""Mulai sekarang, nggak peduli seberapa larut, kamu tetap pulang saja. Biar sopir yang jemput. Aku akan selalu menyiapkan makanan enak untukmu di rumah."Livy hampir menangis. Setelah neneknya meninggal, jarang ada orang yang begitu perhatian terhadap kesehatannya. Tina sudah seperti anggota keluarga baginya.Dengan terharu, Livy mengangguk dan menghabiskan makanannya. Karena sudah malam, Livy berencana mandi dan tidur.Begitu keluar dari kamar mandi, masuk panggilan dari Charlene. "Livy, akhirnya kamu ada waktu untuk angkat telepon."Charlene mengeluh, "Kamu punya pacar lain atau gara-gara Preston, kamu jadi mengabaikanku?""Mana mungkin!" Livy buru-buru membujuk. Memang belakangan ini dia terlalu sibuk, jadi pesan dari Charlene tidak sempat dibalas.Ketika Charlene menelpon, Livy hanya bisa bicara sebe

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 276

    Beban yang ada di dalam hati Preston semakin berat. Perasaan peduli Preston terhadap Livy kini sirna tanpa jejak."Karena kamu sudah terbiasa dengan lembur, proyek selanjutnya akan kuserahkan kepadamu," ujar Preston sambil melemparkan sebuah berkas dengan santai.Livy menerima berkas itu dan melihatnya. Matanya agak berbinar-binar. Dia segera berkata, "Baik, aku mengerti, Pak."Setelah itu, Livy membawa berkas itu dan pergi dengan senang hati. Proyek ini mungkin bukan proyek yang sangat penting di Grup Sandiaga. Namun bagi Livy, ini adalah kesempatan yang baik untuk naik jabatan.Jika berhasil dikerjakan dengan baik, kemungkinan besar dia akan dipromosikan. Bahkan jika hasilnya biasa-biasa saja, bonus dari proyek ini pasti tidak sedikit. Apa pun hasilnya, ini jelas hanya akan menguntungkan Livy.Livy merasa senang karena mengira Preston memberinya kesempatan untuk naik jabatan. Sementara itu di dalam kantor, Preston memegang cangkir kopinya dengan erat. Urat-uratnya sampai terlihat.To

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 275

    Livy tidak berani bertindak sembarangan. Dia hanya duduk dengan patuh, memegang cangkir teh hangat yang belum tersentuh, lalu menyeruput dengan perlahan.Meskipun sebagian besar perhatian Preston terfokus pada dokumen di hadapannya, sesekali matanya akan melirik ke arah Livy. Setelah lembur dua malam, Livy memang terlihat kelelahan.Semalam setelah mengantar Sylvia pulang, Preston berniat singgah untuk melihat Livy sebentar. Namun, ketika dia sampai di kantor, hari sudah tengah malam dan Livy sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin beristirahat. Dia terus melanjutkan pekerjaannya.Karena gengsi, Preston tidak langsung muncul. Sebaliknya, dia kembali ke ruangannya. Dia turun beberapa kali dan khawatir akan bertemu dengan Livy. Pada akhirnya, Livy tidur pada pukul 2 dini hari lewat.Preston pun mengambil jas yang tertinggal oleh Bendy dan menyelimuti Livy dengan jas itu. Saat melihatnya begitu lelah, sedikit rasa iba muncul dalam hati Preston. Dia tidak seharusnya menggunakan car

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 274

    Bendy? Livy semakin bingung. Apa mungkin Bendy juga lembur sampai dini hari kemarin? Bekerja di bawah Preston memang sangat melelahkan. Namun, bagaimana bisa Bendy tiba-tiba memberinya jas?Sebelum Livy sempat menemukan jawaban, suara Ivana yang penuh semangat terdengar lagi. "Livy, aku sudah bilang, kamu dan Pak Bendy sangat serasi! Meskipun kalian bertengkar, dia tetap nggak melupakanmu dan diam-diam peduli padamu! Ahhh, aku bisa mati melihat cinta kalian!"Ha .... Livy merasa canggung dan hanya bisa tersenyum. Kini, dia merasa jas itu benar-benar panas. Bendy tidak mungkin tertarik padanya. Mungkin dia hanya kasihan melihat Livy tidur di meja, jadi memberinya jas agar tidak kedinginan. Pasti hanya seperti itu.Livy mencari alasan untuk menenangkan dirinya, lalu mengambil barang yang sudah disiapkan oleh Ivana dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Untungnya, setelah lembur semalam, dia berhasil menyelesaikan dokumennya dengan cukup lancar. Sekitar pukul 10 pagi, dokumen i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 273

    Namun, Sylvia tampaknya tidak ingin melepaskan Livy begitu saja. Sepanjang malam, dia terus mengirim pesan, bahkan terus memesan makanan untuk Livy demi menonjolkan eksistensinya."Preston, aku nggak tahu Bu Livy suka makanan dari restoran ini nggak." Setelah kembali dari luar, Sylvia duduk manis di samping dan memandang Preston yang sedang bermain biliar.Mendengar nama itu, tangan Preston yang memegang stik biliar membeku sejenak. Kemudian, dia menyesuaikan emosinya dan bertanya dengan nada datar, "Kamu pesan makanan untuk Livy?""Ya." Sylvia tersenyum dengan murah hati. Sambil menatap Preston dengan manja, dia berkata, "Meskipun sering bertengkar dengan Bu Livy, jangan terlalu keras pada wanita. Dia pasti capek karena lembur terus.""Kalau kamu merasa nggak nyaman, pindahkan saja Bu Livy ke cabang. Dia akan lebih nyaman di sana, kamu juga nggak perlu setiap hari merasa terganggu."Pindah ke cabang? Pikiran ini berkelebat sesaat di benak Preston sebelum dia segera membuang jauh-jauh.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 272

    Livy termangu sejenak, memang tidak tahu soal ini.Ke mana Preston pergi, apa yang dia lakukan, dan dengan siapa dia bersama, jika tidak diberitahukan secara khusus, Livy sama sekali tidak tahu. Atau lebih tepatnya, dia tidak punya hak untuk peduli atau menanyakan tentang keberadaan Preston. Jadi, dia sebenarnya tidak tahu banyak tentang Preston."Zoey, lemburku nggak ada hubungannya denganmu, 'kan? Justru kamu yang aneh. Seingatku, petugas kebersihan sudah pulang jam segini, 'kan?"Livy memandang Zoey dengan agak lelah. Dia benar-benar tidak ingin terlibat konflik dengan Zoey di tempat ini. Setelah seharian bekerja, dia hanya ingin makan dan menyelesaikan pekerjaannya. Dia sangat lelah hingga tidak ada energi untuk berurusan dengan Zoey."Kenapa? Aku nggak boleh lembur?" Zoey mengalihkan pandangannya. Dia dihukum untuk lembur karena bermalas-malasan. Namun, semua ini karena Livy yang tidak berguna!Mengingat hal ini, kebencian Zoey semakin dalam. Dia menggertakkan gigi sambil bertanya

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 271

    Hubungan Livy dan Stanley membuat Preston merasa sangat tidak nyaman sampai sekarang. Malam itu, Preston sebenarnya berniat untuk bicara dengan baik-baik, tetapi wanita itu meneteskan air mata dengan cerdik, membuatnya terlihat seperti pihak yang bersalah.Namun, bagaimanapun Livy masih istri sahnya dan Preston sangat terobsesi pada tubuhnya. Jika Livy sedikit memanjakannya dan menyelesaikan masalahnya dengan Stanley, Preston tidak akan sengaja menyulitkannya dalam hal pekerjaan.Namun ... Livy yang ada di depannya jelas tidak berpikir demikian. Dia mengira Preston sedang mengancamnya. Dia mengira Preston sedang memberi peringatan bahwa dia masih istri sahnya. Jadi, jika tidak bisa menyelesaikan pekerjaan semudah ini, dia bukan hanya akan dipecat, tetapi juga akan dibuang. Ketika saat itu tiba, hidupnya benar-benar akan hancur.Dengan ekspresi bingung, Livy menggenggam berkas di tangannya dengan semakin erat. "Baik, aku mengerti. Aku akan menyerahkan berkasnya sebelum besok sore."Sete

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 270

    Preston memanggilnya? Apa dia tidak puas dengan dokumen kemarin? Livy merasa agak tertekan.Kenapa harus dikumpulkan kemarin malam, sementara Preston jelas-jelas tidak berniat untuk memeriksa dokumen itu kemarin malam? Bukankah dia baru memeriksanya pagi ini? Preston malah memintanya untuk lembur.Karena Preston adalah bos yang menggajinya, Livy hanya bisa menahan kekesalannya dan segera mengiakan. Kemudian, dia masuk ke lift dengan terburu-buru.Setibanya di depan ruangan Preston, sebelum masuk, Livy sudah mendengar suara pertengkaran dari dalam. "Preston, apa maksudmu?"Suara itu tidak asing bagi Livy, itu adalah suara Bahran."Kamu ingin menindasku ya! Kamu tahu berapa kerugian yang akan kutanggung karena kamu menahan dua drama besar ini? Jangan kira karena Ayah mendukungmu, kamu bisa bertindak semaunya! Kamu cuma anak haram!"Kemudian, terdengar suara Preston yang dingin. "Aku melakukannya demi Keluarga Sandiaga. Setelah kedua drama itu tayang, kamu pikir kamu dan dua aktris itu ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status