Share

Pertemuan Bryan dan Billy

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2024-04-16 20:48:12

Beberapa hari kemudian, Jhones datang menghampiri Billy yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran.

Dengan ekspresi serius, Jhones memberikan sebuah amplop coklat yang tampak sudah lusuh kepada Billy. Dengan rasa penasaran, Billy segera membuka amplop tersebut dan mengeluarkan beberapa lembar berkas yang terlipat rapi di dalamnya.

Billy memperhatikan setiap detail yang tertulis di berkas itu, lalu menatap Jhones dengan pandangan tajam. "Apakah ini adalah alamat pengirim?" tanya Billy sambil menunjuk alamat yang tertera di salah satu lembar berkas.

"Iya, Tuan. Tapi, orangnya sudah pindah. Dia adalah seorang pria yang hanya sewa kamar itu sehari. Aku yakin dia hanya mengelabui posisi tempat dia berada," jawab Jhones dengan nada yakin.

"Sudah periksa rekamannya?" Tanya Billy, masih dengan nada tajam dan penasaran. Sambil menatap beberapa foto seorang pria yang berpakaian serba hitam.

"Sudah, Tuan. Dia sangat tertutup sehingga tidak ada yang bisa melihat wajahnya," jawab Jh
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Emily Menemui Vivian

    Bryan dan Billy saling menatap tajam dengan senyuman tipis di wajah mereka. Keduanya menyimpan dendam dan kebencian yang mendalam. Bagi Bryan pria yang berdiri di hadapannya adalah seorang musuh yang bakal menjadi lawan terberatnya. Sementara di mata Billy, sang Jenderal adalah pembunuh yang telah merenggut nyawa orang tuanya.Bryan dan Billy duduk berhadapan di meja makan restoran yang mewah, suasana di ruangan tersebut terasa formal dan tegang. Sementara itu, Jhones dan Andrew berdiri di luar pintu restoran, seperti dua penjaga yang siap mengawal jika diperlukan. "Tuan Maxwel, sungguh menyenangkan kita bisa bertemu hari ini," ujar Bryan dengan senyum paksa."Kebanggaanku bisa duduk bersama dengan seorang prajurit hebat," puji Billy dengan senyum palsu yang terlihat jelas di wajahnya. "Tidak tahu kesibukan apa sehingga membuat Anda datang ke Jerman?" tanya Billy, mencoba mengali informasi. Bryan menatap Billy dengan tajam, seolah menembus jantung lawan bicaranya. "Kedatanganku ada

    Last Updated : 2024-04-17
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Rencana Penyerangan Ke Markas Musuh

    "Walau sudah dicampakan oleh ayah dari anakku, setidaknya kita masih bisa berteman. Aku merasa kasihan padamu," ucap Emily dengan mengejek.Vivian tersenyum mendengar ejekan wanita itu," Kamu seorang dokter dan merasa bangga bisa mendapatkan suami orang. Menjadi istri kedua dari seorang Jenderal membuatmu sangat bangga. Selamat untukmu!" ucap Vivian."Aku tahu kamu menaruh dendam padaku, Harus bagaimana lagi, karena yang dipilih Bryan tetap aku orangnya," jawab Emily dengan sengaja."Bagaimana kalau aku merayakan kebahagiaan kalian? Bukankah kamu sudah hamil dan pasti Bryan sangat bahagia, bukan? Aku sebagai orang berhati besar akan merayakan untuk kalian. Apa kamu menerima permintaanku?" tanya Vivian.Emily terdiam seketika melihat ekspresi wanita itu yang hanya biasa-biasa saja."Kenapa dia tidak terlihat sedih dan malah begitu senang?" batin Emily."Kenapa melihatku terus? Apakah ada yang aneh? Atau...kamu takut suamimu itu akan menaruh perasaan padaku?" tanya Vivian.Emily terseny

    Last Updated : 2024-04-17
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Bryan diincar Pembunuh

    Anggota Billy telah mengepung wilayah markas Elang Hitam dengan hati-hati. Mereka menodongkan senjata ke arah sasaran mereka dari jarak yang jauh, siap untuk melumpuhkan musuh jika diperlukan. Udara terasa tegang, namun mereka tetap fokus pada misi mereka. Tak lama kemudian, Billy dan anggota lainnya tiba di lokasi dengan mobil hitam yang gagah. Mereka segera turun dari kendaraan dan bergabung dengan rekan-rekan mereka yang sudah mengepung markas tersebut. "Tuan," sapa mereka dengan serentak, memberi hormat pada Billy sebagai pemimpin mereka. "Bagaimana situasi di dalam sana?" tanya Billy dengan nada tegas, menatap tajam ke arah markas Elang Hitam. "Mereka dijaga sekitar lima puluh anggota, Tuan. Namun, sisa anggota mereka tidak ada di tempat. Apakah mereka memasang jebakan?" tanya anggota yang melaporkan situasi kepada Billy, wajahnya tampak waspada. Billy menghela napas sejenak, merenungkan kemungkinan yang ada."Tim A, langsung serang dari belakang. Sisanya menunggu di sini, si

    Last Updated : 2024-04-17
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Bryan Berhadapan Dengan Penembak Jitu

    Para pembunuh bersembunyi di balik pepohonan, mereka saling berkomunikasi dengan isyarat tangan, bergerak lincah mengubah posisi mereka untuk mencari keberadaan Bryan yang tiba-tiba menghilang dari jangkauan pandang mereka. "Apakah dia menyadari keberadaan kita?" tanya salah satu penembak itu dengan wajah khawatir. "Aku tidak percaya kita tidak bisa membunuhnya," jawab yang lain. Mereka menggunakan teropong senapan untuk mencari jejak sasarannya, namun Bryan seakan menghilang ditelan bumi. Sementara itu, Bryan yang ternyata berhasil menyelinap ke ruangan lain sambil memegang senapannya dengan erat. Dengan napas yang teratur, dia berusaha mengendalikan gerak-geriknya agar tidak terlihat oleh para pembunuh. "Kita lihat saja, siapa yang mati nanti," gumam Bryan sambil mengarahkan senapannya ke arah salah satu pembunuh yang sedang bersembunyi di balik semak-semak. Dia menunggu waktu yang tepat untuk menembak. Setelah yakin bahwa bidikannya tepat mengarah ke kepala lawannya, Bryan me

    Last Updated : 2024-04-18
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Billy Bertemu Emily

    Vivian membuka matanya lebar-lebar ketika melihat nama yang tertera di daftar tamu VIP hotel tempat dia bekerja. Nama itu, Bryan Anderson, mantan suaminya yang telah lama hilang dari kehidupannya. Dalam hati, Vivian merasa gugup dan cemas. Namun, ia berusaha menenangkan dirinya dan menarik nafas dalam-dalam. Ia tak ingin terlihat gegabah saat berhadapan dengan mantan suaminya nanti. "Kenapa dia bisa ada di sini? Semalam aku bertemu dengan Emily. Apakah mereka datang bersama?" gumam Vivian, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantui pikirannya. Dengan perasaan campur aduk, Vivian menatap layar laptopnya, di mana nama Bryan terpampang jelas di daftar tamu VIP. "Pasangan yang luar biasa, Vivian Zanetta, kini kamu harus berhadapan dengan mantanmu sebagai pekerja hotel," ucap Vivian pada dirinya sendiri. Vivian menghela nafas dan frustasi, ia mengusap wajahnya dan memijat keningnya.Sementara Bryan berada di kamarnya, Ia berdiri di jendela sambil menatap pemandangan yang

    Last Updated : 2024-04-18
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Vivian

    Billy mengangkat alisnya, melirik tangan Emily sebelum melihat kembali ke wajahnya, "Apakah kau pikir aku akan menerima tawaran seperti itu?" tanya Billy dengan senyum sinis."Kamu adalah pria yang hebat, Vivian beruntung bisa mengenalmu. Bryan Anderson adalah seorang Jenderal. Tujuan dia datang ke Jerman adalah demi mendapatkan Vivian kembali. Kalau kita tidak bekerja sama...Kita akan kehilangan orang yang kita inginkan," ujar Emily."Bekerja sama denganmu? Jaminan apa yang kau berikan?" tanya Billy."Jaminan apa yang kamu minta? Kita hanya perlu bekerja sama, Asalkan aku berhasil membuat Vivian melupakan mantan suaminya, Itu berarti kesempatanmu bersamanya cukup besar. Sementara aku, butuh bantuanmu juga," jawab Emily.Billy tertawa mendengar ucapan wanita itu, Emily semakin kesal mendengar suara tawaan pria itu."Apa yang lucu? Apakah kamu menolak? Kenapa, kamu juga menyukainya, kan? Apakah kamu tidak takut bahwa Bryan Anderson telah pergi tinggal di hotel Palace?" tanya Emily." Se

    Last Updated : 2024-04-18
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Billy Putra Pemberontak

    Tuan, Apakah tidak ada hal lain? Kalau tidak ada saya harus keluar karena masih ada kesibukan lainnya," tanya Vivian dengan nada tegas. Berusaha tegar di hadapan pria itu."Vivian, Ada yang ingin aku tanyakan padamu!" ucap Bryan."Katakan saja, ada apa?" tanya Vivian yang mulai hilang kesabarannya."Aku tahu sedikit aneh aku mengatakannya, Tapi, ini masalah penting. Tolong jauhi Billy Maxwel! Dia pria yang bahaya dan akan menyakiti siapa pun ketika dia tidak suka!" pinta Bryan.Vivian tersenyum dan berkata," Apakah Anda ingin ikut campur dalam hubungan kami? Kalau menurutmu Billy adalah orang berbahaya. Maka, jumpai dia dan selesaikan dengan cara kalian! Jangan melibatkan aku!" jawab Vivian yang berpaling dan meninggalkan kamar itu."Dia adalah putra pemberontak, Jacob Maxwel yang tewas di tanganku. Billy Maxwel sudah pernah mengirim anggotanya menyerang markas kami. Selain itu, dia sudah dua kali mengirim pembunuh mengincarku. Dia juga sudah tahu hubungan kita sejak awal. Aku hanya t

    Last Updated : 2024-04-19
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Makan Malam Bersama

    "Aku lapar, Ingin makan sesuatu!" ujar Vivian yang melepaskan pelukannya."Baiklah, Aku akan memberimu makan yang kenyang, Agar kamu menjadi gemuk," ujar Billy dengan senyum.Vivian dan Billy kemudian meninggalkan hotel, Tak lama kemudian Bryan melangkah keluar melihat kepergian mereka. Sejak awal ia mengikuti Vivian dan mendengar pembicaraan mereka."Apakah dia...adalah pria yang kamu cintai sekarang? Kalau memang benar, Apa yang harus aku lakukan untukmu, Vivian?" gumam Bryan.Di sebuah restoran mewah, Billy dan Vivian duduk berhadapan di meja makan yang telah dipesan. Suasana romantis terasa begitu kental, ditambah dengan alunan musik lembut yang mengiringi malam mereka. Billy, dengan lembut dan penuh perhatian, memotong steak yang ada di piring di hadapannya. Setelah itu dia menawarkannya kepada Vivian. "Sebenarnya aku bisa melakukan sendiri," ujar Vivian. "Kalau kamu sudi, aku akan selalu melakukannya untukmu," jawab Billy dengan senyum lebar dan penuh kebahagiaan. Dalam hati,

    Last Updated : 2024-04-19

Latest chapter

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status